Menuju konten utama

Bagaimana Mino Raiola Mengencingi Alex Ferguson

Mino Raiola adalah salah satu orang yang sangat berpengaruh sekaligus berbahaya di dunia sepak bola. Berikut ini beberapa hal yang perlu Anda ketahui tentangnya.

Bagaimana Mino Raiola Mengencingi Alex Ferguson
Mino Raiola [Foto/Reuters]

tirto.id - "Bilang ke si Zlatan ini enyahlah dan entot dirinya sendiri," pesan Mino Raiola kepada Maxwell.

Saat itu Zlatan Ibrahimovic masih di Ajax Amsterdam di Belanda dan sedang mencari agen baru yang bisa memoncerkan karier sepakbolanya. Maxwell, bek kiri asal Brazil, rekan setim Zlatan di Ajax, mengenalkan agennya Mino Raiola. Kepada Maxwell, Zlatan berkata jika si agen punya sesuatu yang spesifik untuk ditawarkan, ia mau bertemu; jika tidak, ia tidak tertarik.

Zlatan, yang tumbuh dan terbiasa dengan gaya blak-blakan, sarkas, dan condong kasar, bukannya tersinggung malah senang dan merasa akan cocok dengan Raiola setelah menerima pesannya.

Mereka janjian makan siang di sebuah restoran sushi di Hotel Okura Amsterdam yang mewah.

Zlatan memarkir Porsche di depan lokasi pertemuan. Ia mengenakan setelan mahal Gucci dari bawah ke atas. "Saya benar-benar tidak tahu akan bertemu dengan orang macam apa, mungkin pria yang terbiasa dengan pakaian formal dengan jam tangan emas yang besar," kata Zlatan dalam otobiografinya, I am Zlatan Ibrahimovic.

"Brengsek, tebak siapa yang nongol? Seseorang bercelana jins dan berkaos Nike—dan perutnya, astaganaga, kayak salah satu tokoh di sinetron The Sopranos."

Sebelum meminta Maxwell mengenalkan Raiola, Zlatan meminta saran dari temannya, seorang wartawan bernama Thijs Slegers. Agensi pertama yang diusulkan adalah perusahaan mewakili David Beckham. "Mereka pasti bagus," kata Slegers. "Terus, ada agen lain, tapi..."

"Tapi apa?" tanya Zlatan.

"Dia mafioso."

"Mafioso kayaknya keren."

Raiola, di sela-sela mengunyah setumpuk makanan yang menurut Zlatan cukup untuk lima orang, di pertemuan pertama mereka langsung memaparkan statistik yang menunjukkan seberapa jauh penyerang muda asal Swedia tertinggal di belakang striker terkemuka saat itu. Raiola pun menyuruh Zlatan menjual mobil dan jam tangan mahalnya. Kerja keras, imbuhnya, akan menjadi segalanya. Hal-hal bersifat materi akan datang bersama kesuksesan.

Orang ini bukan mafioso betulan, pikirnya. Dia hanya berpandangan dan berlaku seperti mafioso.

Zlatan mendengarkan dengan seksama. Dia menuruti agen barunya. Dia dan banyak klien Raiola memuji si agen yang menanamkan fokus dan mental juara.

Bagi mereka yang mengenalnya dengan baik, Raiola merupakan sosok yang bersemangat dan pekerja keras. "Dia loyal sekali dengan orang-orang di lingkaran dekatnya, para pemainnya," kata Slegers. "Baginya, mereka sudah seperti keluarga sendiri. Itu sebabnya dia menjadi negosiator yang sempurna."

Raiola pun sangat mengerti apa yang diinginkan para pemainnya. Sangat mungkin karena latar belakangnya yang sama dengan mereka, berangkat dari kondisi yang memaksa mereka berjuang jika ingin memiliki sesuatu. Lahir di Salerno, Italia bagian selatan, Raiola kemudian diboyong orang tuanya pindah ke kota Haarlem, Belanda, ketika masih bayi. Di sana keluarganya membuka pizaria dan, sejak masa kanak-kanak, dia membantu mencuci piring, membersihkan meja, menghidangkan piza.

Masa mudanya dipenuhi kesibukan luar biasa yang kelak mengantarkannya menjadi salah satu orang paling berbahaya di dunia sepakbola dan menjadi jutawan. Selain mulai mengurus pembukuan kedai pizanya, ia juga ambil studi hukum, menjadi direktur klab bola lokal dan belajar berbagai bahasa. Hasilnya, semua bahasa penting Eropa ia kuasai: Italia, Belanda, Perancis, Jerman, Spanyol, Portugis, dan Inggris.

Setelah mundur dari jabatan direktur di FC Harleem, karena tidak senang petingginya yang dia cap "terlalu konservatif”, Raiola memutuskan untuk meniti karier sebagai agen.

Dia bergabung dengan tim Robert Jansen di Sport-Promotion BV, salah satu agensi terdepan di Belanda. Di sana ia mengawali lompatan besarnya saat menjadi penerjemah untuk transfer Dennis Bergkamp ke Inter Milan pada tahun 1993. Raiola menyalin semua dokumen penting di transfer tersebut, mempelajari setiap detailnya, agar bisa mempraktikkannya sendiri di kemudian hari. Ia tak bertahan lama di sana, lalu merintis perusahannya sendiri.

Pencapaian besar pertamanya dia ukirkan pada 1996, selepas perhelatan Piala Eropa. Dia berhasil menjembatani transfer Pavel Nedved dari Sparta Praha ke Lazio. Selanjutnya langkah Raiola makin mentereng belaka. Terlebih setelah periode Zlatan, dia seperti magnet yang memikat anak-anak muda berbakat. Kini nama-nama besar tergabung di daftar kliennya, antara lain Romelu Lukaku, Blaise Matuidi, Mario Balotelli, Marek Hamsik, Henrikh Mkhitaryan, dan Paul Pogba.

Di awal musim 2016 ini, nama Raiola menghiasi berbagai media internasional karena keberhasilannya menjadikan Paul Pogba sebagai pemain termahal di dunia. Pogba dibeli Manchester United dari Juventus dengan harga €110juta. Dari transaksi ini, Raiola menambah saldo rekeningnya sebesar £20juta.

Padahal sebelum memperkuat Juve, Pogba sudah diikat kontrak United (2009-2012).

Menurut Alex Ferguson, manajer Setan Merah ketika itu, Raiola baru menjadi agen Pogba di penghujung berakhirnya kontrak si pemain dengan United. Ferguson mengaku ingin memperpanjang kontraknya satu tahun lagi, tapi Raiola datang memberi tahu bahwa ia punya rencana lain dan Pogba ingin hengkang.

Fergie murka betul dibuatnya. "Ada satu atau dua agen sepakbola yang saya hanya tidak suka saja, dan Mino Raiola adalah salah satunya," kata Fergie di buku Leading, otobiografinya yang terbit tahun 2015. "Saya tidak percaya Raiola sejak pertama kali saya bertemu dengannya."

Raiola tidak tinggal diam. Ia tak kalah sengit membalas klaim Ferguson. "Saya menempatkan kepentingan Pogba di atas segalanya, dan ia ingin pergi ke Turin," katanya. "Mungkin Ferguson hanya menyukai orang-orang yang mematuhi dia."

Kepulangan Pogba dari Turin ke Manchester sebagai bintang kelas satu semakin menegaskan pembalasan Raiola terhadap Ferguson. Raiola seakan membuktikan kesalahan sekaligus menghukum Ferguson yang hobi mencadangkan dan tidak pernah memberi kesempatan Pogba muda untuk berkembang.

"Dia manajer hebat, tetapi manajer hebat juga kadang-kadang bisa salah," kata Raiola.

Lebih-lebih, sebelum deal Pogba, manajer United saat ini, Jose Mourinho, juga harus memakai jasa Raiola untuk mendatangkan dua pemain kunci lain ke Old Trafford: Zlatan Ibrahimovic dari Paris Saint-germain dan Henrikh Mkhitaryan dari Borussia Dortmund. Situasi yang rasanya mustahil terjadi jika Fergie masih melatih Setan Merah.

Mino Raiola seperti mengencingi titik-titik yang pernah menjadi wilayah kekuasaan Alex Ferguson.

Baca juga artikel terkait ZLATAN IBRAHIMOVIC atau tulisan lainnya dari Arlian Buana

tirto.id - Olahraga
Reporter: Arlian Buana
Penulis: Arlian Buana
Editor: Arlian Buana