tirto.id - Tahun 2019 lalu, BBC merekam kisah Usha Vishwakarma, perempuan India yang mendirikan kelas bela diri untuk melatih masyarakat India, khususnya perempuan dalam melawan tindak perkosaan. Gerakan ini diilhami oleh pengalaman masa lalunya yang mengaku pernah diperkosa. Tindakan Usha belakangan mendapatkan penghargaan dari otoritas setempat.
Akibat insiden kelam yang menimpanya itu, ia pun berkomitmen untuk “melatih dan membekali” jutaan perempuan di India dalam melawan tindak perkosaan. Karena menurutnya, rape culture merupakan “sesuatu yang harus dilawan”.
Tindak perkosaan memang masih menjadi masalah sosial yang menganggu masyarakat, khususnya bagi kelompok rentan seperti perempuan. Di Indonesia saja, misalnya, berdasarkan Catatan Tahunan (Catahu) Komnas Perempuan pada 6 Maret 2020, jumlah tindak perkosaan yang dilaporkan mencapai 715 kasus.
Padahal, berdasarkan pasal 285 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), pelaku perkosaan dapat diancam dengan hukuman penjara maksimal 12 tahun. Namun, menurut Komnas Perempuan, implementasi hukum yang tak tegas menjadi salah satu penyebab mengapa tindak perkosaan masih begitu tinggi.
Perkosaan sendiri dalam buku saku Komnas Perempuan berjudul “15 Bentuk Kekerasan Seksual”, didefinisikan sebagai: “serangan dalam bentuk pemaksaan hubungan seksual dengan memakai penis ke arah vagina, anus atau mulut korban. Bisa juga menggunakan jari tangan atau benda-benda lainnya.
Komnas Perempuan juga menambahkan, bahwa dalam perkosaan, tindakan yang dilakukan juga menyertakan unsur kekerasan, ancaman kekerasan, penahanan, tekanan psikologis, penyalahgunaan kekuasaan, atau dengan mengambil kesempatan dari lingkungan yang penuh paksaan.
Korban perkosaan, selain mendapat perlakuan yang berujung pada luka fisik, juga akan mengalami trauma, tekanan psikis bahkan stigma buruk dari masyarakat. Maka dari itu, selain mengatur ulang regulasi dan implementasi hukum “yang lebih tegas” untuk menghentikan tindak perkosaan, seperti kata Vishwakarma: “tindak perkosaan harus dilawan balik”.
Kiat Menghindari Tindak Perkosaan
Hal utama dan paling penting dalam menghindari tindak perkosaan adalah soal kepercayaan. Ketika bertemu orang baru, pastikan Anda mengenal profil orang tersebut. Misal, berdasarkan cerita dari teman, keluarga, atau rekan kerja.
Jika Anda merasa orang yang baru dikenal terlihat asing dan “kurang meyakinkan”, hindari memberikan informasi detail penting tentang Anda. Seperti sekadar bertukar nomor ponsel, namun, hindari memberi alamat rumah, tempat bekerja, atau jadwal rutinitas Anda.
Sebaiknya, hindari pula ajakan untuk pergi ke tempat-tempat yang “berpotensi”, seperti lokasi yang kurang ramai atau tempat hiburan seperti bar. Jika terlanjur, pastikan Anda masih dalam kesadaran (hindari konsumsi alkohol berlebihan) dan bawa kendaraan pribadi atau jasa transportasi terpercaya.
Namun, bagaimana jika tindak perkosaan datang secara spontan? Dalam artian, terjadi secara tak terduga di tempat dan oleh orang yang sama sekali belum Anda kenal?
Dikutip dari situs resmi departemen kepolisian ibu kota negara bagian California, City of Sacramento, ada dua hal yang dapat dilakukan, yakni pembelaan diri pasif dan pembelaan diri aktif.
Pembelaan diri secara pasif pada dasarnya hanya berlaku dalam beberapa kondisi saja, serta tidak ada jaminan akan sepenuhnya berhasil. Hal-hal yang bisa dilakukan antara lain memberitahu pemerkosa bahwa Anda sedang hamil, menstruasi atau menderita penyakit menular, dengan harapan pelaku akan merasa khawatir. Selain itu, Anda juga bisa berpura-pura tunduk dan menunggu kesempatan yang tepat untuk melarikan diri.
Menggunakan pertahanan pasif mungkin tidak berfungsi di semua situasi. Jika gagal, Anda dapat menggunakan ke pembelaan diri aktif. Namun, dalam mekanisme ini, seseorang paling tidak harus memiliki keberanian ganda dan kemampuan bela diri yang cukup.
Pertama-tama, sebelum memulai pertahanan fisik, Anda harus menyadari kemampuan Anda, baik fisik maupun mental. Selanjutnya, miliki strategi tentang apa yang ingin Anda lakukan jika Anda diserang. Jika Anda telah memikirkan masalah ini sebelumnya, Anda akan lebih siap untuk menghindari rasa panik yang melemahkan.
Kelas bela diri, seperti yang diajarkan Vishwakarma, misalnya, yang bertujuan untuk mengajarkan manuver pertahanan sehari-hari dapat membantu membangun kepercayaan diri. Penting untuk mengetahui titik-titik lemah dari pelaku, contohnya dengan menendang keras alat vital.
Selain itu, menggunakan alat-alat pelindung yang fleskibal untuk dibawa, mungkin juga akan banyak membantu Anda dalam melawan pelaku pemerkosa, salah satunya, sebagaimana rekomendasi Rewire, adalah penyemprot mrica. Dengan spray tersebut, Anda bisa menyemprotkannya ke bagian mata pelaku sebelum melumpuhkannya atau berlari meminta bantuan.
Alat Pencegah Pemerkosaan
Selain penyemprot mrica, berikut ini Tirto telah merangkum alat-alat yang bisa membantu Anda dalam mencegah atau melawan tindak perkosaan:
Athena
Athena adalah liontin silikon hitam berukuran setengah lembaran uang kertas dan bisa disematkan ke dompet, pakaian, atau bahkan dipakai sebagai kalung.
Dilansir daru Psychology Today, dengan tombol tersembunyi di tengah perangkat untuk mencegah peringatan yang tidak disengaja, pengguna dapat menahannya selama tiga detik untuk memicu alarm keras yang akan segera memberi tahu teman dan keluarga tentang lokasi mereka saat itu. Atau sebagai alternatif, tekan tiga kali secara berurutan untuk kirim peringatan senyap jika Anda curiga menjadi sasaran.
Revolar
Meskipun Revolar adalah perangkat yang dapat dikenakan dengan dijepitkan ke tali bra atau saku celana Anda, versi aplikasi gratis juga tersedia.
Revolar bekerja dengan Wi-Fi atau data seluler, dan saat bepergian, pengguna dapat menggunakan satu klik untuk memberi tahu kontak mereka bahwa seseorang aman, dua klik jika mereka merasa tidak aman, atau tiga klik jika mereka dalam bahaya.
Pengguna juga dapat menggunakan versi aplikasi untuk mengirim sendiri panggilan telepon. Telepon berdering dan memutar pesan yang direkam sebelumnya, sehingga pengguna dapat berpura-pura sedang melakukan panggilan untuk menghindari situasi tidak nyaman dalam keadaan darurat.
Rape-aXe
Rape-aXe adalah perangkat “anti-penetrasi vagina” yang diperkenalkan oleh dokter asal Afrika Selatan, Sonnet Ehlers, dan didistrubusikan secara luas pada 2010 lalu dalam gelaran Piala Dunia 2010.
Dilansir dari CNN, perangkat ini adalah "kondom lateks wanita" dengan deretan "gigi bergerigi” yang dipakai dengan cara memasukkannya ke vagina seperti tampon. Barisan gerigi dari kait seperti gigi yang melapisi bagian dalamnya akan menempel dan melukai penis pelaku selama penetrasi.
Go Guarded
Go Guarded merupakan produk pertahanan diri ini ditujukan untuk perempuan yang aktif. Senjata ini mempunyai ujung yang runcing dengan tepi bergerigi.
Jika diimbangi dengan kemampuan bela diri, maka perangkat ini akan sangat efektif dalam melukai dan melumpuhkan pelaku perkosaan.
Penulis: Ahmad Efendi
Editor: Agung DH