Menuju konten utama
Berita Internasional Terkini

Apa Kendala Pengungsi Rohingya Saat Ingin Kembali ke Myanmar?

Pada Hari Pengungsi Sedunia, pengungsi Rohingya ingin mengingatkan dunia tentang kondisi mereka.

Apa Kendala Pengungsi Rohingya Saat Ingin Kembali ke Myanmar?
Pengungsi Rohingya berusaha mendapatkan bantuan yang diberikan dari sebuah truk di kamp pengungsi Kutupalong dekat Cox's Bazar, Bangladesh, Minggu (10/12/2017). ANTARA FOTO/REUTERS/Damir Sagolj

tirto.id - Sekitar puluhan ribu pengungsi Rohingya di Bangladeh menggelar unjuk rasa untuk menuntut agar mereka kembali dipulangkan ke negara asalnya Myanmar, usai penumpasan brutal oleh militer lima tahun lalu.

Demonstrasi yang digelar pada Minggu, 19 Juni 2022 atau menjelang Hari Pengungsi Sedunia itu dilakukan usai menteri luar negeri Bangladesh dan Myanmar mengadakan pertemuan pekan lalu lewat konferensi video.

Seorang pejabat kementerian luar negeri Bangladesh mengatakan, selama pertemuan itu, negaranya mendesak Mynmar agar pengungsi Rohingya bisa dipulangkan mulai tahun ini.

Menurut keterangan polisi, pawai dan unjuk rasa itu diikuti oleh ribuan pengungsi, termasuk anak-anak. Mereka berdiri di jalan-jalan dan gang dengan membawa spanduk bertuliskan "Cukup Sudah! Ayo Pulang".

"Lebih dari 10.000 Rohingya mengambil bagian dalam rapat umum di kamp-kamp di bawah yurisdiksi saya," kata pejabat polisi Naimul Haque kepada AFP.

Polisi mengatakan lebih dari 1.000 orang Rohingya mengambil bagian dalam setiap aksi unjuk rasa di setidaknya 29 kamp.

Kata Haque, pihak berwenang mengerahkan keamanan ekstra di kamp-kamp untuk mencegah kekerasan, seraya menambahkan bahwa demonstrasi "berjalan dengan damai".

IMIGRAN ROHINGYA TERDAMPAR DI ACEH TIMUR

Sejumlah imigran etnis rohingya berada di kawasan pantai Kuala Simpang Ulim, Simpang Ulim, Aceh Timur, Aceh, Jumat (4/6/2021). ANTARA FOTO/Hayaturrahmah/Lmo/foc.

Mengapa Pengungsi Rohingya Ingin Pulang ke Myanmar?

Seperti dilaporkan France 24, hampir satu juta orang Rohingya dikurung di gubuk bambu dan terpal pada 34 kamp kumuh di wilayah tenggara Bangladesh. Mereka tinggal di sana tanpa pekerjaan, sanitasi yang buruk dan sedikit akses pendidikan.

Bangladesh secara ketat melarang mereka mengadakan rapat umum sejak Rohingya melakukan protes besar-besaran dengan jumlah mencapai 100 ribu orang pada bulan Agustus 2019 lalu.

Tetapi pihak berwenang mengizinkan beberapa kelompok Rohingya untuk mengadakan pawai dan rapat umum "Pulang" secara bersamaan menjelang Hari Pengungsi Sedunia pada hari Senin.

"Kami tidak ingin tinggal di kamp. Menjadi pengungsi tidak mudah. ​​Ini neraka. Cukup sudah. ​​Ayo pulang," kata pemimpin komunitas Rohingya Sayed Ullah dalam pidato di salah satu rapat umum.

Kepada Al Jazeera, Komisaris Bantuan dan Pemulangan Pengungsi tambahan Shamsud Douza mengatakan, pada Hari Pengungsi Sedunia, Senin, 20 Juni 2022, pengungsi Rohingya ingin mengingatkan dunia tentang kondisi mereka.

Seorang janda yang tinggal di kamp Rohingya di Ukhia bernama Rabeya, mengatakan komunitasnya berterima kasih kepada Bangladesh atas keramahannya. “Tapi kami ingin kembali ke tanah air kami. Kami ingin kembali ke tempat kelahiran kami sesegera mungkin,” katanya.

Upaya repatriasi--atau pemulangan kembali orang ke tanah airnya--sebelumnya telah gagal karena komunitas Rohingya menolak untuk pulang ke Myanmar sampai negara itu memberikan jaminan hak dan keamanan kepada minoritas Muslim.

Baca juga artikel terkait PENGUNGSI ROHINGYA atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

tirto.id - Politik
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Iswara N Raditya