tirto.id - Apa yang Anda harapkan dari tim yang mendominasi dengan 76 persen penguasan bola dalam sebuah pertandingan? Tentu saja, akan terasa heroik bagi salah satu pihak andai tim tersebut kalah. Sayangnya, hal ini tidak terjadi dalam pertandingan pekan 22 Liga Inggris antara Manchester City vs Wolves di Stadion Etihad, Selasa (15/1/2019) dini hari waktu Indonesia.
Dominan di penguasaan bola maupun tembakan (24:3), City menang mudah tiga gol tanpa balas. Gabriel Jesus tampil gemilang dengan sepasang golnya, sementara satu gol lain lahir dari bunuh diri Conor Coady.
"Kebanyakan tim datang ke sini [Etihad] untuk tampil serba bertahan dan itu tidak mudah [bagi kami]. Tapi kami menyelesaikannya dengan baik dan meraih tiga poin untuk mendekati Liverpool [pemuncak klasemen]," kata pelatih Manchester City, Pep Guardiola setelah laga, seperti dilansir BBC Sport.
City bermain dengan 4-3-3, sementara Wolves menerapkan 3-5-2. Kunci hasil laga terdapat ketika Manchester City--sejak menit awal--menyadari betapa rapuhnya sisi kanan pertahanan Wolves.
Semua bermula dari upaya tembakan perdana Leroy Sane pada menit keempat yang ternyata mampu melukai pertahanan lawan dengan begitu mudah. Pola serangan yang sama kembali diulang pada menit 10, dan langsung berbuah manis.
Sane dengan mudah melepaskan diri dari kawalan Ryan Benett, kemudian membelokkan kiriman bola dari Aymeric Laporte dengan umpan tarik ke kotak penalti. Gabriel Jesus langsung menyambarnya dengan sontekan yang membuat kiper Rui Patricio tak mampu berbuat banyak. Skor 1-0.
Ketinggalan satu gol, Wolves panik. Alhasil, bek Willy Boly justru melakukan tekel keras terhadap Bernardo Silva yang berujung kartu merah.
Konsisten Mengeksploitasi Satu Sisi
Terlepas dari pro kontra mengenai keputusan kartu merah dari wasit, keluarnya Boly jadi momen tak kalah penting. Wolves yang bermain 10 orang terpaksa menurunkan Diego Jota dari posisi penyerang ke lini tengah. Kemudian, Leander Dendoncker yang sebelumnya berada di tengah diberi mandat untuk turun mengisi pos bek sebelah kiri.
Uniknya, City malah tak banyak menggempur sisi kiri pertahanan lawan yang mengalami perubahan. Anak asuh Pep Guardiola paham betul bahwa tanpa dirusak pun, aliran bola Wolves di sayap kiri tak akan berkembang untuk membangun serangan balik. Maklum saja, Jota dan Dendoncker yang mengisi sisi tersebut tidak bermain pada posisi idealnya.
Kemudian The Citizens meneruskan tekanannya secara konsisten ke sektor kanan pertahanan Wolves. Tekanan konsisten ini membuat Sterling yang sebenarnya ditugaskan menggempur sisi kiri pertahanan 'nganggur' dan tergerak lebih membantu tekanan ke sisi kanan pertahanan Wolves. Hasilnya, terjadilah pelanggaran Ryan Banett di dalam kotak penalti pada menit 39.
Lanjutannya bisa ditebak. Gabriel Jesus jadi eksekutor tendangan penalti, menceploskan bola ke gawang, dan menutup babak pertama dengan skor 2-0.
Pada paruh kedua, pola serangan City tak berbeda jauh. Rotasi pemain Wolves di menit awal sempat membuat serangan tuan rumah tertahan, namun tidak dalam kurun lama.
Perlahan tuan rumah melanjutkan dominasinya terhadap sisi kanan pertahanan tim tamu. Bahkan Leroy Sane dua kali hampir mencetak gol dalam kurun 10 menit awal babak kedua. Sayang, tak satu pun dari peluang tersebut mengubah skor.
Pep lantas melakukan penyegaran. Guna tetap membuat tekanan lancar, Sane yang kelelahan digantikan oleh De Bruyne. Kembali, hasilnya bisa ditebak. Bermain menekan sisi kanan pertahanan lawan, penggawa Timnas Belgia itu tak butuh waktu lama untuk membantu Conor Coady mencetak gol bunuh diri. Skor akhir 0-3.
"Saya rasa penalti itu seharusnya bukan pelanggaran, dan untuk melawan [City] 11 dengan 11 pemain saja berat, apalagi dengan 10 orang," kata pelatih Wolves, Nuno Espirito setelah pertandingan.
Peran Jesus Tetap Vital
Rangkuman di atas barangkali nyaris tak menjelaskan dengan detail peran Gabriel Jesus. Namun, secara keseluruhan bomber asal Brasil tersebut punya andil besar dalam keberhasilan tuan rumah memangkas jarak dengan Liverpool di klasemen Liga Inggris jadi empat angka saja.
Penyelesaian dinginnya pada menit awal yang berbuah jadi gol pertama membuat mental tuan rumah terjaga sampai akhir. Belum lagi eksekusi penaltinya yang membuat Rui Patricio, kiper pemenang Piala Eropa 2016 mati kutu.
Tiga tembakan ia lancarkan pada laga ini, dan dua di antaranya berujung gol.
"Semua pemain ingin melakukan yang terbaik, tapi sangat penting bagi seseorang untuk mencetak gol dan dia sekarang telah mencetak enam gol dalam dua laga terakhir," begitulah Pep Guardiola memuji performa Jesus, yang tak tampil penuh karena digantikan Sergio Aguero menjelang akhir laga.
Editor: Herdanang Ahmad Fauzan