tirto.id - Sejumlah wilayah DKI Jakarta masih terendam banjir sampai hari ini, Jumat, 7 Oktober 2022. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta pun merilis 12 titik lokasi banjir dengan tinggi muka air yang berbeda.
Seperti dilansir Twitter resmi BPBD Jakarta, per hari ini pukul 09.00 WIB, wilayah Angke Hulu masih dinyatakan Siaga atau Siaga II, sedangkan wilayah Pasar Ikan berada di level Waspada atau Siaga III.
Berikut adalah daftar 12 wilayah DKI Jakarta yang terendam banjir:
- Katulampa (tinggi muka air 30 cm)
- Depok (tinggi muka air 100 cm)
- Manggarai (tinggi muka air 680 cm)
- Karet (tinggi muka air 340 cm)
- Krukut Hulu (tinggi muka air 40 cm)
- Pesanggrahan (tinggi muka air 90 cm)
- Angke Hulu (tinggi muka air 265 cm)
- Waduk Pluit (tinggi muka air -170 cm)
- Pasar Ikan (tinggi muka air 190 cm)
- Cipinang Hulu (tinggi muka air 115 cm)
- Sunter Hulu (tinggi muka air 130 cm)
- Pulo Gadung (tinggi muka air 330 cm)
Cerita Lengkap Meninggalnya 3 Siswa MTsN 19 Jakarta Selatan
Banjir juga melanda sejumlah wilayah Jakarta Selatan, bahkan ada sekitar 17 ruas jalan yang tergenang dan 41 rukun tetangga (RT) terendam air setelah hujan deras pada Kamis kemarin.
Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta Isnawa Adji mengatakan 270 jiwa warga Jakarta Selatan mengungsi ke tempat aman.
Selain itu, pada Kamis kemarin, tiga siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 19 Jakarta Selatan yang berenang saat banjir dilaporkan meninggal dunia karena tembok pembatas roboh. Sedangkan dua lainnya masih dalam perawatan.
"Anak-anak berenang, saat itu sudah dilarang. Guru, karyawan dan guru piket sudah larang keras," kata seorang pramubakti MTsN 19 bernama Sri Yatini seperti dikutip Antara News.
Menurut pengakuan Sri, anak-anak mulai keluar ruang sekolah untuk bermain air saat hujan mulai turun.
Waktu itu, para guru masih memantau keadaan di sekitar sekolah dan tidak ada masalah, termasuk murid yang bermain.
Seminggu lalu, Sri bilang, sekolah MTsN 19 memang dilanda banjir, tetapi tidak ada korban sehingga merasa aman.
Namun, dia tidak menduga kalau pada Kamis itu terjadi luapan banjir. Guru-guru sudah memperingatkan kepada anak-anak tidak boleh berenang.
"Begitu guru piket bilang 'anak-anak jangan berenang', saya tinggal ke ruang TU karena saya menyelamatkan barang dan air baru sedengkul," katanya.
Setelah masuk ke dalam ruangan, Sri bilang, luapan air mulai menghantam kaca sampai pecah bahkan terasa seperti gempa.
Sri pun terdorong oleh air banjir itu ketika menghadap posisi kiblat dan semua orang mengucapkan takbir. Dia pun trauma dengan kejadian itu.
"Guru keluar dari jendela, saya selamatkan kepala sekolah dengan mematahkan pintu. Saat itu air sudah sebatas dada," tuturnya.
Selain itu, tembok pembatas roboh dan menimpa tembok panggung tempat anak-anak bermain. Hal itu menyebabkan tiga anak meninggal dan dua anak lainnya dirawat.
Editor: Iswara N Raditya