Menuju konten utama

Arsenal di Bawah Bayang-Bayang Kutukan November

Arsenal selalu menemui kesulitan saat memasuki musim dingin. Performa menurun, jadwal padat, dan badai cedera membuat Arsenal kesulitan mendulang poin. Hal ini berpengaruh langsung kepada gagalnya Arsenal dalam perebutan gelar juara selama ini. Dan November pun jadi bulan mengerikan.

  Arsenal di Bawah Bayang-Bayang Kutukan November
Pemain Arsenal Héctor Bellerín mendapatkan pelukansetelah mencetak gol saat laga Arsenal melawan Liverpooll. [Foto/Reuters]

tirto.id - Sudah masuk November. Kutukan sedang mengintai Arsenal dan Arsene Wenger. Situasinya nyaris selalu sama: saat liga bersiap memasuki musim dingin, dimulai pada November, poin pelan-pelan akan menjauh dari peruntungan Arsenal. Dan ini sudah berlangsung selama bertahun-tahun. Seperti sudah menjadi pola.

Daily Mail mencatat, dari Liga Premier Inggris musim 1992 hingga 2013, Arsenal hanya meraih rataan poin sebesar 1,55 selama November. Berdasarkan data terbaru dari The Guardian, per 2016, angka ini hanya naik sedikit menjadi 1,59.

Rataan perolehan poin Arsenal pada bulan November ini sekaligus menjadi yang terendah dalam satu musim kompetisi, dibandingkan bulan-bulan yang lain. Jika ditarik ke konteks musim, penampilan Arsenal memang selalu payah pada bulan-bulan di musim dingin. Jadi bukan hanya November, walau November memang yang terburuk.

Rataan perolehan poin Arsenal pada Desember, misalnya, hanya menyentuh angka 1,8. Sementara pada Januari, Arsenal memiliki rataan poin sebesar 1,78. Jika dibandingkan dengan November, maka rataan poin Arsenal selama periode November hingga Januari tidak pernah mencapai di atas 2 poin.

Bandingkan dengan perolehan poin di bulan Oktober yang menyentuh angka 2,08 poin atau September yang mencapai 2.02 poin. Rataan perolehan poin tertinggi Arsenal ada pada bulan Maret yang mencapai angka 2,1 poin.

Apabila data ini dipersempit sejak Wenger menangani Arsenal pada 1996, angkanya tetap saja memprihatinkan. Arsenal di bawah Wenger hanya rataan poin sebesar 1,60 selama November. Bahkan, pada 1997, Wenger hanya mencatat satu kemenangan saja (dan itu atas Manchester United) pada November.

Selisih gol yang dibukukan Arsenal selama November juga hanya sejumlah +32, padahal pada April angka ini bisa mencapai +109. Selisih angka yang begitu amat timpang.

The Sun mencatat, Wenger hanya memiliki persentase kemenangan sebesar 47% pada November. Selama hampir 20 tahun berkiprah di Liga Primer, Wenger hanya empat kali mencatatkan rekor tak terkalahkan selama November, yaitu pada musim 2002/2003, 2004/2005, 2006/2007 dan 2010/2011.

Tahun lalu, Arsenal bahkan tidak pernah menang sekali pun pada November di berbagai ajang. Mereka dilumat Bayern Munich 1-5 di Liga Champions, seri dengan Tottenham dan Norwich City, serta dikalahkan tim semenjana West Bromwich Albion.

November juga menjadi bulan “ganjil” karena di bulan itulah untuk pertama kalinya terdengar tuntutan yang deras kepada Wenger untuk mundur dari jabatan manajer.. Peristiwa ini, menurut Daily Mail, terjadi pada musim 2014/2015. Saat itu, Arsenal baru saja mengalami kekalahan dua kali beruntun dari Swansea dan Manchester United.

Pada laga kandang berikutnya, sekelompok suporter Arsenal membentangkan spanduk di Emirates Stadium. Isinya tak tanggung-tanggung : “Enough is enough. Wenger out.”

Infografik Arsenal

Jadwal Padat dan Badai Cedera

Memasuki November 2016, Wenger sudah mewanti-wanti pemainnya untuk berkonsentrasi penuh sehingga dapat menepis kutukan November.

“Saya yakin saat ini kami sudah lebih dewasa dibandingkan musim lalu. Tetapi hal itu harus kami buktikan dalam sisa perjalanan musim ini. Dan di situlah tantangannya,” papar Wenger kepada Daily Mail.

“Saat ini kami sudah dihadapkan pada pertandingan-pertandingan sulit. Kami lagi-lagi harus menghadapi November yang keras, jadi, pada akhir November, kami akan lebih mengenali kapasitas kami sendiri. Namun, kami memiliki modal berupa hasrat dan mentalitas yang baik. Skuat kami punya kualitas sekaligus kebersamaan yang apik. Faktor-faktor tersebut akan mendukung kami untuk bertahan,” imbuhnya.

Arsenal akan menghadapi jadwal yang cukup berat pada November tahun ini. Mereka berturut-turut akan bertandang menghadapi Ludogorets di Liga Champions (1 November), menjamu Tottenham dalam derby London (6 November), bertamu ke Manchester United (19 November), menjalani big match versus Paris Saint-Germain di Liga Champions (23 November), melawan Bournemouth (27 November) serta menjamu tim kuda hitam Southampton di Piala Liga (30 November).

Padatnya jadwal pertandingan ini masih akan diselingi jeda internasional FIFA yang akan berlangsung pada 7 November hingga 15 November. Pertandingan internasional akan sangat memengaruhi penampilan pemain Arsenal karena sebagian besar pemainnya adalah anggota inti di tim nasional masing-masing. Di sisi lain, partai di Liga Champions juga harus diperhatikan karena matchday 3 dan 4 Liga Champions sangat menentukan lolos tidaknya ke fase gugur.

Kepadatan jadwal bermain dan musim dingin yang mulai menyergap biasanya berujung kepada maraknya cedera pemain. Dalam kasus ini, Arsenal sudah sangat kenyang pengalaman pahit. Pada November tahun lalu, Arsenal dihajar cedera yang sangat banyak. Tercatat pemain yang cedera adalah Jack Wilshere, Hector Bellerin, Francis Coquelin, Mikel Arteta, Theo Walcott, Alex Oxlade-Chamberlain, Aaron Ramsey, Laurent Koscielny, Alexis Sanchez, dan Santi Cazorla. Hal ini membuat Arsenal hampir tidak pernah tampil dengan kekuatan penuh sepanjang November 2015 hingga Januari 2016.

Berdasarkan statistik Opta, dalam sepuluh musim terakhir, Arsenal telah mengalami 80 kasus cedera pemain pada November. Sementara itu, berdasarkan data Arsenal Report per 1 November 2016, daftar cedera Arsenal sudah dihuni oleh lima pemain: Santi Cazorla (cedera engkel; masih diobservasi), Danny Welbeck (robek otot; 2 bulan), Lucas Perez (engkel; 6 minggu), Chuba Akpom (punggung; 3 bulan), dan Per Mertesacker (lutut; 5 minggu). Daftar ini bukan tidak mungkin akan bertambah.

Banyak pihak yakin bahwa Arsenal akan mampu menyabet juara jika terbebas dari cedera. Hal ini disampaikan sang CEO, Ivan Gazidis.

“Tim merasa sangat frustasi atas cedera-cedera yang terus menimpa pemain kita dalam kuartal pertama musim ini. Hal ini membuat kita tak bisa menyaksikan potensi sebenarnya dari para pemain,” tulis Gazidis dalam pernyataannya kepada para pemegang saham pada 2015.

Hal yang sama turut disampaikan legenda Arsenal, Robert Pires. “Arsenal saat ini sudah ada di pertengahan November dan performa mereka tengah menanjak. Namun, jumlah pemain yang cedera bisa saja mengancam penampilan mereka,” papar Pires kepada The Guardian.

Rentetan cedera Arsenal tentu saja menimbulkan banyak pertanyaan. Apa yang sebenarnya terjadi di Arsenal? Apakah metode latihan Wenger salah? Apakah pemainnya memang rentan cedera?

Salah satu mantan pemain Arsenal, yang minta namanya disembunyikan, mengungkapkan kepada The Telegraph bahwa metode latihan Wenger yang diwarnai sesi-sesi latihan singkat namun intens adalah penyebabnya. “Pemain butuh lebih banyak istirahat dan program latihan yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing pemain. Namun Wenger lebih memilih metodenya sendiri,” ujar sang pemain.

Kolomnis Telegraph, Jeremy Wilson, mengajukan pendapat yang lain. Ia menggarisbawahi kebiasaan Wenger untuk memainkan susunan pemain yang sama hampir setiap minggu, khususnya dalam partai-partai besar. Hal ini tentu saja menguras fisik pemainnya karena waktu pemulihan yang singkat. Selain itu, gaya permainan Arsenal yang cepat, intens dan fokus pada serangan dianggap ikut menyebabkan cedera.

Hal ini tentu saja dibantah oleh Wenger. Dalam pernyataannya kepada Telegraph pada 2014, ia justru menyalahkan pemain lawan yang sengaja mengasari pemainnya.

“Silakan tanya semua pemain yang pernah bermain di sini. Tanya (Patrick) Vieira atau (Emannuel) Petit, pernahkah mereka dikasari pemain lawan tanpa ada hubungannya dengan permainan? Mereka pasti akan mengiyakan!” tegas Wenger. “Lihat nasib pemain-pemain kami. Diaby dilanggar dari belakang. Rosicky, Eduardo, Walcott, Adebayor, dan Sagna, semua cedera karena pelanggaran.” imbuhnya.

Arsenal tampaknya harus memikirkan solusi atas persoalan klasik tentang krisis cedera ini. Sebuah klub yang bertarung memperebutkan gelar di liga sekeras Liga Primer tentu saja harus siap dengan pemain-pemain yang fit.

Berdasarkan studi yang dilakukan Ben Dinnery dari Premiere Injury Ltd., sejak musim 2003/2004, hanya ada tiga kesempatan bagi klub untuk menjadi juara dengan jumlah cedera serius lebih dari 27 kasus. Definisi “cedera serius” dalam riset tersebut adalah cedera yang mengakibatkan seorang pemain absen lebih dari 10 hari. Sepanjang 11 tahun pelaksanaan riset ini, Arsenal “berhasil” membukukan angka cedera hingga 312 kasus. Jumlah ini bahkan melampaui rata-rata cedera Liga Primer dalam 10 musim terakhir, termasuk dalam tujuh musim terakhir secara beruntun.

Riset ini juga menunjukkan bahwa terakhir kali Arsenal menjuarai Liga Primer (musim 2003/2004), jumlah cedera mereka juga merupakan yang terendah sepanjang 11 tahun yang menjadi periode waktu yang diteliti oleh Ben Dinnery.

Musim dingin saat ini telah membayang di hadapan Wenger. November juga sudah hinggap di pelupuk matanya. Mari kita berharap ia sudah memiliki rencana yang efektif untuk mengantisipasi kutukan ini. Mari berharap jika sang profesor sudah menemukan jimat untuk menangkal kutukan November.

Baca juga artikel terkait SEPAKBOLA atau tulisan lainnya dari Putu Agung Nara Indra

tirto.id - Olahraga
Reporter: Putu Agung Nara Indra
Penulis: Putu Agung Nara Indra
Editor: Zen RS