tirto.id - Ribuan orang hampir di seluruh Sudan turun ke jalan untuk menyerukan keadilan kepada mereka yang tewas sejak kudeta militer terjadi di negara itu pada 25 Oktober lalu.
Seperti dikutip Al Jazeera, untuk membubarkan peserta unjuk rasa yang berbaris menuju istana kepresidenan itu, pasukan keamanan menembakkan gas air mata.
Berdasarkan keterangan saksi mata, para demonstran berunjuk rasa di beberapa kota untuk menuntut kembalinya pemerintahan sipil dan memberikan keadilan kepada mereka yang tewas dalam aksi demo menentang kudeta tahun lalu.
“Pada hari Senin, pasukan keamanan sekali lagi menggunakan gas air mata untuk membubarkan pengunjuk rasa dari sekitar istana presiden,” kata Hiba Morgan dari Khartoum.
Kantor berita AFP melaporkan, para demonstran itu melemparkan batu ke arah pasukan keamanan, sedangkan yang lainnya sibuk membantu orang-orang yang terluka karena tabung gas air mata.
Di Kota Wad Madani, yang letaknya di selatan Khartoum, para pengunjuk rasa anti-kudeta terlihat mengibarkan bendera Sudan dan membawa poster bergambar orang-orang yang tewas dalam peristiwa kudeta.
Menurut saksi mata, mereka menentang aturan militer sambil meneriakkan: “Tidak, tidak untuk aturan militer” dan “darah ganti darah."
Protes Anti-Kudeta di Sudan Terjadi Sejak Tahun Lalu
Sejak militer mengambil alih kekuasaan tahun lalu, warga di Sudan sering melakukan protes secara teratur. Mereka ingin menggagalkan transisi setelah penggulingan presiden otokratis Omar al-Bashir pada 2019 lalu.
Seperti dikutip France24, sedikitnya 79 orang tewas dan ratusan orang mengalami luka-luka dalam tindakan keras terhadap unjuk rasa anti-kudeta, demikian menurut kelompok medis independen.
Sebelum terjadi kudeta, Sudan sudah berada dalam kondisi krisis ekonomi yang mengerikan. Negara itu mengalami pemotongan bantuan asing sebagai bagian dari kecaman masyarakat internasional atas kudeta.
Setelah kudeta, Amerika Serikat langsung menangguhkan bantuan sebesar 700 juta dolar AS ke Sudan. AS juga memperingatkan bahwa tindakan keras yang berkelanjutan oleh pihak berwenang akan memiliki "konsekuensi".
Akan tetapi, pihak berwenang Sudan membantah kalau mereka telah menggunakan peluru tajam dalam menangani demonstran. Pihak berwenang juga mengatakan sejumlah petugas keamanan ikut terluka dan seorang jenderal polisi ditikam sampai mati.
Pada hari Senin, Asosiasi Profesional Sudan, yang menyerukan protes anti-kudeta, mengatakan demonstrasi terbaru adalah "pesan kepada kediktatoran bahwa otoritas ada di tangan rakyat."
Editor: Iswara N Raditya