Menuju konten utama

Selebritas dan Kesenangan Orang Dalam Membenci

Pakar menyebutkan, kesepian menjadi alasan lain mengapa kebencian tetap membara dalam diri seseorang. 

Selebritas dan Kesenangan Orang Dalam Membenci
Ilustrasi Membenci. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Lucinta Luna kembali membuat heboh pengikutnya setelah mengunggah video percakapannya dengan Fatih Serefagic, seorang Hafidz Qur’an asal Amerika Serikat.

Lewat unggahannya yang kemudian dia hapus, Lucinta Luna ingin menegaskan bahwa kedekatannya dengan Serefagic tidaklah bualan semata.

Tak lama kemudian, akun @dramahaluu mengunggah ulang status Instagram Serefagic.

Seolah enggan mengakui kedekatannya dengan Lucinta Luna, lelaki itu menulis, “Saya berbicara dengan Luna selama satu hari sampai saya tahu dia seorang pria. Ini berbulan-bulan yang lalu. Kita tidak bicara sekarang. Tolong jangan menghibur ini dan menyebarkan kebohongan.”

Lucinta Luna bukan satu-satunya pesohor yang kerap menjadi bahan olok-olokan dalam akun @dramahaluu.

Rosa Meldianti, Hilda Vitria, dan Billy Syahputra adalah nama-nama yang tak luput dari cemoohan para pengikut akun ini.

Tak hanya dihujat karena masalah pribadi, para pembenci juga mengkritik fisik hingga aksesori yang mereka kenakan.

Kendati tak sedikit yang mengaku muak melihat mereka, anehnya, pengikut akun tersebut semakin banyak dan nyaris tak sepi komentar di setiap postingan.

Sebagai sesama pembenci, beberapa pengikut sesekali berdialog di akun komentar. Jika ada yang berbeda atau tak sepakat, mereka saling membantu “membombardir” orang itu.

Jika orang itu kembali menyerang meski dengan argumen yang masuk akal, para pembenci ini semakin beringas membela alasan kebencian mereka hingga kemudian terasa lebih seperti pembenaran.

Kebencian terhadap hal yang sama menjadi salah satu pendorong kuatnya sebuah hubungan. Pembenci biasanya memiliki masalah pribadi yang membuat dirinya merasa rendah diri.

Untuk mengatasi perasaan rendah diri ini, dia lantas melampiaskannya pada orang lain. Media sosial menjadi sarana yang menyenangkan karena menampung orang-orang yang juga mendukung kebenciannya tanpa merasa bersalah.

Vanessa van Edwards, seorang penyelidik perilaku dan penulis laris nasional dari Captivate: The Science of Succeeding with People, mengatakan, kesepian menjadi alasan lain mengapa kebencian tetap membara dalam diri seseorang.

Untuk mendapatkan teman, merendahkan orang lain lantas menjadi jalan yang dipilih orang tersebut.

Dengan menunjukkan kebencian yang terhadap hal yang sama, pembenci berharap orang lain akan menganggapnya satu pemikiran. Demikian seperti dilansir dari Science People.

“Kalau Anda ingin menciptakan hubungan pertemanan, saya tak menyarankan Anda untuk berbagi kebencian. Ini bisa merusak reputasi Anda jika orang yang Anda ajak bicara tak sepakat dengan pendapat negatif Anda,” kata Peneliti Science of People ini.

Selain merusak reputasi, sering mengungkapkan kebencian juga berpotensi membuat seseorang diasosiasikan dengan sifat itu oleh orang-orang di sekelilingnya.

Perasaan negatif berpengaruh terhadap mental orang lain sehingga itu membuatnya berpikir ulang untuk melibatkan si pembenci dalam kehidupannya.

“Orang benci pada mereka yang menyebarkan emosi negatif dan cenderung hanya mengingat sedikit hal dari yang Anda katakan. Mereka juga tidak lupa bagaimana rasanya saat bersama Anda, jadi jangan ciptakan kesan yang buruk,” tambah Edwards.

Baca juga artikel terkait ARTIS atau tulisan lainnya dari Artika Sari

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Artika Sari
Editor: Yandri Daniel Damaledo