Menuju konten utama

MU vs Liverpool: Ketika The Reds Mulai Tidak Meyakinkan

Semakin dekat dengan garis finis Premier League musim ini, rasa percaya diri Liverpool justru semakin tergerus. 

MU vs Liverpool: Ketika The Reds Mulai Tidak Meyakinkan
Bendera sudut stadion Anfield dibingkai sebelum dimulainya pertandingan sepak bola Liga Premier Inggris, di, Liverpool, Inggris, Rabu, 29 Januari, 2019. AP Photo / Jon Super

tirto.id - Liverpool hanya meraih sekali kemenangan dalam lima pertandingan terakhir. Sisanya, anak asuh Jürgen Klopp selalu bermain imbang. Melihat bagaimana penampilan mereka saat menghadapi Manchester United di Old Trafford, Minggu (24/1/19), yang berakhir 0-0, hasil kurang menyenangkan tersebut ternyata cukup beralasan.

Di The Times, Tony Cascarino menulis: “Liverpool tidak seperti sebuah tim yang ingin memenangkan gelar [Premier League]. Mereka tampak khawatir.”

Hasil imbang melawan Setan Merah memang membuat Liverpool bertengger di puncak klasemen sementara Premier League. Meski begitu, Liverpool sebenarnya mempunyai kesempatan untuk membikin malu United di hadapan para pendukungnya sendiri dan memperlebar jarak dengan Manchester City yang bertengger di posisi dua: di tengah-tengah pertandingan itu, United dihajar badai cedera.

Bermain dengan formasi 4-4-2 berlian, United terpaksa menghabiskan jatah pergantian pemain bahkan sebelum babak pertama selesai. Pada menit ke-21, Ander Herrera, gelandang energik United, diganti Andreas Pereira karena masalah hamstring.

Empat menit berselang, gantian Juan Mata yang menepi, digantikan oleh Jesse Lingard. Namun Lingard, yang belum pulih benar dari cedera, terpaksa diganti setelah bermain hanya 18 menit.

Nasib buruk United tak berhenti sampai di situ. Pada babak kedua, karena jatah pergantian sudah habis, United juga terus mengandalkan Marcus Rashford yang bermasalah dengan engkelnya.

Setelah rencananya berantakan karena badai cedera, Ole Gunnar Solskjaer lantas menginstruksikan anak asuhnya untuk bermain bertahan. Jika saat menyerang mereka bermain dengan formasi 4-3-3--formasi yang dipakai setelah Juan Mata diganti--United bertahan dengan formasi 4-5-1.

Pogba, Pereira, dan McTominay merapat di lini tengah, sementara Lukaku dan Sánchez mengawal sisi lapangan. Selain itu, United juga bertahan begitu dalam.

Tak Dimanfaatkan

Lantas, apa respons Jurgen Klopp ketika pemain-pemain United dirundung cedera?

“Dia [Klopp] menunggu. Dan dia menunggu dan dia menunggu lebih lama lagi,” tulis Paul Joyce, koresponden The Times.

Pernyataan Joyce tersebut tepat sasaran. Setelah Klopp memasukkan Daniel Sturridge untuk menggantikan Roberto Firmino yang mengalami cedera pada babak pertama, ia tidak melakukan perubahan berarti hingga pertandingan memasuki menit 70-an. Padahal Liverpool sedang berada di atas angin.

Yang menarik, Liverpool juga tampak “lega” dengan permainan bertahan United. Daripada menggempur pertahanan United, pemain-pemain Liverpool memilih untuk memainkan bola di tengah lapangan.

Tiga gelandang Liverpool, Jordan Henderson, Georginio Wijnaldum, serta Fabinho, seringkali bertukar umpan tanpa berani melakukan penetrasi ke lini depan. Mereka terlalu khawatir bola akan direbut dan pemain-pemain United melancarkan serangan balik.

Liverpool kemudian hanya mengandalkan serangan dari sektor sayap. Namun, melihat umpan-umpan pemain Liverpool di sektor tersebut sering putus di tengah jalan, Klopp tak kunjung melakukan perubahan. Ia telat memainkan Xherdan Shaqiri.

Selain itu, ia juga tak berani menurunkan Trent Alexander-Arnold saat James Milner, full-back kanan Liverpool, hanya bermain begitu-begitu saja.

Menyoal dicadangkannya Trent Alexander-Arnold, Jurgen Klopp sebenarnya sudah mengambil pilihan tepat. Ia lemah dalam duel satu lawan satu, dan ada kemungkinan United akan kembali memainkan Marcus Rashford di sisi kiri untuk kembali mengeksploitasinya, seperti saat Liverpool kalah 2-1 dari United di Old Trafford pada Maret tahun lalu.

Rashford akhirnya memang dimainkan di posisi itu. Namun pada babak kedua, ia digeser sebagai penyerang tengah karena cedera yang mengganggunya. Dari sana, Arnold sebetulnya bisa dimainkan untuk mendukung Mo Salah yang mati kutu karena pengawalan ketat dari Luke Shaw, full-back kiri United.

Sayangnya, Klopp tak mau melakukannya.

Permainan hati-hati Liverpool itu lantas dibuktikan oleh statistik: menurut catatan Whoscored, tingkat penguasaan bola Liverpool dalam pertandingan itu memang berhasil mencapai 64,5 persen, tapi mereka hanya mampu sekali melakukan tembakan tepat sasaran.

Selain cara menyerang yang sangat hati-hati, Liverpool juga tak berani menerapkan pressing meskipun United dalam keadaan compang-camping.

Benar bahwa Liverpool mulai mengurangi intensitas pressing-nya pada musim ini--terutama saat menghadapi tim-tim besar. Namun jika mereka berani melakukan pressing yang menurut Klopp merupakan “playmaker terbaik di dunia”, hasil pertandingan barangkali bisa berbeda.

Dan untuk permainan Liverpool itu, Jonathan Wilson, analis sepakbola Inggris, pun mengambil kesimpulan: “hasil dari pertandingan Liverpool tersebut tentu dapat diterima, karena membuat mereka tetap berada di puncak klasemen. Namun, bagaimanapun, penampilan mereka mampu meningkatkan rasa khawatir ke tahapan lebih lanjut.”

Baca juga artikel terkait LIGA INGGRIS atau tulisan lainnya dari Renalto Setiawan

tirto.id - Olahraga
Penulis: Renalto Setiawan
Editor: Rio Apinino