Menuju konten utama

Tips Menciptakan Suasana Belajar yang Tenang di Dalam Kelas

Ada banyak cara untuk menciptakan suasana belajar yang tenang di kelas, yang terpenting adalah memiliki empati pada siswa.

Tips Menciptakan Suasana Belajar yang Tenang di Dalam Kelas
Ilustrasi guru mengajar. FOTO/Istockphoto

tirto.id - Menciptakan suasana kelas agar senantiasa damai dan kondusif merupakan faktor penting yang mempengaruhi fokus belajar siswa. Suasana kelas yang tenang dan damai dapat berasal dari pemahaman guru akan situasi sosial siswa.

Seorang guru perlu menunjukkan minat yang tulus dan tanpa syarat dalam membimbing siswa. Tentunya dibutuhkan kesabaran untuk mengatur siswa.

Dilansir Mercury News, studi Wooley dan Grogan-Kaylor mengatakan dukungan dari tokoh-tokoh otoritas seperti guru menjadi salah satu yang berperan dalam mencapai lingkungan kelas yang damai dan produktif.

Seorang guru perlu memiliki teknik pengelolaan kelas yang tepat untuk menciptakan suasana belajar-mengajar yang efektif dan menyenangkan. Di samping itu, penting untuk membangun pendekatan yang partisipatif, di mana siswa dan guru sama-sama aktif di kelas. Hal ini merupakan faktor penting dalam pembelajaran yang bermutu.

Anak-anak akan berperilaku seperti orang dewasa. Pada saat di sekolah, seorang guru yang menjadi sosok orang dewasa yang akan diikuti oleh para siswanya. Maka, dilansir Psychology Today, setiap murid akan mendapat manfaat apabila guru di kelas dapat menciptakan suasana tenang dengan beberapa tips berikut ini.

  • Memberikan arahan dengan hormat dan penuh empati
Guru harus menghindari perasaan cemas jika suasana kelas sedang tidak kondusif, terlebih meninggikan suara, karena siswa pun akan mengikutinya. Jika seorang guru dapat berkomunikasi secara tenang di kelas, murid akan meniru dan menjadi lebih mudah mengatur emosinya.

Jika seorang guru meminta maaf ketika melakukan kesalahan, memperlakukan siswanya dengan hormat dan penuh empati, maka siswa pun akan memperlakukan hal yang serupa.

  • Komunikasi dengan siswa
Anak cenderung untuk mengikuti atau meniru perlakuan orang tua. Ketika anak datang ke sekolah, mereka akan mencari orang dewasa untuk diikuti. Agar menjadi orang dewasa bisa diteladani, bentuklah hubungan yang hangat dengan siswa.

Ketika siswa sudah mulai tidak teratur, mulai lah berkomunikasi untuk memulihkan situasi menjadi damai kembali. Terkadang, hanya hal tersebut yang dibutuhkan seorang anak untuk menenangkan diri.

  • Libatkan dalam membuat aturan di kelas
Semua manusia menolak untuk dipaksa. Siswa pun demikian. Siswa sangat tertarik pada hal-hal yang berkaitan dengan keadilan. Jadi, guru perlu berbincang dengan siswa untuk menetapkan peraturan yang dibutuhkan di kelas. Siswa biasanya akan menawarkan lebih banyak aturan daripada yang diperlukan.

Ketika anak-anak terlibat dalam pembuatan aturan, mereka akan merasa “memiliki” lalu mengikutinya. Maka, tulis dan tempel aturan yang disepakati, tunjukan aturan seperlunya saat ingin mengingatkan anak-anak, dan terbuka lah untuk membantu anak-anak mengubah dan menambahkan aturan baru yang perlu dikembangkan.

  • Upaya preventif untuk mengatasi masalah siswa
Upaya preventif perlu dibangun untuk mencegah siswa terjerumus dalam gangguan yang lebih dalam. Guru harus membangun empati kepada setiap siswa. Pastikan berhubungan dengan siswa setiap hari, walaupun untuk waktu yang singkat.

Jika murid mengalami masalah, coba berkomunikasi dengannya dan mendengarkan apa yang membuatnya kesal. Menyelipkan humor-humor dan hal konyol juga dapat meredakan situasi yang tegang. Ketika anak-anak telah mendapat kesempatan untuk tertawa, itu akan mengurangi hormon stres dan membantu mereka tenang dan bekerja sama untuk menceritakan masalah mereka.

  • Bangun empati
Empati dapat menciptakan keajaiban di kelas. Seorang guru yang memiliki rasa empati terhadap siswanya akan membuat siswa lebih fokus mendengarkan pelajaran. Guru perlu mendengarkan berbagai keluhan dan kekhawatiran tentang segala hal yang mengganggu siswa. Hal ini akan membentuk hubungan erat antara guru dan siswa.

  • Pahami perilaku siswa
Seorang guru yang ingin mengubah perilaku siswa, harus memahami lebih dahulu bahwa siswa tersebut melakukan sesuatu karena memiliki alasan di baliknya.

Seorang guru perlu menetapkan batasan untuk menjaga semua siswa tetap di dalam jangkauannya. Ketika batasan telah ditetapkan, suasana kelas pun menjadi aman dan fokus. Guru perlu memahami alasan murid ketika berbuat sesuatu yang salah.

  • Beri kesempatan siswa untuk memperbaiki kesalahan
Tidak semua siswa berperilaku baik di sekolah. Jika siswa berbuat salah dengan menyakiti temannya, ada baiknya seorang guru berbicara tentang cara memperbaiki kesalahan tersebut. Guru perlu berdiskusi dengan siswa, sehingga mereka dapat belajar mengekspresikan pendapat tanpa menyakiti orang lain. Ini akan membantu mencegah dan mengatasi pertengkaran.

  • Pentingnya dukungan untuk siswa
Buat siswa berbicara tentang apa yang membantu mereka tenang ketika sedang kesal. Ketika seorang siswa kesal, dengarkan, empati, dan bantu dia merasa terkoneksi dengan guru. Kemudian, tanyakan padanya apakah itu akan membantunya merasa lebih baik.

Begitu siswa memberi tahu guru mengenai semua hal yang membuatnya kesal, dan seorang guru telah menyatakan sudut pandanganya, maka artinya siswa sudah terbuka untuk menerima respons yang membangun.

  • Penuhi kebutuhan siswa
Sebagian besar "kelakuan buruk" merupakan hasil dari kebutuhan anak yang tidak terpenuhi. Seorang siswa yang merasa sulit untuk mengucapkan selamat tinggal kepada orang tua dan suka berbuat masalah mungkin memerlukan perhatian khusus dari guru sehingga ia merasa dihargai ketika berada di sekolah.

Komitmen guru untuk mendukung anak memenuhi kebutuhannya dapat membuat siswa berada di jalur yang baik selama sisa hidupnya.

  • Beri kepercayaan pada siswa
Siswa melihat diri mereka di dalam sosok guru, dan mereka beranggapan guru selalu benar mengenai siswa. Kebanyakan orang dewasa memiliki cerita tentang guru yang membuat perubahan besar dalam hidup mereka. Guru itu mempercayai dan membantu memenuhi potensi muridnya. Kepercayaan merupakan hadiah terbesar yang bisa diberikan kepada siswa.

Baca juga artikel terkait KESEHATAN MENTAL atau tulisan lainnya dari Destri Ananda Prihatini

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Destri Ananda Prihatini
Penulis: Destri Ananda Prihatini
Editor: Dipna Videlia Putsanra