Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Pekanbaru mendeteksi 12 titik panas yang mengindikasikan adanya kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau, Selasa (21/2/2017).
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Riau meminta helikopter pengebom air dan pesawat teknologi modifikasi cuaca (TMC) ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana setelah penetapan status siaga darurat bencana asap Riau .
Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika pada Rabu pagi mendeteksi sebanyak 18 titik panas yang mengindikasikan adanya kebakaran hutan dan lahan di Pulau Sumatera
Tim Mabes Polri telah menyerahkan hasil audit investigasi terkait kasus kebakaran hutan dan lahan (karhutla) pada Kapolda Riau. Dalam hasil investigasi itu disebutkan, ada kejanggalan enam berkas SP3 15 perusahaan tersangka karhutla.
Pagi ini, satelit NASA temukan 18 titik panas yang tersebar pada tiga provinsi di Sumatera. Di Sumatera Barat terpantau penyumbang terbanyak yakni 10 titik panas.
Titik panas di Sumatera meningkat drastis. Sebanyak 31 titik panas di Riau menjadikannya dataran paling panas. Menurut pengamatan BMKG, penemuan titik-titik panas itu berpotensi menyebabkan kebakaran hutan dan lahan
Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Provinsi Riau berpotensi mengarah ke wilayah Malaysia dan Singapura. Kondisi ini dijelaskan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebagai akibat dari adanya daerah belokan angin serta dominasi angin yang berhembus ke arah timur.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya menegaskan dirinya terus memantau asap pekat yang mengganggu dan membahayakan warga di daerah Duri, Dumai, Pekanbaru, dan beberapa daerah lain di Riau. Namun upaya itu juga bukan atas dasar desakan negara lain.
Satelit AS mendetekasi 65 titik panas di Sumatera dengan tingkat kepercayaan karhutla lebih dari 50 persen. Kabut asap tebal sebagai dampak dari kebakaran hutan dan lahan dilaporkan mulai menyelimuti wilayah di Kecamatan Mandau dan Kecamatan Pinggir, Kabupaten Bengkalis.
Satelit Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mendeteksi 68 titik panas berada di daratan Sumatera, Jumat pagi, setelah sehari sebelumnya cuma memantau sembilan titik wilayah tersebut.
BMKG mengungkapkan bahwa satelit mendeteksi 159 titik panas dengan tingkat kepercayaan potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) lebih dari 50 persen di daratan Sumatera.
Satelit telah mendeteksi adanya 55 titik panas di Sumatera. Terdapat tujuh provinsi dari total 10 provinsi yang menyumbang titik panas tersebut. Titik panas tersebut paling banyak ditemukan di provinsi Sumatera Barat dengan 16 titik dan Sumatera Selatan dengan 14 titik panas.
Sumatera Selatan melakukan rapat koordinasi dengan para pemangku kepentingan meliputi, TNI, Polri, Pemprov, BPBD, BMKG, Dishut, Disbun, dan perusahaan dan asosiasi pengusaha hutan untuk mencegah karhutla 2016.
Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru menemukan titik panas di wilayah Sumatera meningkat menjadi 65 titik dengan tingkat kepercayaan kebakaran hutan dan lahan (karlahut) sebesar 50 persen.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) tidak bergantung sepenuhnya pada sistem "Hot Spot" seperti yang dilakukan di negara lain, karena Indonesia memiliki kondisi yang berbeda dengan negara-negara lain. Oleh karena itu, data dari satelit tidak bisa dijadikan acuan.
Satelit Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru mendeteksi 82 titik panas dengan tingkat kepercayaan kebakaran hutan dan lahan (karlahut) mencapai 50 persen di Sumatera