Menuju konten utama

Penyumbang Inflasi Besar Bulan Mei: Dari Cabai Hingga Transportasi

komponen utama pendorong inflasi adalah kelompok bahan makanan sebesar 2,02 persen.

Penyumbang Inflasi Besar Bulan Mei: Dari Cabai Hingga Transportasi
Pedagang memilah cabai merah di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Rabu (30/8/2017). ANTARA FOTO/Makna Zaezar

tirto.id - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi pada bulan Mei 2019 mencapai 0,68 persen karena adanya kenaikan harga di seluruh komponen indeks pengeluaran.

Kepala BPS Suharyanto mengatakan, komponen utama pendorong inflasi adalah kelompok bahan makanan sebesar 2,02 persen. Andil bahan makanan terhadap inflasi bulan Mei sendiri mencapai sebesar 0,43 persen.

Penyebab utama inflasi pada kelompok ini, jelas Suhariyanto, antara lain komoditas cabai merah sebesar 0,10 persen serta ayam ras sebesar 0,05 persen.

"Kemudian bawang putih 0,05 persen. Ikan segar 0,04 persen. Selebihnya kenaikan berbagai komoditas sayuran kecil-kecil, merangkak dikit-dikit, kontribusi 0,01 pada sayuran," ujar Suhariyanto dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta Pusat, Senin (10/6/2019).

Di samping bahan makanan, kelompok penyumbang inflasi terbesar adalah makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau yang mencapai 0,56 persen. Andil kelompok ini pada inflasi bulan Mei sebesar 0,10 persen.

Sementara komoditas yang menyumbang inflasi paling besar adalah nasi, lauk pauk dan gula pasir pada sub kelompok makam jadi serta rokok kretek dan filter.

"Selama puasa pada malas kali ya masak. Itu menyumbang 0,01. kemudian rokok kretek filter 0,01 persen dan gula pasir juga sedikit menyumbang inflasi 0,01 persen," ucapnya Suhariyanto.

Selanjutnya, adalah kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan dengan inflasi sebesar 0,54 persen dan punya andil 0,10 persen pada inflasi bulan Mei. Yang memberikan andil yang cukup besar pada kelompok tersebut adalah tarif angkutan antar kota sebesar 0,04 persen, serta angkutan udara dan kereta api masing-masing 0,02 persen.

"Jadi sesuatu yang wajar. Sebagaimana diketahui harga tiket yang paling mahal, kalau angkutan udara hanya 0,02 persen itu karena sebelumnya harga tiket sudah mahal," jelas Suharyanto.

Baca juga artikel terkait INFLASI atau tulisan lainnya dari Hendra Friana

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Hendra Friana
Penulis: Hendra Friana
Editor: Irwan Syambudi