tirto.id - Pendaftaran Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) telah dibuka sejak Senin, 4 Februari 2019 hingga 14 Februari 2019. Program ini merupakan salah satu jalur yang disediakan oleh pemerintah untuk memberikan kesempatan bagi siswa yang berprestasi tinggi dan konsisten menunjukkan prestasinya di SMA dan sekolah sederajat.
Sama seperti pada 2018, tahun ini ada tiga cara agar siswa bisa diterima di Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Ada jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dengan kuota minimal 20%, Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) dengan kuota minimal 40%, dan jalur mandiri dengan kuota maksimal 30%.
Berdasarkan informasi pada situs resmi SNMPTN, salah satu syarat yang wajib dilakukan oleh peserta didik adalah memiliki nilai rapor saat SMA/SMK/MA. Di bagian pemeringkatan, ada kebijakan pemeringkatan berdasarkan nilai mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan mata pelajaran khas jurusan yakni Kimia, Fisika, dan Biologi (IPA); Sosiologi, Ekonomi, dan Geografi (IPS); Sastra Indonesia, Antropologi, dan salah satu Bahasa Asing (Bahasa); Kompetensi Keahlian (Teori Kejuruan dan Praktik Kejuruan).
Izin untuk mendaftar SNMPTN 2019 pun hanya diberikan kepada siswa yang memenuhi ketentuan akreditasi sekolah, yaitu masuk ke dalam kelompok siswa 40 persen terbaik di sekolahnya (akreditasi A), 25persen terbaik di sekolahnya (akreditasi B), dan 5 persen terbaik di sekolahnya (akreditasi C).
Koordinator Pelaksana Teknis SNMPTN, Budi Prasetyo, mengatakan pada 2019 ini terdapat 613.860 siswa dari 14.744 sekolah yang eligibel untuk mendaftar. “Eligibilitas ditentukan dengan melihat ketentuan kuota berdasarkan akreditasi sekolah seperti yang tercantum di laman www.snmptn.ac.id,” ujar Budi dalam siaran pers yang diterima Tirto.
Jika tak diterima melalui jalur SNMPTN, siswa bisa mendaftar melalui jalur SBMPTN, yaitu jalur yang diselenggarakan untuk memilih lebih dari satu PTN lintas wilayah. Pendaftar jalur ini tak perlu menggunakan rapor, yang penting memiliki nilai UTBK (Ujian Tulis Berbasis Komputer). Peserta yang sudah diterima di jalur SNMPTN tak diperkenankan mengikuti jalur ini.
Jalur terakhir yang bisa dipakai siswa jika tak lolos keduanya adalah jalur mandiri, yaitu jalur yang disediakan sendiri oleh masing-masing PTN, dengan aturan yang ditetapkan oleh masing-masing universitas.
Ketatnya Persaingan Masuk PTN
Mencecap bangku kuliah di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) masih menjadi dambaan bagi banyak orang hingga kini. Itu terbukti dari jumlah pendaftar yang selalu tinggi.
Sejak 2018, pemerintah menyodorkan 85 PTN non-vokasi yang mengikuti penerimaan SNMPTN, SBMPTN, dan jalur mandiri. Dari 85 universitas tersebut, 10 diantaranya merupakan kampus terbaik di Indonesia versi Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti).
Kesepuluh kampus itu adalah Institut Teknologi Bandung, Universitas Gajah Mada, Institut Pertanian Bogor, Universitas Indonesia, Universitas Diponegoro, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Universitas Airlangga, Universitas Hasanuddin, Universitas Padjajaran, (10) Universitas Andalas.
Tahun 2018 lalu, jumlah pendaftar SNMPTN sebanyak 586.155 siswa, tetapi hanya 110.946 siswa yang dinyatakan lulus seleksi di 85 Perguruan Tinggi Negeri (PTN) se-Indonesia atau hanya 18,9 persen peserta yang diterima.
Universitas yang paling banyak menerima mahasiswa pada 2018 adalah Universitas Brawijaya (3.341), Universitas Haluoleo (3.046), Universitas Diponegoro (2.929), Universitas Pendidikan Indonesia (2.563), dan Universitas Negeri Padang (2.476).
Salah satu universitas yang menjadi primadona para pendaftar adalah Universitas Indonesia (UI). Saya mencoba membandingkan jumlah peserta yang mendaftar di UI pada tahun 2018 dan daya tampung yang disediakan tahun 2019. Berdasarkan situs resmi Universitas Indonesia, jumlah peserta SNMPTN di UI mencapai 17.734 siswa dengan daya tampung sebanyak 1.670 kursi, dengan kata lain mereka hanya menerima 9,42 persen dari jumlah pendaftar.
Lonjakan pendaftar di UI terjadi pada jalur SBMPTN yang berjumlah 97.382 peserta, padahal kuota untuk jalur itu hanya 2.226. Artinya, jumlah peserta didik yang diterima melalui jalur SBMPTN hanya 2,28 persen dari pendaftar. Jika gagal menembus kedua jalur itu, UI masih memberi kesempatan untuk mendaftar melalui seleksi mandiri. Namun, di jalur ini, UI hanya menerima 1.663 mahasiswa.
Pada 2018, Program Studi Pendidikan Dokter memiliki jumlah pendaftar terbanyak di jalur SNMPTN yakni 1.044 orang dengan tingkat keketatan 11,27 persen. Jurusan lain yang menarik minat siswa di tahun 2018 adalah Akuntansi (1.006), Ilmu Hukum (872), Psikologi (830), dan Manajemen (763). Masing-masing jurusan tersebut memiliki tingkat keketatan berbeda, yakni 5,86 persen untuk Akuntansi, 8,60 persen untuk Ilmu Hukum, 7,23 persen untuk Psikologi, dan 7,73 persen untuk Manajemen.
Di jalur SBMPTN, pendaftar terbanyak ada di jurusan Ilmu Hukum sebanyak (4.568), Psikologi (4.271), Manajemen (3.965), Pendidikan Dokter (3.955), dan Ilmu Komunikasi (3.698), dengan tingkat keketatan 4,03 persen untuk Ilmu Hukum, 3,51 persen untuk Psikologi, 3,53 persen untuk Manajemen, 3,21 persen ntuk Pendidikan Dokter, dan 2,08 persen untuk Ilmu Komunikasi.
Sastra Daerah untuk Sastra Jawa pada tahun 2018 lalu menjadi fakultas yang memiliki peminat terendah di Universitas Indonesia untuk jalur SNMPTN, dengan pendaftar hanya 42 orang dan tingkat keketatan 40,48 persen. Begitu juga dengan jalur SBMPTN yang hanya menyedot minat 330 siswa.
Jika tahun 2019 Universitas Indonesia menyediakan 5.559 kursi, Universitas Andalas akan menerima 5.780 mahasiswa baru. Jumlah tersebut dibagi untuk 3 jalur penerimaan yaitu SNMPTN (1.735 mahasiswa), SBMPTN (2.312 mahasiswa), dan jalur mandiri (1.733 mahasiswa).
Masalah Pendaftaran SNMPTN
Tahun ini, minat siswa mengikuti SNMPTN masih tinggi. Laman SNMPTN 2019 sempat eror karena banyak yang mengakses. Seperti diberitakan Tirto sebelumnya, petugas call center Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) menyarankan agar pelamar mengakses situs pada malam hari, atau kala jam istirahat.
Selain itu, di hari pertama pendaftaran banyak cuitan di media sosial yang mengeluh tak bisa masuk ke dalam sistem pendaftaran SNMPTN. Hal ini diutarakan @qoidahoiknur di akun Twitter-nya: ia sudah memasukkan password dan NISN dengan benar, tapi sistem tak bisa menemukan.
Keluhan lain disampaikan oleh akun @wendyneedpeter yang diminta server untuk mengganti password. Padahal, ia sudah mengganti password lamanya. Ada pula warganet yang khawatir dengan kemunculan link palsu, serta meminta kepada penyelenggara untuk memperpanjang waktu melihat perankingan.
Tahun 2018 lalu, Kemenristekdikti menyampaikan bahwa tak seluruh siswa yang layak mendaftar. Tirto memberitakan dari 1.033.320 siswa yang dinyatakan layak untuk mendaftar seleksi, sebagian tak jadi mendaftar SNMPTN. Jumlah siswa yang mendaftar pun 590.830 dan hanya 586.154 yang melakukan finalisasi.
Koordinator Pelaksana Teknis SNMPTN, Budi Prasetyo, menyampaikan hingga Rabu, 6 Februari 2019 pukul 18.30, jumlah siswa yang telah login dan belum melakukan pendaftaran sebanyak 356.230. “Jumlah pendaftaran sebanyak 39.052 dan jumlah pendaftar sudah finalisasi sebanyak 24.278,” kata Budi kepada Tirto.
Budi juga membantah informasi blacklist bagi peserta atau pengurangan kuota sekolah yang tidak melakukan finalisasi pendaftaran SNMPTN. Saat ditanya ihwal kesulitan pelamar mengakses situs tersebut, Budi menyampaikan bahwa panitia SNMPTN masih melakukan pemetaan permasalahan akibat banyaknya siswa lulusan SMA yang mengakses situs.
Penulis: Widia Primastika
Editor: Maulida Sri Handayani