tirto.id - Manchester City akan menjamu Manchester United dalam lanjutan Premier League pada Minggu (8/12/2019) pukul 00.30 WIB. Manajer City, Pep Guardiola, memang menyebut perebutan gelar juara Premier League sudah berakhir. Namun itu hanyalah permainan kata-kata. Di Stadion Etihad, Pep tidak akan “sayang” dengan juru taktik United, Ole Gunnar Solskjær.
Solskjær Mengincar Luka Pep
Menjelang Derbi Manchester akhir pekan ini, Solskjær lebih disorot dibandingkan Guardiola. Pasalnya sang pelatih asal Norwegia itu baru saja membantu United menumbangkan Tottenham Hotspur yang diasuh José Mourinho pada Kamis (5/12).
Jika Man United mampu mengalahkan Man City di Etihad nanti, Solskjær bakal punya catatan tersendiri, yaitu bisa mencuri poin dari kesebelasan lima besar Liga Inggris musim lalu.
Solskjær membuat Man United memukul Chelsea 4-0, menahan Liverpool dan Arsenal dengan skor imbang 1-1, lalu menekuk Spurs 2-1. Satu-satunya kesebelasan lima besar yang belum dijumpai Setan Merah adalah Manchester City. Namun mungkinkah Solskjær memberikan luka kepada Pep, seperti dia menghasilkan sakit untuk Frank Lampard, Unai Emery, dan Jürgen Klopp?
Permainan Kata Guardiola
Musim ini adalah musim keempat Guardiola bersama Manchester City. Situasi tidak biasa menyergap sang pelatih. Setelah mampu menghasilkan 198 poin dalam dua musim terakhir sehingga bisa meraih gelar Premier League secara back-to-back, City kini baru mengoleksi 32 poin dari 15 pertandingan.
Jika melihat sejarah Pep di Manchester Biru, hanya sekali dia meraih poin lebih sedikit setelah 15 pekan dibandingkan musim ini, yaitu pada musim pertama (2016/17). Kala itu, dalam 15 laga awal, City meraih 30 poin, hasil dari sembilan menang, tiga seri, dan tiga kali kalah. Musim tersebut The Citizens finis di urutan ketiga.
Musim ini, sejak Manchester City kalah 1-3 dari Liverpool (10/11), Guardiola sering mengirimkan sinyal sudah menyerah dalam perburuan gelar juara Liga Inggris. Jarak kedua kesebelasan yang semakin masif jadi penyebab. Hingga pekan pertandingan ke-15, City tertinggal 11 poin dari Liverpool.
Bahkan, The Citizens kali ini bukan cuma bersaing dengan Liverpool. Mereka saat ini ada di urutan ketiga, tertinggal tiga poin dari Leicester City asuhan Brendan Rodgers. Mereka juga hanya unggul tiga angka dari Chelsea, tim peringkat empat yang dikomandoi Lampard.
Usai Manchester City mengalahkan Burnley 1-4 pada Rabu (4/12), lagi-lagi Guardiola mengeluarkan kalimat “pesimistis”. Pep seolah ingin mengalihkan beban yang dipanggul kesebelasannya untuk justru menjadi tekanan bagi Liverpool.
“Perebutan gelar sudah usai. Tidak ada yang memberi kami kesempatan. Dari selisih yang kami punya terhadap Liverpool (11 poin), sejujurnya bakal sedikit gila jika kami berpikir bisa juara,” kata Guardiola dikutip The Guardian.
Namun berpikir Manchester City kemudian tidak akan memasang gigi penuh saat melawan Manchester United adalah kesalahan besar. Musim lalu, Guardiola melakukan metode perang mental yang mirip. Saat City tertinggal 7 angka dari Liverpool, sang juru taktik memilih kalimat yang menyanjung The Reds.
Ujung cerita, Liverpool tidak bisa menahan tekanan. The Reds lantas kehilangan gelar juara dengan perbedaan hanya satu poin.
Kali ini, dengan selisih yang lebih jauh, Pep mengaku ingin fokus dari laga ke laga, sembari menyiratkan berharap Liverpool tergelincir.
“Berpikir berapa banyak cara untuk mendekati mereka (Liverpool) adalah hal bodoh. Kami memikirkan diri sendiri dan pertandingan berikutnya. Kami melangkah dari sebuah laga ke laga lain,” kata Pep.
Rekor Guardiola menghadapi Man United tergolong baik. Tujuh kali bertemu United sejak menjadi pelatih Man City, Pep menang empat kali, imbang sekali, dan hanya tumbang dua kali. Namun di sisi lain, dalam tiga duel kandang di Etihad kontra United, Pep justru hanya menang sekali, imbang sekali, dan tumbang sekali.
Rekor Tandang United Buruk
Di kubu seberang, Manchester United memang baru saja mengalahkan Tottenham Hotspur 2-1. Dengan hasil itu, posisi Solskjær—yang sempat rentan—seakan aman. Namun bukan berarti United punya peluang lebih untuk menundukkan City di Etihad.
Rekor Man United melawan tim elite di kandang tergolong bagus. Mereka bisa menaklukkan Chelsea dan Spurs. Namun ketika bermain di luar Old Trafford, catatan Setan Merah tergolong buruk.
Dalam 11 laga tandang terakhir di Premier League, United hanya menang sekali, yaitu kontra tuan rumah Norwich City 3-1 (2/11). Selebihnya Everton, West Ham United, Bournemouth, hingga Newcastle United—yang semuanya tergolong kesebelasan papan menengah ke bawah—bisa merontokkan pasukan Solskjær.
United boleh percaya diri karena menaklukkan Spurs. Namun kali ini Manchester City siap membendung mereka. Bahkan kiper David De Gea sudah bisa meramalkan apa yang akan terjadi: kesebelasannya mesti membangun pertahanan kokoh, menghadapi City yang mendominasi permainan.
“Laga ini selalu jadi jadwal istimewa. Ini laga derbi melawan tim papan atas yang memiliki gaya bermain yang jelas, dan suka mengalirkan bola. Dengan semua tekanan mereka, Anda harus bertahan dengan sangat baik,” kata sang penjaga gawang dikutip situs web resmi Manchester United.
Musim lalu, dalam perjumpaan termutakhir kedua kesebelasan di Old Trafford, Man United kalah dengan skor 0-2. Bernardo Silva dan Leroy Sané berhasil mencetak gol. Ketika itu, Setan Merah hanya dibiarkan memiliki 36,8 persen penguasaan bola, berbanding 63,2 persen milik City. United cuma memiliki satu tembakan tepat sasaran, berbanding lima milik sang tamu.
Kali ini, di awal momentum kebangkitan Man United, Guardiola tidak akan berbelas kasih dengan Solskjær. Hal potensial yang akan terjadi adalah: mahzab menyerang Pep akan dihadapi dengan mahzab bertahan dan serangan balik Ole. Siapa unggul?
Pertandingan Manchester City melawan Manchester United dapat dipantau melalui Mola TV pada Minggu (8/12/2019) pukul 00.30 WIB. Untuk mengakses siaran langsung, penggemar sepakbola dapat menggunakan Mola Polytron Streaming, Mola Polytron Smart TV, atau Mola Matrix.
(JEDA)
Penulis: Tim Media Servis