Menuju konten utama
Pendidikan Kewarganegaraan

Mengenal Tradisi Ngayah dari Bali dan Nilai yang Ada di Dalamnya

Tradisi "ngayah" di Bali: pengertian, contoh ngayah, dan nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi ngayah.

Mengenal Tradisi Ngayah dari Bali dan Nilai yang Ada di Dalamnya
Ilustrasi. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/nym/wsj.

tirto.id - Di daerah Bali, terdapat salah satu tradisi yang dikenal sebagai ngayah. Budaya ini dijalankan lewat gotong royong pada kegiatan-kegiatan sosial tertentu.

“Ngayah” dalam bahasa Bali ternyata berarti “pekerjaan tanpa mendapat upah/imbalan”. Kendati terdengar tak lazim lantaran tidak diberikan upah, tapi budaya ini memang merupakan aktivitas yang dilakukan atas nama keikhlasan.

Jadi, tidak ada unsur keduniawian di dalamnya. Akan tetapi, mereka menjalankan kegiatan gotong royong untuk mengaplikasikan ajaran Karma Marga dengan sepenuh hati.

Lantas, bagaimana bentuk pelaksanaan ngayah serta nilai apa yang ada di dalamnya?

Pengertian Ngayah dan Jenis-jenisnya

Sesuatu yang dilakukan orang dalam tradisi ngayah fokus ke perjalanan batin seseorang. Jadi, segala pamrih duniawi atas pekerjaan dihapuskan demi memperoleh karma baik dari Tuhan.

Menurut situs Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Republik Indonesia, ngayah itu bermula dari kata ayah, ayahan, pengayah, dan ngayahang. Semua itu didefinisikan sebagai pekerjaan yang dilakukan tanpa memperoleh imbalan.

Masyarakat yang menjalankan tradisi ini tidak dipaksa oleh pihak manapun. Dengan kata lain, mereka yang ikut serta adalah orang-orang yang memang ikhlas menjalankannya.

I Gusti Made Widya Sena dalam artikel bertajuk “Implementasi Konsep ‘Ngayah’ dalam Meningkatkan Toleransi Kehidupan Umat Beragama di Bali” (hlm. 3), ada tiga jenis ngayah yang bisa dilihat dalam kehidupan sehari-hari.

Pertama, ada yang berhubungan dengan loyalitas dan dedikasi. Dengan begitu, masyarakat bersikap loyal atau setia dalam menjalankan pekerjaannya.

Selain itu, berdedikasi yang artinya berkorban memberikan isyarat ngayah dilakukan dengan memberikan suatu hal.

Kemudian, ada ngayah yang sifatnya sosiokultural. Dalam jenis ini, masyarakat ikhlas menjalankan suatu kegiatan demi pengembangan sosial dan budaya.

Misalnya, ada unsur masyarakat yang sukarela ikut bekerja bakti pada acara besar untuk pengenalan budaya.

Terakhir, ada jenis ngayah yang hubungannya terkait religius teritorial. Pada jenis ini, masyarakat bekerja sama dalam suatu lingkungan sosial tertentu. Contohnya ketika ada perayaan hari jadi Pura Kahyangan Tiga Desa Tegal Tugu, Bali.

Nilai-nilai yang Terkandung dalam Tradisi Ngayah

Dari penjelasan yang disebut di atas, sekiranya jelas bahwa ngayah mengandung beberapa nilai tertentu. Pertama, masyarakat diimbau untuk ikhlas dalam menjalankan kegiatan gotong royong.

Ketika mereka menjalankan kegiatan dengan ikhlas, maka mereka akan mendapatkan karma baik berupa pahala dari Yang Maha Esa. Sebenarnya, ngayah dideskripsikan lewat beberapa pustaka-pustakan agama Hindu.

Sebut salah satunya tercantum di Kitab Bhagawad Gita. Ada narasi yang dideskripsikan melalui kata-kata berikut (I Gusti Made Widya, hlm. 4).

Tasmad asaktah satatam

Karyam karma samacara

Asakto hy acaran karma

Param apnoti purusah

(Bhagawad Gita, III. 19)

Berikut ini artinya:

“Oleh karena itu, laksanakanlah segala kerja sebagai kewajiban tanpa terikat (imbalan atau akibat), sebab dengan melakukan kegiatan kerja yang bebas dari keterikatan, orang itu sesungguhnya akan mencapai yang utama”

Dengan begitu, ngayah memang mengandung nilai keikhlasan yang tak memikirkan imbalannya.

Melalui tradisi ini, orang-orang yang terlibat akan memperoleh ganjaran yang sesungguhnya (yang utama).

Baca juga artikel terkait TRADISI BALI atau tulisan lainnya dari Yuda Prinada

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Yuda Prinada
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Dhita Koesno