tirto.id - Samsung terpaksa harus mencabut peredaran ribuan unit ponsel pintar Galaxy Note 7 yang sudah dipasarkan di sejumlah negara. Setelah di Cina, penarikan Samsung Galaxy Note kembali mengemuka. Kali ini, pemerintah Amerika Serikat (AS), Kamis (15/9/2016) secara resmi menarik peredaran Samsung Galaxy Note menyusul adanya puluhan laporan soal baterai telepon yang meledak dan terbakar.
Pernyataan yang diumumkan oleh Komisi Keselamatan Produk Konsumen AS itu ditindaklanjuti dengan langkah penarikan satu juta unit Samsung Galaxy Note 7 yang telah terjual sebelum Kamis. Melalui pengumuman itu, AS juga meminta para pengguna untuk berhenti memakai dan tidak menyalakan Galaxy Note 7 yang sudah mereka beli.
"Harap para konsumen segera berhenti menggunakan dan segera mematikan Galaxy Note 7 yang dibeli sebelum 15 September 2016," demikian bunyi pengumuman tersebut, seperti yang dilansir dari Antara.
Pemerintah AS juga mengimbau, melalui pemberitahuan itu, agar para pengguna mengontak operator telekomunikasi, gerai resmi Samsung, atau toko tempat membeli telepon itu untuk mendapatkan secara gratis Galaxy Note 7 yang baru berisi baterai berbeda, atau uang kembali atau telepon baru penggantinya.
Pengumuman itu menyebutkan bahwa Samsung telah menerima 92 laporan dari wilayah AS soal baterai yang terlalu panas, termasuk 26 laporan baterai terbakar dan 55 laporan kerusakan properti --termasuk munculnya api di mobil dan garasi.
Sebelum munculnya pengumuman resmi pemerintah AS, insiden terbakarnya baterai Samsung Galaxy Note 7 yang beritanya telah banyak beredar selama beberapa minggu terakhir ini juga ditanggapi serius oleh sejumlah otoritas transportasi umum. Metropolitan Transit Authority (MTA) kota New York mendesak para penumpang dan karyawan untuk berhenti menggunakan Galaxy Note mereka dikarenakan potensi terbakarnya baterai.
"Pelanggan MTA diminta untuk tidak menggunakan atau mengisi baterai perangkat mobile #Samsung Galaxy Note 7 mereka di kereta api dan bus," tulis @MTA dalam akun Twitter-nya.
Meski belum ada laporan mengenai Galaxy Note 7 pada angkutan umumnya, menurut kicauannya, MTA tetap mendesak pelanggan transportasi itu mematikan ponsel pintar itu sebelum memasuki stasiun atau naik bus karena kekhawatiran baterai perangkat dapat terbakar
"Tidak ada kasus yang dilaporkan dari #GalaxyNote7 pada transportasi MTA, tetapi pelanggan dan karyawan harus menghindari menggunakannya," kicau MTA.
Perusahaan angkutan umum yang digunakan oleh 5,6 juta orang setiap hari kerja ini tidak melarang keras penggunaan Galaxy Note 7. Hanya saja, pengguna "didesak untuk tidak menggunakan atau mengisi ulang baterai" Samsung Galaxy Note 7 saat berada di kereta atau bus, demikian dikutip dari Antara.
Selain MTA, pelarangan penggunaan Samsung Galaxy Note 7 ini juga dikeluarkan Federal Aviation Administration (FAA) AS. Melalui pemberitahuannya, FAA meminta penumpang pesawat untuk tidak menyalakan atau mengisi daya baterai pada smartphone Samsung Galaxy Note 7 mereka selama penerbangan, bahkan menyusupkannya saat pemeriksaan bagasi, karena baterai ponsel yang dinilai rawan terbakar.
Seperti yang telah diketahui sebelumnya, setelah meluncurkan versi terbaru dari seri Note pada bulan Agustus lalu, Samsung memerintahkan penarikan perangkat tersebut secara global pada pekan lalu menyusul laporan terjadinya ledakan pada perangkat itu akibat baterai yang rusak.
Atas insiden ledakan bateri itu, perusahaan asal Korea Selatan yang telah menjual 2,5 juta unit Samsung Galaxy Note 7 itu harus menghentikan penjualan smartphone tersebut. Hal itu dilakukan untuk memprioritaskan keselamatan pelanggan dan menawarkan perangkat pengganti untuk siapa saja yang telah membelinya.
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari