Menuju konten utama

Waspadai Mobile Ransomware yang Berpotensi Serang Indonesia

Ransomware diprediksi akan menyasar perangkat mobile, terutama di negara berkembang.

Waspadai Mobile Ransomware yang Berpotensi Serang Indonesia
Ilustrasi firewall untuk virus komputer. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Ransomware tak hanya menyerang perangkat PC, tetapi kini juga menyasar perangkat mobile. Kaspersky Lab Teritorry Channel Indonesia mencatat dalam laporan tahunannya, pelaku serangan mobile ransomware kini memfokuskan aksi mereka di negara berkembang.

"Kalau dulu ransomware identik dengan PC, kini juga menyerang mobile, karena pengguna mobile saat ini lebih banyak dari PC," kata Dony Koesmandarin, Manajer Kaspersky Lab, di Jakarta, Selasa (18/7/2017), seperti diwartakan Antara.

Laporan itu sesuai dengan hasil survei comScore yang menunjukkan peningkatan dan potensi peningkatan jumlah pengguna perangkat mobile.

"Karena penggunanya cukup banyak, akhirnya orang mulai bermain dan mencoba membuat malware di perangkat mobile," kata Dony.

Serangan mobile ransomware, menurut Donny, umumnya tidak berbeda dengan ransomware PC, hanya saja mobile ransomware menggunakan blocker.

"Mobile ransomware memblokir browser dan sistem operasi. Jika memblokir browser, hanya browser yang tidak bisa dibuka, tapi jika memblokir sistem operasi seluruh aplikasi akan tidak bisa dibuka," kata Dony.

Ketika aplikasi atau browser diklik akan muncul pop-up bertuliskan "Attention...". Hal ini menandakan perangkat mobile telah terjangkit ransomware.

"Hingga saat ini kita bisa bilang hampir tidak ada crypto locker untuk Android," sambung dia.

Dony mengatakan mobile ransomware paling mudah disebarkan melalui Google Play Store. "Siapa pun bisa jadi developer dan bisa di taruh di Google Play Store," ujar dia.

Beberapa aplikasi yang menurut Dony merupakan pembawa ransomware pada mobile adalah "Guide for Pokemon Go New" dan "Funny Video Pro".

Sayangnya, ciri-ciri aplikasi yang sudah disusupi malware sulit diketahui dengan kasat mata. "Anda harus punya tool dan experience," ujar Dony.

Hal ini yang menurut Dony membuat perangkat Android lebih rentan dibanding perangkat iOS. Pasalnya, developer iOS sangat disaring untuk dapat mengunggah aplikasi di Apple App Store.

Bahayanya, Dony mengatakan, pengguna mobile phone bisa menjadi "kaki tangan" kejahatan siber.

"Ketika Anda menggunakan aplikasi yang sudah di-inject, dan mengirim file tersebut kepada orang lain, maka Anda sudah ikut menyebarkan. Itulah salah satu cara kejahatan siber," kata dia.

Dony mengatakan, serangan mobile ransomware mencapai puncak pada periode 2016-2017. Berdasarkan laporan Kaspersky Lab, aktivasi mobile ransomware melejit pada kuartal pertama 2017 di mana terdapat 218.625 paket instalasi mobile Trojan-Ransomware -- 3,5 kali lebih banyak dari pada kuartal sebelumnya.

Para penjahat menyasar negara-negara dengan infrastruktur keuangan dan pembayaran yang masih berkembang karena mudah dikompromikan.

Pada periode 2015-2016, Jerman merupakan negara dengan persentase pengguna seluler tertinggi yang diserang oleh mobile ransomware (hampir 23 persen), diikuti oleh Kanada (hampir 20 persen), Inggris dan AS -- melebihi 15 persen.

Negara lain yang kena serangan mobile ransomware selama kurun itu meliputi Kazakhstan (14,42 persen), Italia, (12,54 persen), Belanda (12,30 persen), Spanyol (5,27 persen), Rusia (4,91 persen) dan Ukraina (4,63 persen).

Baca juga artikel terkait MALWARE atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Teknologi
Reporter: Dipna Videlia Putsanra
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Dipna Videlia Putsanra