tirto.id - Pesan berantai lawas soal bahaya telur ikan kembali muncul di WhatsApp. Isinya menyebut “sejenis telur ikan” dalam perut ikan hendaknya jangan dimakan. Gambar yang mirip telur ikan itu disebut sebagai "tumor cancer" sebagai akibat dari logam berat.
Dari pesan WhatsApp, sirkulasi ternyata tidak berhenti. Hamsaruddin Udin, sebagai contoh, membagi rumor lawas itu ke platform Facebook, pada 15 Juli 2019 (arsip).
Rumor ini sebenarnya sudah pernah dibahas di forum atau situs-situs pemeriksa fakta. Namun, sepertinya ia belum ampuh menjelaskan duduk perkara dan faktanya. Pesan tersebut terus menyebar.
FAKTA
Soal Gambar Ulat Bulu Pantai
Hal yang baru dalam rumor bahaya telur ikan di unggahan Facebook Hamsaruddin adalah gambar semacam ulat bulu pantai. Di rumor sebelumnya, gambar ini belum muncul.
Usut punya usut, gambar itu ternyata adalah Chloeia flava dari keluarga Amphinomidae. Binatang ini tersebar luas melalui daerah Indo-Pasifik dari pantai timur Afrika, termasuk Laut Merah, hingga ke pulau-pulau Samudra Pasifik kecuali Hawaii dan Polinesia.
Gambar Chloeia flava itu besar kemungkinan diambil dari situsweb di internet yang berisi foto orang yang pernah jadi korban dan penjelasannya (situs 1, situs 2)
Soal Gambar Ikan dengan Telur
Sementara itu, gambar ikan dengan telur pernah jadi rumor dan pesan berantai di Malaysia dan Indonesia. The Star Malaysia, pada 31 Oktober 2017, pernah menulis bahwa The Sabah Fisheries Department menepis pesan peringatan di media sosial bahwa ada ikan tertentu beracun karena telurnya yang luar biasa besar. Mereka juga menolak bahwa jenis ikan tersebut berasal dari wilayahnya.
Di Indonesia, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), 6 November 2017 membuat klarifikasi atas rumor soal kandungan logam berat beracun mirip telur pada ikan Sarden/Sarden di Indonesia. KKP juga menyebut, bahwa “Jenis ikan sarden/sardin yang ramai diberitakan ini BUKAN di Indonesia dan BUKAN berasal dari perairan Indonesia.”
Klarifikasi itu juga menyatakan bahwa “Kristal mirip telur di dalam perut Ikan Sarden yg dianggap tumor/kanker berbahaya tersebut adalah parasit Glugea sardinellensis (sejenis protozoa)."
Oktober 2017: Laporan Warga di Tunisia dan Aljazair
Asal-usul dari gambar ikan dengan telur muncul dari Tunisia. Sekitar bulan Oktober 2017, beberapa warga melaporkan adanya butiran putih-putih (atau yang diklaim sebagai telur ikan) pada ikan sarden. Tanda-tanda yang sama juga dilaporkan di Aljazair ketika Komite Kesehatan Organisasi Perlindungan Konsumen Aljazair ( المنظمة الجزائرية لحماية المستهلك) melakukan penelitian dan menunjukkan bahwa pelet ini adalah “parasit” dari jenis (Glugea sadinellensis).
Organisasi tersebut mencatat bahwa mengkonsumsi ikan ini setelah penghilangan butiran putih-putih tersebut tidak menimbulkan ancaman bagi kesehatan manusia.
Studi soal Glugea sadinellensis ada dalam tulisan yang terbit di jurnal Acta Protozoologica, Vol: 55, Issue 4, Tahun 2016. Studi itu berisi temuan microsporidia baru yang lantas disebut Glugea sardinellensis n. sp. yang ditemukan dalam ikan Sardinella aurita Valenciennes dari pantai Tunisia. Parasit yang berkembang berukuran 1-16 mm dan umumnya dapat terlihat dengan mata telanjang di jaringan ikat di sekitar caeca pilorus inang.
Studi Lamjed Mansour dan kawan-kawan itu adalah hasil pemeriksaan terhadap 448 spesimen Sardinella aurita selama periode 2008 dan 2010 dari berbagai daerah di sepanjang pantai Mediterania di Tunisia.
KESIMPULAN
Melalui penelusuran fakta ini, pesan berantai lawas soal bahaya telur ikan dan dibagikan kembali oleh Hamsaruddin Udin ke halaman Facebook pada 15 Juli 2019 adalah informasi yang salah.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada 6 November 2017 telah membuat klarifikasi perihal rumor ini. Kami juga mendapati bahwa rumor ini pernah ramai di Tunisia dan Aljazair pada Oktober 2017.
Komite Kesehatan Organisasi Perlindungan Konsumen Aljazair pernah melakukan penelitian dan menunjukkan bahwa yang ada dalam gambar adalah “parasit” dari Glugea sadinellensis. Organisasi tersebut juga mencatat bahwa mengkonsumsi ikan ini setelah menghilangkan butiran putih-putih tersebut tidak menimbulkan ancaman bagi kesehatan manusia.
Editor: Maulida Sri Handayani