Indeks Perbudakan

Kamu #TeamTom atau #TeamSummer?

Kapitalisme+rasisme+neo-imperalisme=kebun binatang manusia di akhir abad 19 hingga awal abad 20. Atas nama “primitif” dan “eksotisme”.

Samuel Morton dikenal sebagai bapak rasisme ilmiah. Membagi manusia menjadi lima ras dan menempatkan orang kulit putih sebagai ras paling cerdas dengan cara mengukur lingkar tengkorak.

Kanye West melontarkan penyataan yang layak dikecam. Menurut West, perbudakan kulit hitam di AS selama ratusan tahun adalah pilihan.

Letus kepala.
Sang presiden di ujung
nasib celaka.

Perlakuan eksploitatif terhadap PRT dan pengasuh sulit dipantau: mereka mengalami kekerasan di balik jeruji rumah.

Untung Surapati, bekas budak, mengawini putri majikannya yang orang Belanda. Ia kemudian terlibat asmara dengan istri seorang pangeran dari Banten.

Eropa berusaha keras menahan laju pengungsi. Hasilnya adalah perbudakan.

Korban Perbudakan Modern di Dunia 2016.

Industri pariwisata Bali yang mengeksploitasi kemolekan alam menyisakan problem bagi masyarakat sekitar.

Olaudah Equiano menjadi budak sejak usianya 11 tahun. Selama menjadi budak ia belajar membaca, menulis dan mengumpulkan uang untuk membebaskan diriya dari perbudakan.

Olaudah Equiano berjasa membebaskan status budak Afrika di Inggris.

Dua kisah penculikan dan motif yang sepintas mirip menghasilkan kesimpulan penting: perdagangan manusia dan perbudakan seksual makin marak.

Budak tak hanya disuruh bekerja di ladang dan beres-beres rumah, tapi juga jadi teman tidur tuannya.

Sekitar 90 persen dari upah para pekerja Korea Utara di luar negeri dikuasai negara.

Di Indonesia masih terjadi perbudakan modern yang berawal dari perdagangan manusia.

Jumat (6/1) lalu, Jepang menarik duta besarnya untuk Korea Selatan lantaran ada patung perempuan di depan konsulat Jepang yang diletakkan oleh para aktivis. Patung itu adalah simbol Jugun Ianfu, wanita-wanita yang dipaksa menjadi budak seks bagi tentara Jepang. Jugun ianfu tak hanya berasal dari Korea, tapi juga banyak wanita Indonesia.

Laporan IPG 2016 yang dikerjakan oleh Walk Free Foundation menyebut ada kurang lebih 45,8 juta budak modern di seluruh dunia. Mereka terjebak di bisnis prostitusi, eksploitasi seksual, buruh paksa, pernikahan paksa, hingga perdagangan organ. Semuanya bermodal ancaman dan kekerasan. Masing-masing negara berlomba untuk menurunkan angkanya, dan masing-masing negara juga memiliki prioritas serta caranya sendiri. Bagaimana dengan Indonesia?