tirto.id - Sudah sejak lama posisi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) diisi kader Muhammadiyah. Tapi 'tradisi' itu putus setelah Presiden Joko Widodo menunjuk Nadiem Makarim.
Nadiem bukan tokoh salah satu ormas Islam terbesar di Indonesia itu. Dia lebih dikenal sebagai pengusaha ekonomi digital lewat Go-Jek.
Muhammadiyah pun kecewa karenanya. Hal ini diungkapkan Wakil Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, Fahmi Salim, dalam sebuah diskusi di Jakarta, Sabtu (26/10/2019).
“Kalau ada kekecewaan, pasti,” katanya.
Menurutnya kekecewaan Muhammadiyah sama seperti Nahdlatul Ulama (NU) yang tidak lagi dipercaya memegang jabatan Menteri Agama (Menag). Jokowi memilih Menag dari unsur purnawirawan: Fachrul Razi.
“Sebagaimana NU merasa dicuri portofolio di Kemenag. Setelah reformasi, kan, [posisi Menag] hampir [selalu] dari unsur nahdliyin (warga NU), ya. Wajar NU kecewa berat.”
Fahmi menegaskan Muhammadiyah kecewa bukan karena mereka pragmatis. Toh mereka tidak terlibat dalam pemenangan Jokowi sebagaimana ormas Islam lain “seperti misalnya kawan-kawan PA 212.” Ia kecewa karena Muhammadiyah “punya pengalaman panjang mengurusi pendidikan.”
Baginya Nadiem memang orang berhasil. Tapi itu di bidang bisnis, dan belum tentu sukses pula di bidang lain.
“Ini mengkhawatirkan. Ahli boleh, tapi tepat enggak?” ucap Fahmi, lalu menegaskan mengurusi pendidikan itu berat. Ia tidak hanya membuat peserta didik melek teknologi saja sebagaimana yang dicita-citakan Nadiem, tapi juga perkara pembentukan karakter.
Nadiem sendiri mengaku “sangat optimis” dengan jabatan barunya. “Banyak sekali tugas, berat sekali tantangannya, tapi saya optimis,” katanya, Jumat (25/10/2019) kemarin.
Nadiem Makarim resmi dilantik sebagai Menteri Pendidikan, Rabu (23/10/2019). Dia menggantikan Muhadjir Effendy yang kini menjabat Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.
Muhadjir, yang akan mengawasi kinerja Nadiem, juga optimis. Muhadjir memastikan akan mendukung keputusan presiden dan membantu Nadiem memimpin Kemendikbud.
“Saya, kan, dulu juga di-bully waktu awal. Justru itu saatnya untuk Pak Menteri (Nadiem) membuktikan beliau bisa melakukan, tidak sepeti yang dibayangkan orang semua,” kata Muhadjir.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Rio Apinino