Menuju konten utama

Penjelasaan Garuda Soal Skema Kerja Sama dengan Mahata

Dalam kerja sama penyediaan layanan konektivitas dalam penerbangan, Garuda memberikan jatah slot iklan di dalam pesawat bagi Mahata. Hal ini menghasilkan pendapatan bagi Garuda. 

Penjelasaan Garuda Soal Skema Kerja Sama dengan Mahata
Pesawat Garuda Indonesia dilayani di landasan Bandara Narita Tokyo. FOTO/AP

tirto.id - VP Corporate Secretary PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) Ikhsan Rosan menjelaskan skema kerja sama perusahaannya dengan PT Mahata Aero Teknologi.

Kerja sama penyediaan layanan konektivitas dalam penerbangan dengan masa berlaku 15 tahun itu diteken pada 31 Oktober 2018. Kerja sama ini menghasilkan pendapatan 239,94 juta dolar AS bagi Garuda yang dibukukan pada tahun pertama kontrak atau akhir 2018.

Ikhsan menjelaskan, dalam kerja sama itu, Garuda memberikan jatah slot iklan di dalam pesawat untuk Mahata.

"Jadi, Garuda ini kan marketplace. [Dengan] 50 juta [penumpang per tahun], kan kita punya share group. Nah, itu yang kita monetize [dijadikan sumber pendapatan]," kata dia di kantor Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Jakarta pada Jumat (3/5/2019).

Menurut Ikhsan, jumlah penumpang pesawat rata-rata 50 juta setiap tahun, merupakan pasar yang besar bagi pemasang iklan.

Dia menjelaskan, sebagai pemasang wifi, Mahata akan mendapatkan kesempatan untuk memasang iklan di dalam pesawat dalam bentuk tayangan-tayangan.

Oleh karena sudah mendapatkan jatah pemasangan iklan di dalam pesawat, Mahata memberikan kompensasi sebesar 239,94 juta dolar AS (setara Rp3,3 triliun) kepada Garuda. Kompensasi itu, kata Ikhsan, dihitung sebagai pemasukan sampingan Garuda Indonesia.

"Kan sekarang poinnya kita adalah dengan penumpang khusus. Ya mulai dari full service sampai dengan Citilink [low coast carier]. 50 juta [penumpang] itu pangsa yang besar untuk iklan," ujar dia.

"Nah itu masuk ke unsalary [pendapatan sampingan] kita. Itu bagian dari pengembangan dari unsalary kita," Ikhsan menambahkan.

Sebelumnya, Garuda sempat dikabarkan akan bekerja sama dengan Telkom untuk pemasangan wifi di dalam pesawat. Namun, Garuda kemudian memilih Mahata.

Namun, mengenai alasan Garuda memilih Mahata, Ikhsan enggan menjelaskan. Dia beralasan manajemen Garuda Indonesia akan memberikan penjelasan detail soal hal ini guna mencegah kesalahpahaman.

"Nanti [Garuda Indonesia] akan bicara detail soal itu. Karena kita enggak bisa sepotong soal itu. Bahwa poinnya adalah, kita berusaha meningkatkan layanan ini kemudian itu menjadi poin kita untuk meningkatkan unsalary kita," kata Ikhsan.

Pemasukan pendapatan dari kerja sama Garuda dengan Mahata ke dalam laporan keuangan tahun 2018 belakangan menjadi polemik.

Dua komisaris Garuda, Chairal Tanjung dan Dony Oskaria (saat ini sudah dicopot), menolak menerima laporan keuangan Garuda tahun 2018. Alasannya, mereka menilai hasil transaksi dari kerja sama Garuda dengan Mahata tidak layak dimasukkan dalam laporan keuangan 2018 sebagai pendapatan.

Baca juga artikel terkait GARUDA INDONESIA atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Addi M Idhom