Presiden Jokowi mengatakan masalah sekecil apapun yang berhubungan dengan kerukunan antarumat beragama, antarsuku dan budaya, sebaiknya diselesaikan segera sebaik mungkin supaya tidak sampai membesar.
"Sekali lagi bukan penghalang bagi kita hidup dalam keharmonisan, dalam kehidupan sehari-hari yang saling menghormati, saling membantu dan saling membangun solidaritas sosial yang kokoh," kata Presiden.
Polri mengajak publik terlibat di Festival Film Polisi IV tahun 2017 yang mengusung tema "Unity in Diversity." Tema ini diusung sebab Polri menganggap Indonesia sedang didera maraknya polemik SARA yang berpotensi memecah bangsa.
Lukman Hakim Saifuddin mengatakan keberadaan Masjid Raya Baiturrahmah yang baru saja diresmikannya sebagai bukti toleransi dari umat Hindu, di Kota Denpasar, Provinsi Bali.
Jokowi meminta tidak mencampuradukkan antara politik dan agama. Dengan begitu, ia berharap tidak terjadi lagi pertikaian dan gesekan antara suku, apalagi antara agama.
Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Bachtiar Nasir meminta agar umat Islam untuk tidak mudah terprovokasi, dipecah-belah serta dibenturkan dengan pihak lain.
Belakangan, komunitas homogen jadi populer, misalnya sekolah berdasar agama, kost-kostan dengan syarat agama, bahkan perumahan pun ada yang berdasarkan agama tertentu. Padahal, anak yang tumbuh dalam keragaman kemungkinan bisa lebih pintar.
Oknum yang bertanggung jawab atas pembubaran ibadah di Gedung Sabuga dapat ditindak pihak kepolisian. Namun, penindakan itu bergantung pada fakta hukum yang terungkap.
Presiden Joko Widodo mengingatkan semua pihak untuk terus menjaga dan merawat kemajemukan bangsa Indonesia yang merupakan anugerah dari Allah SWT yang harus dijaga.
Pratikno mengatakan banyak negara lain yang dianggap gagal mengelola keberagaman, karena konflik berkepanjangan seperti konflik di negara-negara Timur Tengah meski penduduknya homogen.