Indeks Brexit

Gubernur BI Agus Martowardojo menilai Amerika Serikat dan Jepang memiliki prospek ekonomi baik pasca hasil refrendum Inggris, Brexit.

Inggris telah memilih untuk meninggalkan Uni Eropa (UE), demikian hasil dari referendum bersejarah Brexit yang dilakukan pada Kamis waktu setempat, demikian diberitakan Reuters.

Pasar saham Asia jatuh tajam seiring dengan keputusan United Kingdom untuk meninggalkan Uni Eropa.

Mata uang Poundsterling jatuh tajam seiring dengan keputusan United Kingdom untuk keluar dari keanggotaan Uni Eropa. Di sisi lain, mata uang euro juga melemah terhadap dolar Amerika Serikat.

Hasil referendum Uni Eropa di Inggris tampaknya lebih ketat daripada yang diprediksi oleh para pengamat. Hingga berita ini ditulis, suara yang memilih untuk meninggalkan keanggotaan Uni Eropa lebih unggul daripada mereka yang memilih untuk bertahan.

Referendum Inggris memang menjadi isu yang sangat mengguncang beberapa hari terakhir ini. Bukan hanya dalam dunia politik, dunia hiburan pun memberikan respons yang beragam.

Brexit unggul 51,8 persen dibandingkan dengan Bremain, yang memperoleh suara 42 persen. Perdana Menteri Inggris, David Cameron menyatakan akan segera mundur dari kursi pemerintahannya dalam waktu dekat terkait hal tersebut.

Harga minyak dunia menguat pada Kamis (Jumat pagi WIB), bergabung dengan suasana optimistis di pasar karena para investor semakin yakin bahwa Inggris akan memilih untuk tetap di Uni Eropa.

Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai bahwa rencana Inggris keluar dari Uni Eropa (Brexit) tidak berdampak langsung bagi kinerja pasar modal Indonesia.

Harga saham di berbagai bursa efek Asia naik hari ini setelah investor mengalihkan portofolio modalnya ke asset-asset safe-haven (tempat pelarian modal yang aman) seperti yen Jepang dan surat utang negara, menjelang referendum masa depan Inggris Raya di Uni Eropa (Brexit).

Rakyat Inggris pada Kamis akan menentukan masa depan negaranya dengan mengikuti pemungutan suara soal apakah Inggris akan tetap menjadi anggota Uni Eropa (EU) atau keluar dari kelompok 28 negara itu.

Inggris belakangan ini kembali menghiasi headline berita internasional. Jika diingat kembali, sudah cukup lama negara mantan hegemon ini tidak mendapatkan porsi pemberitaan sebesar saat ini. Harus diakui, pesona Inggris dalam perpolitikan global makin pudar di tengah benderang pengaruh Amerika Serikat, Rusia, bahkan Cina.

Lawmaker Jo Cox, yang ditembak dan ditikam sepekan sebelum referendum keanggotaan Inggris dalam Uni Eropa, meninggal dunia karena pandangan politiknya dan korban dari kampanye politik pro Uni Eropa, kata suaminya seperti dikutip Reuters.

Surat kabar sayap kanan Inggris, Daily Mail, menyatakan masuk barisan media massa pendukung Brexit dengan menyatakan mendukung Inggris keluar dari Uni Eropa.

Perpisahan selalu menyakitkan, entah itu terjadi pada mahligai rumah tangga, perkongsian bisnis, ataupun hubungan antarnegara. Hal inilah yang tengah dihadapi Inggris saat menanti kemungkinan berpisah dengan Uni Eropa (UE) dalam referendum British Exit atau Brexit pada 23 Juni 2016 mendatang.

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa (21/6) pagi, bergerak menguat sebesar 123 poin menjadi Rp13.216 dibandingkan posisi sebelumnya pada posisi Rp13.339 per dolar AS.

Harga minyak dunia melonjak lagi pada Senin (Selasa pagi WIB) di pasar yang bergejolak. Itu terjadi berkat meningkatnya harapan bahwa Inggris akan memilih untuk tetap di Uni Eropa minggu ini dan dolar AS yang lebih rendah.

Pasar saham global melonjak pada Senin, dipimpin oleh reli saham perbankan, didorong meningkatnya harapan bahwa warga Inggris akan memilih untuk tetap menjadi bagian dari Uni Eropa dalam referendum ketat minggu ini.

Hasil jajak pendapat terbaru di Inggris menunjukkan bahwa banyak dari masyarakat negara tersebut mendukung kampanye untuk mempertahankan keanggotaan Inggris dalam Uni Eropa.

Sunday Times, sebuah surat kabar Inggris, menyatakan dukungannya terhadap keluarnya Inggris dari Uni Eropa dalam sebuah editorialnya. Mereka menganggap hal itu perlu dilakukan untuk mendorong adanya reformasi dalam blok negara-negara Eropa tersebut.