tirto.id - Demam lassa dikabarkan muai merebak di Inggris setelah satu dekade. Dilansir dari The Guardian, dua orang Inggris didiagnosis menderita demam lassa dan tiga kasus dimungkinkan juga menderita demam lassa. Namun, menurut UK Health Security Agency tiga kasus kemungkinan tersebut masih diselidiki.
Demam lassa termasuk penyakit zoonosis, yakni manusia terinfeksi penyakit melalui kontak dengan hewan yang terinfeksi. Mengutip Infeksi Emerging, host atau reservoir dari virus lassa adalah hewan dari genus Mastomys, spesies Mastomys natalensis yang umumnya dikenal sebagai tikus ultimammate.
Tikus Mastomys yang terinfeksi dengan virus lassa tidak menjadi sakit, tetapi mereka dapat menularkan virus dalam urin dan tinja mereka.
Laman resmi WHO menyebutkan bahwa manusia biasanya terinfeksi virus lassa melalui paparan makanan atau barang-barang rumah tangga yang terkontaminasi dengan urin atau kotoran tikus Mastomys yang terinfeksi. Penyakit ini endemik pada populasi hewan pengerat di beberapa bagian Afrika Barat.
Virus penyebab penyakit demam lassa adalah Lassa Virus (LASV) atau Virus Lassa yang merupakan golongan arbovirus dengan genus arenavirus dan family arenaviridae. Virus ini merupakan jenis virus demam berdarah (Viral Hemorrhagic Fever/VHF) pada primata. Virus lassa merupakan virus RNA yang berantai tunggal dan ditemukan sekitar 30 tahun lalu.
Kasus Demam Lassa di Dunia
Melansir laman Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), demam lassa adalah penyakit virus akut yang ditularkan melalui hewan atau zoonosis. Endemik ini menyebar di beberapa bagian Afrika Barat termasuk Sierra Leone, Liberia, Guinea dan Nigeria.
Awalnya penyakit ini ditemukan di Lassa, Nigeria tahun 1969 dan dinamai sesuai dengan nama kota tersebut. Perkiraan kasar angka kasus demam lassa mencapai 100.000 hingga 300.000 kasus infeksi setiap tahun, dengan sekitar 5.000 kematian.
Sekitar 80 persen dari orang yang terinfeksi virus lassa tidak menimbulkan gejala. Sementara itu, 20 persen kasus atau satu dari lima orang yang terinfeksi mengalami gejala yang parah. Virus akan menyebar pada beberapa organ tubuh seperti hati, limpa, dan ginjal.
Virus lassa dapat menginfeksi hampir setiap jaringan dalam tubuh manusia, dimulai dari mukosa, usus, paru-paru, dan sistem urin kemudian berkembang ke sistem vaskular. Dalam kasus fatal demam lassa, kematian biasanya terjadi dalam waktu 14 hari sejak timbulnya penyakit.
Masa Inkubasi, Tanda, dan Gejala Demam Lassa
Menurut CDC masa inkubasi demam lassa sekitar 6-21 hari. Gejala penyakit ini timbul bertahap. Mulai dari demam, kelelahan, dan malaise.
Setelah beberapa hari, penderita akan merasakan sakit kepala, sakit tenggorokan, nyeri otot, nyeri dada, mual, muntah, diare, batuk, dan bisa juga disertai sakit perut.
Kasus demam lassa yang sangat parah akan mengakibatkan gejala berupa pembengkakan wajah, terdapat cairan dalam rongga paru-paru, pendarahan dari mulut, hidung, saluran vagina atau pencernaan, dan tekanan darah rendah.
Tahap infeksi lassa lebih lanjut menyebabkan protein dalam urin, shock, kejang, tremor, disorientasi, dan koma.
Penyintas lassa akan mengalami ketulian. Kasus tersebut terjadi pada 25 persen pasien yang bertahan hidup. Berdasarkan jumlah kasus tersebut, pendengaran pasien akan kembali normal setelah 1 sampai 3 bulan. Selama pemulihan pasien juga dapat mengalami rambut rontok sementara dan gangguan cara berjalan.
Pada kasus fatal, kematian akibat demam lassa biasanya terjadi dalam waktu 14 hari dari onset atau serangan virus. Penyakit ini sangat berbahaya di akhir kehamilan, dengan kemungkinan kematian ibu dan/atau janin terjadi lebih dari 80 persen kasus selama trimester ketiga.
Upaya Pencegahan Demam Lassa
Menurut CDC, pencegahan dapat dilakukan dengan menghindari kontak pada hewan pengerat Mastomys, terutama di wilayah geografis terjadinya wabah. Masyarakat juga dihimbau untuk menyimpan makanan dalam wadah tahan hewan pengerat dan menjaga kebersihan rumah agar mencegah hewan pengerat memasuki rumah.
Selain itu, tidak dianjurkan menggunakan hewan pengerat sebagai sumber makanan. Menjebak tikus di sekitar rumah dapat membantu mengurangi populasi hewan pengerat. Namun, penyebaran Mastomys yang luas di Afrika membuat kontrol penuh terhadap reservoir hewan pengerat ini menjadi tidak praktis.
Ketika merawat pasien dengan demam lassa, penularan penyakit lebih lanjut melalui kontak orang-ke-orang atau rute nosokomial dapat dengan tindakan pencegahan isolasi VHF atau metode keperawatan penghalang. Tindakan pencegahan tersebut termasuk:
- mengenakan pakaian pelindung, seperti masker, sarung tangan,APD, dan kacamata;
- menggunakan tindakan pengendalian infeksi, seperti sterilisasi peralatan lengkap;
- mengisolasi pasien yang terinfeksi dari kontak dengan orang yang tidak terlindungi sampai penyakitnya sembuh.
Upaya lain adalah dengan melakukan sosialisasi atau pencerdasan pada orang-orang di daerah berisiko tinggi tentang cara mengurangi populasi hewan pengerat di rumah mereka. Penelitian saat ini sedang dilakukan guna mengembangkan vaksin untuk demam lassa.
Penulis: Nurul Azizah
Editor: Yonada Nancy