Menuju konten utama

Amnesty International Ungkap Penjara Maut di Suriah

Amnesty International merilis laporan yang mengungkap keberadaan penjara maut di Saydnaya, Suriah yang menjadi lokasi eksekusi mati sekitar 13.000 tahanan.

Amnesty International Ungkap Penjara Maut di Suriah
Presiden Suriah Bashar al-Assad (C) bergabung tentara tentara Suriah untuk Iftar di peternakan desa Marj al-Sultan, Ghouta timur di Damaskus. [ANTARA FOTO/REUTERS/SANA]

tirto.id - Lembaga advokasi Hak Asasi Manusia (HAM), Amnesty International merilis laporan yang mengungkap keberadaan penjara maut yang berlokasi di Kota Saydnaya, dekat Damaskus, Suriah.

Laporan itu menemukan bukti bahwa penjara Saydnaya menjadi lokasi penyiksaan sekaligus eksekusi mati terhadap sekitar antara 5000 - 13.000 tahanan pemerintah suriah.

Dengan bukti ini, Amnesty menuding pemerintah suriah telah menjalankan sebuah kejahatan pembunuhan massal dan pelanggaran HAM berat. Lembaga ini juga memperkirakan praktik eksekusi massal itu terus belangsung hingga sekarang. Amnesty mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa segera menindaklanjuti temuan ini.

Amnesty International merilis laporan bertajuk "Human Slaughterhouse: Mass hanging and extermination at Saydnaya prison," itu pada Selasa (7/2/2017). Lembaga ini menyusun laporan tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan 84 saksi mata. Di antara para saksi mata itu ada dari kalangan tahanan, sipir penjara dan hakim.

Di laporan itu, Amnesty menyimpulkan pemerintah Suriah secara diam-diam dan sistematis menjalankan pembunuhan terhadap ribuan tahanan. Hasil investigasi Amnesty menemukan banyak bukti yang menunjukkan bahwa pembunuhan, penyiksaan dan penghilangan paksa ke para tahanan, yang terjadi sejak 2011 itu, menyasar para warga sipil dan berlangsung secara luas, sistematis dan menjadi bagian dari kebijakan negara.

Laporan tersebut menukil sebagian keterangan yang menggambarkan situasi terekstrem di penjara Saydnaya, yakni selama periode 2011-2015, setidaknya dalam sepekan minimal ada 50 tahanan yang diciduk dari selnya, disiksa dan kemudian dihukum gantung secara rahasia saat tengah malam tiba. Mayoritas korban eksekusi mati di penjara Saydnaya itu, menurut Amnesty, diduga kuat merupakan warga sipil yang beroposisi terhadap pemerintahan Presiden Suriah, Bashar Al-Assad.

“Mereka membiarkannya (tahanan yang digantung) di sana (lokasi penggantungan) selama 10-15 menit,” kata seorang bekas hakim yang dikutip kesaksiannya dalam laporan Amnesty.

Laporan Amnesty juga menulis, “Selama proses menuju eksekusi berlangsung, mereka (para tahanan) tertutup matanya. Mereka tak tahu kapan akan mati sampai jeratan tali melingkar di leher.”

Abu Muhammed, bekas sipir di penjara Saydnaya yang diwawancarai oleh Amnesty mengilustrasikan, “Saydnaya adalah akhir dari kehidupan, (tempat) matinya kemanusiaan.”

Agustus 2016 lalu, Amnesty International juga merilis laporan yang memperkirakan ada 17.723 orang tewas di penjara selama Maret 2011 – Desember 2015 akibat penyiksaan dan kekurangan makanan, air serta perawatan kesehatan. Para korban ini tidak termasuk mereka yang dieksekusi di penjara Saydanaya.

Sebagaimana dikutip BBC, laporan itu telah dibantah kebenarannya oleh pemerintah Suriah. Mereka menolak mengakui telah membunuh banyak tahanan atau pun tak memperlakukan tahanan secara layak.

Meskipun demikian, salah satu ahli bidang HAM Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan bahwa setahun lalu sejumlah kesaksian dan bukti video mengarahkan pada dugaan kuat adanya ribuan tahanan yang tewas secara massal di penjara.

Baca juga artikel terkait SURIAH atau tulisan lainnya dari Addi M Idhom

tirto.id - Hukum
Reporter: Addi M Idhom
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Addi M Idhom