Menuju konten utama

Poin Terakhir Sang Black Mamba

Setelah 20 tahun berkarier di lapangan, Kobe Bryant memutuskan untuk pensiun dengan penuh gaya. Seperti biasa. salah satu legenda di NBA akhirnya mengakhiri karirnya dengan gemilang setelah menjadi pemain basket yang di segani di NBA Kobe pun berhenti , kerja keras dan berlatih menjadikannya salah satu pemain hebat.

Poin Terakhir Sang Black Mamba
pemain basket la lakers kobe bryant meninggalkan lapangan usai pertandingan terakhirnya melawan utah jazz. robert hanashiro-usa today/reuters.

tirto.id - "Orang-orang tak tahu betapa aku terobsesi dengan kemenangan."

Kalimat yang diucapkan oleh Kobe Bryant ini begitu menegaskan kalau dia adalah orang yang ambisius. Kalau mendengar namanya, yang selalu terngiang adalah prestasi. Juara. Rekor.

Sudah belajar bermain basket sejak umur 3 tahun, Kobe --namanya diambil dari daging sapi Kobe yang dikenal mahal-- memang tumbuh besar di keluarga pemain basket. Ayahnya, Joe Bryant, adalah mantan pemain Philadelphia 76ers, San Diego Clippers, dan Houston Rockets. Selepas itu, Joe bermain di Italia. Ia membawa serta keluarganya. Itu sebabnya Kobe fasih berbahasa Italia.

Sama seperti kebanyakan anak yang tumbuh di Italia, Kobe juga suka sepak bola. Dia suka A.C Milan. Tapi ternyata cintanya lebih condong pada basket. Setelah Joe pensiun pada 1991, mereka kembali ke Amerika Serikat. Dari sana, karier legendaris Kobe dimulai.

Dia masuk dalam tim basket SMA Lower Merion, Philadelphia. Selama bertanding dalam tim junior, Kobe membukukan rata-rata 31,1 poin, 10,4 rebounds, dan 5,2 assist. Namanya langsung tercatat sebagai "Pennsylvania Player of the Year" musim 1994-1995. Tapi tak ada yang lebih membahagiakan Kobe remaja sewaktu memimpin tim sekolahnya menjadi juara negara bagian pada 1996, pertama kalinya dalam 53 tahun terakhir.

"Itu adalah memori yang paling aku ingat dalam karier SMA-ku," ujar Kobe. "Sekolahku belum pernah memenangi gelar itu sejak 50 tahun terakhir. Jadi ini adalah pencapaian besar, dari rekor 4 menang-20 kali kalah sewaktu aku baru masuk, kemudian jadi juara negara bagian."

Los Angeles Lakers kemudian tertarik merekrutnya. Ajang pertamanya adalah Summer Pro League, sebuah liga basket untuk pemain-pemain yang masuk dalam pilihan tim NBA. Juga untuk para pemain yang belum dipilih tapi ingin membuktikan kemampuan. Di debut liga itu, Kobe membukukan 25 poin. Pada final, pemain berjuluk Black Mamba –Kobe mengambil nama ini dari nama pembunuh bayaran Black Mamba dalam film Kill Bill-- membukukan 36 poin. Rata-rata statistiknya adalah 24,5 poin per game.

Kemudian pada musim 1996-1997, Kobe akhirnya menjalani debutan sebagai rookie (pemain baru) untuk L.A Lakers. Dia menjadi pelapis untuk guards Eddie Jones dan Nick Van Exel. Meski sebagai pemain cadangan, Kobe mencatat rekor sebagai pemain termuda yang bermain di NBA. Saat itu, Kobe baru berumur 18 tahun 72 hari. Rekor itu baru dipecahkan oleh Jermaine O' Neal di musim yang sama, saat berlaga baru berumur 18 tahun 55 hari.

Sebagai pemain debutan, Kobe tampil gemilang. Dia berhasil masuk dalam tim NBA All Rookie, sebuah tim impian bagi juara debutan NBA. Dia juga menjadi juara kontes Slam Dunk pada 1997, sebagai pemain termuda yang juara dunk.

Kobe mendapat banyak rekor pribadi lain. Dari pemain termuda yang masuk dalam starter NBA All-Star, hingga poin terbanyak bagi pemain cadangan. Namun, dia belum pernah menjadi juara NBA. Hingga akhirnya Phil Jackson menjadi pelatih Lakers. Phil adalah pelatih legendaris. Dengan formasi segitiga penyerang, dia memenangkan 6 titel juara NBA bersama Chicago Bulls.

Benar saja. Dengan memanfaatkan benar Kobe dan partner legendarisnya, Shaquille O' Neal, Phil berhasil membawa Lakers menjadi juara NBA selama tiga tahun berturut-turut. Mulai musim 2000 hingga 2002. Dari sana, Kobe dan O'Neal benar-benar masuk dalam jajaran pemain elite NBA.

Kobe Juga Manusia

Meski kerap dianggap sebagai pemain super karena kemampuannya, toh Kobe juga manusia biasa. Dia sempat ingin menjajal karier lain: menjadi bintang hip-hop. Sejak SMA, Kobe memang tertarik pada hip-hop. Dia punya grup rap bernama CHEIZAW (harus ditulis dengan huruf kapital).

Pada musim panas 1998, Kobe pindah ke New York dan tinggal di rumah Steve Stoute, petinggi Sony Entertainment. Di sana, Kobe belajar untuk jadi bintang hip-hop. Selepas berlatih basket, Kobe belajar untuk menyerap "gaya hidup" hip-hop. Alias pesta pora sepanjang malam.

Sama seperti cara Kobe memperlakukan basket, dia juga serius dalam menangani karier musiknya. Saat libur liga dan tidak bermain, dia merekam lagunya bersama produser terkenal The Trackmasters yang terdiri dari duo Jean-Claude Olivie dan Samuel Barnes. Duo ini adalah produser banyak artis hip-hop dan rap terkenal, seperti R. Kelly, Nas, Jay-Z, hingga 50 Cent.

Suatu hari, didorong oleh obsesinya dan sedikit sifat belagunya, Kobe ingin menjajal rap battle, ajang yang menampilkan dua orang dari tim berlawanan, dan bergantian menyerang lawan dengan menggunakan lirik. Suatu malam di sebuah studio rekaman bernama Hit Factory, dia mengajak rekannya di CHEIZAW, Broady Boy, untuk menjajal rap battle. Tak tanggung-tanggung, mereka menantang artis rap profesional Punch-N-Words. Saat masuk panggung, Kobe langsung melempar kata perang.

"I quantum leap into the future and battle myself!" teriaknya.

Ternyata, setelah beberapa ronde, Broady kehabisan lirik. Mereka kalah. Kobe misuh-misuh ke Broady.

"Yo, you got to be in lyrical fitness, man," kata Kobe.

Tak hanya basket yang butuh stamina, rap battle pun demikian. Meski timnya kalah, Kobe mendapat pujian dari lawannya.

"Dia sangat dipengaruhi oleh Canibus," kata Words dari Punch-N-Words menyebut nama rapper legendaris.

"Kobe punya lirik yang berkualitas. Saat kamu berperang melawannya, kamu tidak bisa melihatnya sebagai Kobe. Kamu harus melihatnya sebagai seorang Bung yang bisa ngerap. Kalau kamu lengah, kamu bakal diberangus olehnya."

Vision, album perdana kobe, direncanakan rilis pada awal 2000. Lagu jagoan pertamanya berjudul "K.O.B.E", dinyanyikan bareng supermodel Tyra Banks. Sayang, lagu itu gagal di pasaran. Buntutnya, Sony membatalkan perilisan album itu. Steve Stoute mengabaikan Kobe. Di akhir 2000, Sony resmi mendepak Kobe dari label.

Kenapa Kobe, pria yang bersinonim dengan juara, rekor, dan prestasi, bisa gagal merintis karier di dunia musik?

Bisa dibilang karena Kobe salah waktu. Pada saat Kobe merintis karier sebagai pemusik, tren atlet jadi musisi sudah mengalami kejumudan. Rekan satu timnya di Lakers, O'Neal, sudah lebih dulu merilis lagu "What's Up Doc? Can We Rock?" pada 1993. Album Shaq Diesel di tahun yang sama mendapatkan platinum, dan Shaq-Fu: Da Return dirilis pada 1994. Pada 1996, album terbaru Shaq, You Can't Stop the Reign hanya masuk dalam peringkat 82 di tangga album Billboard 200. Ini adalah pertanda penurunan penjualan.

Tak hanya itu, album kompilasi B-Balls's Best Kep Secret (1994) yang diisi beberapa pemain basket seperti Gary Payton, Jason Kidd, dan Cedric Ceballos, dianggap sebagai "album atlet rap terburuk sepanjang masa."

"Dengan pertanda-pertanda itu, kita harusnya tahu kalau masuknya Bryant ke dalam dunia hip-hop adalah bencana," ujar Thomas Golianopoulos, penulis di Grantland yang pernah menulis panjang tentang karier musik Kobe.

Masa terpuruk Kobe tidak hanya dari karier bermusiknya saja. Kobe juga pernah tersangkut kasus pelecehan seksual. Pada 2003, Kobe sempat ditahan karena dugaan pelecehan pada pekerja hotel yang masih berusia 19 tahun. Sang pegawai hotel itu menyatakan kalau Kobe memperkosanya.

"Meskipun aku pikir hal itu (persetubuhan) adalah konsensus antara kami berdua, tapi ternyata dia tidak menganggapnya demikian," ujar Kobe.

Setelah beberapa kali bertemu di pengadilan, Kobe dan korban akhirnya bersepakat untuk berdamai. Kobe harus membayar sejumlah uang, yang jumlahnya tak pernah diungkapkan. Kobe juga meminta maaf pada publik karena kasus ini. Meski sudah berdamai dan minta maaf, tak urung perusahaan besar seperti McDonald's dan Nutella menghentikan kontrak kerja sama dengan Kobe. Penjualan kaos Kobe juga terjun bebas.

Kobe ternyata tidak melulu tentang prestasi. Kobe pernah gagal. Kobe pernah jatuh. Kobe memang manusia.

Kuncinya: Kerja Keras

Saat bermain, Kobe adalah pemain yang eksplosif. Dia andal baik menyerang, maupun bertahan. Dia juga lincah, tak bisa ditebak, dan mematikan, persis seperti karakter ular Black Mamba. Kobe Jago driblling, mahir dunk, dan tentu saja lihai melempar jump shot, baik dalam lingkaran, atau di area 3 poin. Dengan kata lain, dia komplit sebagai pemain basket.

Meski lahir dari keluarga pemain basket, Kobe tidak hanya mengandalkan bakat. Dia bekerja keras untuk meraih prestasinya. Semua rekan satu timnya di SMA tahu kalau Kobe selalu datang latihan jam 5 pagi, dan baru selesai pukul 7 malam.

Salah satu kisah betapa Kobe adalah pemain dengan etos latihan yang keras, pernah dituturkan oleh Robert Alert, salah satu pelatih kebugaran yang menangani Kobe di tim nasional Amerika Serikat.

"Aku bertemu Kobe tiga hari sebelum latihan dimulai. Kami berbincang pendek tentang latihan. Dia mencatat nomorku, dan aku bilang kalau butuh latihan ekstra tinggal telepon aku saja," katanya.

Pada pukul 4 pagi, Kobe menelepon Rob. Dia meminta tolong untuk dibantu latihan. Ketika Rob sampai di lapangan, dia melihat Kobe sendirian sudah bersimbah keringat.

Mereka kemudian berlatih tanding satu lawan satu selama satu jam 15 menit. Kemudian Kobe berlatih angkat berat. Juga latihan fitness selama 45 menit. Setelahnya mereka berpisah. Rob kembali ke hotel dan tidur, dan Kobe bilang masih akan berlatih menembak.

Sekitar pukul 11 pagi, Rob kembali ke lapangan latihan. Di sana sudah ada LeBron, Kevin Durant, Anthony Carmelo, dan pemain timnas lain. Rob melihat di bagian kanan lapangan, Kobe berlatih jump shot.

"Kapan kamu selesai, Bung?"

"Ha? Selesai apa?"

"Selesai latihan menembak. Jam berapa kamu pergi dari lapangan latihan?"

"Oh aku belum pulang. Mungkin sebentar lagi. Aku baru saja mencapai target 800 tembakan. Jadi mungkin aku mau pulang sebentar lagi."

Rob kaget. Kobe ternyata belum selesai berlatih sedari pukul 4 hingga 11 pagi.

"Saat itu aku sadar kalau Kobe memang pekerja keras. Semua cerita tentang dedikasinya, semua kutipan kalimatnya tentang kerja keras, baru aku lihat sekarang. Maka wajar kalau dia masih bisa mengalahkan pemain yang lebih muda 10 tahun ketimbang dia, juga wajar kalau dia jadi top skor musim ini," kata Rob.

Tapi umur memang tak bisa berbohong. Melewati angka 35 tahun, daya tahan tubuhnya mulai menurun. Sejak 2013, cedera kerap menghampiri. Berkali terapi, beberapa kali bermain, cedera kembali menghantam. Masalahnya, Kobe adalah atlet yang keras kepala. Dia tak mau sekadar bermain. Dia ingin bermain dengan stamina yang sama, pencapaian yang sama.

"Berat memang. Dia masih ingin bermain di level atas. Tidak cuma bermain bagus. Tapi bermain di level atas," kata Dr. Judy Seto, Kepala Terapis Fisik Lakers. "Bagi Kobe, hanya bermain saja tidak cukup. Dia mau bermain dengan caranya bermain. Kalau tak begitu, ya untuk apa?"

Tim terapis fisik bekerja keras untuk memulihkan Kobe. Setidaknya menjaga agar dia tetap fit. Jari kaki, kaki, tendon Achilles terutama bagian kiri yang pernah robek pada April 2013, adalah bagian-bagian yang kerap diawasi betul.

Kalau bisa digambarkan, rutinitas Kobe menjelang pertandingan adalah seperti ini. Dua hingga empat jam sebelum pertandingan dimulai, dia sudah sampai di arena pertandingan. Hal ini membuatnya masih sempat melakukan terapi sebelum bertanding. Setelah sedikit terapi, dia mulai latihan menembak. Kemudian ke ruangan angkat berat atau beristirahat. Rutinitasnya tidak saklek. Tergantung suasana hati.

Marko Yrjovuori, pemijat Lakers, akan membantu Kobe untuk melemaskan tungkai, lengan, dan seluruh badannya. Proporsinya adalah 20 persen fokus pada bagian atas badan, 80 persen fokus pada bagian bawah Kobe. Finn --panggilan Marko-- dibantu oleh alat pemijat yang diberi nama The Raptor, yang bisa melepaskan 3.600 stimulasi ke otot tiap menit. Tujuannya untuk membantu agar otot Kobe tetap kuat setiap saat.

Kobe terus menjalani rutinitas ini tiap hari selama pertandingan. Hingga akhirnya, ia sadar oleh keterbatasan tubuhnya. Kobe memilih musim ini sebagai musim terakhirnya. Menandai 20 tahun kariernya di NBA, hanya untuk satu tim: L.A Lakers. Tentu banyak orang yang sedih dengan pensiunnya Kobe. Baik penggemar, sesama pemain, hingga pelatih yang pernah bekerja dengannya.

"Pertandingan terakhirnya akan menjadi perpisahan yang menyedihkan untuk semua orang. Kami pasti akan merasa, 'apa yang bakal aku lakukan kalau Kobe pensiun'?" kata Marko Yrjovuori.

Warisan yang ditinggalkan Kobe begitu banyak. Reuters menyebut Kobe sebagai "...tak terbantahkan lagi, pemain terbaik di generasinya. "ESPN menasbihkan Kobe sebagai shooting guard terbaik kedua sepanjang masa, setelah Michael Jordan. Dengan torehan statistik 25 poin, 5,2 rebounds, 4,7 assist, dan 1,4 steals tiap pertandingan di sepanjang karier, dia disebut sebagai salah satu pemain terlengkap dalam sejarah NBA.

Kobe juga adalah pemain NBA pertama yang pernah mencapai setidaknya 30.000 poin dan 6.000 assist. Kobe juga satu dari hanya empat orang pemain yang pernah membukukan 25.000 poin, 6.000 rebounds, dan 6.000 assist. Selama kariernya, dia pernah mengantarkan Lakers jadi juara NBA sebanyak 5 kali, juga 3 kali menjadi pemain terbaik dalam pertandingan All Star.

Pertandingan terakhirnya berlangsung saat melawan Utah Jazz. Sekitar 18.000 penonton hadir menyaksikan pertandingan itu. Menurut ESPN, ada 5,4 juta penonton di Amerika Serikat yang menyaksikan pertandingan itu melalui televisi.

Di palagan terakhirnya itu, Kobe menggila. Pemain berusia 37 tahun itu seperti menjelma jadi pemain 18 tahun, saat kariernya baru dimulai dan kata cedera tak dikenalnya. Malam itu, dia melempar 50 tembakan, terbanyak sejak 33 tahun terakhir sejarah NBA. Pemain terakhir yang mampu mendekati rekor itu adalah Michael Jordan, yang melepaskan 49 tembakan pada 1993. Malam itu Kobe mengganas dengan mencetak 60 poin! Itu adalah jumlah poin terbanyak yang dicetak seorang pemain dalam musim 2015-2016 ini.

Kobe Bryant pensiun. Dan dia pensiun dengan penuh gaya.

Baca juga artikel terkait BASKET atau tulisan lainnya

tirto.id - Olahraga
Reporter: Nuran Wibisono