tirto.id - Hari Tuberkulosis Sedunia 2022 jatuh pada tanggal 24 Maret. Menurut Laporan Tuberkulosis Global oleh WHO yang dipublikasikan 2021, untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade, kematian akibat TBC meningkat.
Dibandingkan dengan 2019, lebih banyak seratus ribu jiwa meninggal karena TBC. Selain itu, orang yang didiagnosis dan diobati atau diberikan pengobatan pencegahan TBC menurun 18 persen dari tahun 2019 sehingga 4.1 juta pasien TBC tidak terdiagnosa dan terobati.
Untuk pertama kalinya penurunan juga terjadi dalam pembiayaan program TBC sebagai bagian dari pelayanan kesehatan esensial akibat pergeseran dukungan anggaran untuk mengatasi pandemi COVID-19.
Tema Hari TB Sedunia 2022 adalah "Invest to End TB. Save Lives." atau "Investasi untuk menghentikan TB. Menyelamatkan nyawa".
Tema ini menyampaikan kebutuhan mendesak untuk menginvestasikan sumber daya meningkatkan perjuangan melawan TB dan mencapai komitmen untuk mengakhiri TB yang dibuat oleh para pemimpin global.
Hal ini sangat penting dalam konteks pandemi COVID-19 yang telah membahayakan kemajuan "End TB" (mengakhiri TB), dan untuk memastikan akses yang adil ke pencegahan dan perawatan sejalan dengan upaya WHO untuk mencapai Cakupan Kesehatan Universal.
Lebih banyak investasi akan menyelamatkan jutaan nyawa lagi, mempercepat berakhirnya epidemi TB.
Untuk merayakan Hari TBC Sedunia 2022 ini Anda bisa ikut serta dengan mengunggah twibbon di media sosial. Berikut ini beberapa link twibbon yang bisa digunakan:
1. https://www.twibbonize.com/worldtubercolosisday
2. https://www.twibbonize.com/wtbd2022
3. https://www.twibbonize.com/semangatsembuhtbc
4. https://www.twibbonize.com/htbs2022
5. https://www.twibbonize.com/prtbday
6. https://www.twibbonize.com/worldtuberculosisdays2022
Menurut laporan WHO, Indonesia berada dalam daftar 30 negara dengan beban tuberkulosis tertinggi di dunia dan menempati peringkat tertinggi ketiga di dunia terkait angka kejadian tuberkulosis.
Untuk itu, Presiden Joko Widodo memberikan arahan untuk pencegahan TBC, yaitu:
Pertama, Pelacakan secara agresif untuk menemukan penderita TBC sehingga dapat menumpang proses pencarian untuk Covid-19. ”Kita harus tahu bahwa 845 penduduk penderita TBC dan yang ternotifikasi baru 562 ribu, sehingga yang belum terlaporkan masih kurang lebih 33%. Ini hati-hati,” ujar Presiden.
Kedua, Layanan diagnostik maupun pengobatan TBC harus terus tetap berlangsung diobati sampai sembuh, mulai stok obat-obatan juga dipastikan harus tersedia. ”Kalau perlu memang butuh Perpres atau Permen segera terbitkan sehingga prinsip kita sejak awal; temukan, obati, dan sembuh itu betul-betul bisa kita laksanakan,” kata Presiden seraya menambahkan sebagaimana penyelesaian Covid-19.
Ketiga, Upaya pencegahan, preventif, dan promotif untuk mengatasi TBC ini betul-betul harus lintas sektor, termasuk dari sisi infrastruktur. ”Semuanya harus dikerjakan terutama untuk tempat tinggal atau rumah yang lembab, kurang cahaya matahari, tanpa ventilasi. Terutama ini tempat-tempat yang padat ini perlu, kepadatan lingkungan,” ujarnya.
Editor: Yantina Debora