tirto.id - Pelatih Stade Rennes, Julien Stephan, mempertanyakan keputusan UEFA mengurangi skorsing Alexandre Lacazette, penyerang Arsenal. Akibat keputusan tersebut, Lacazette kini dapat bermain di leg kedua babak 16 besar Liga Eropa pada Jumat (14/3/2019) melawan Rennes.
UEFA awalnya memberikan sanksi larangan bertanding 3 kali untuk Alexandre Lacazette akibat ulahnya dalam leg pertama 32 besar Liga Eropa kontra BATE Borisov. Artinya, sang penyerang Perancis absen di leg kedua 32 besar, dan dua laga di 16 besar.
Namun, setelah menerima banding Arsenal, Komite Kontrol, Etika, dan Disiplin UEFA memutuskan, sanksi Lacazette berakhir pada leg pertama 16 besar lalu. Artinya, dia bisa diandalkan Meriam London untuk membalikkan agregat, mengingat di kandang Rennes, Arsenal kalah 3-1.
"Banding yang diajukan oleh Arsenal sebagian telah dikabulkan, dengan larangan pemain Arsenal, Alexandre Lacazette tampil dalam dua pertandingan kompetisi UEFA," demikian keterangan yang dimuat di situs resmi Arsenal pada Selasa (12/3/2019) lalu.
Menanggapi hal tersebut, Julien Stephan mengaku terkejut. Manajer berkebangsaan Perancis itu mengaku baru mengetahui pengurangan skorsing Lacazette pada Selasa (12/3), atau tiga hari jelang pertandingan. Konsekuensinya, ia harus mengubah taktik yang sudah ia rencanakan sebelumnya.
"Waktunya agak mengejutkan. Kami tidak mengira dia [Lacazette] akan dimasukkan [ke dalam tim Arsenal] hingga Selasa malam. Itu mengubah banyak hal karena, dengan Lacazette, mereka dapat memainkan lebih banyak formasi, termasuk 3-5-2 dengan dua striker, yang mereka mainkan melawan Manchester United. Jelas, kehadirannya mengubah rencana [kami]," kata Stephan, seperti dikutip Telegraph.
“Kami tidak sadar bahwa mereka telah mengajukan banding atas keputusan tersebut. [setelah] Kartu merah yang diberikan sekitar sebulan lalu, jadi agak aneh [keputusan muncul] 48 jam sebelum pertandingan, tetapi kami harus menerima keputusan itu. Kami tidak punya waktu untuk dihabiskan dengan UEFA, kami di sini untuk berkonsentrasi pada permainan [dan melaju ke babak berikutnya],” tambah sang juru taktik.
Sementara itu, dalam konferensi pers jelang pertandingan, Unai Emery pelatih Arsenal, membenarkan kehadiran Lacazette di dalam tim akan memberi banyak opsi di lini depan Arsenal.
“[sekarang] Kami dapat bermain dengan sistem yang berbeda, dengan pemain yang berbeda [dari leg pertama]. Kami bisa bermain dengan dua striker, kami bisa bermain dengan satu saja," kata Unai Emery, seperti dikutip laman resmi Arsenal.
“Semua pemain sangat penting. Kami bisa bermain dengan Lacazette dan Aubameyang, atau kami bisa bermain dengan salah satu [dari keduanya]. Saya pikir kami akan membutuhkan kemungkinan yang berbeda jika pertandingan berjalan tidak berjalan sesuai rencana,” tambahnya.
Sebelum kejadian itu, Julian Stephan menyebut UEFA telah melakukan keanehan lain, yakni mengubah komposisi kandang-tandang, antara Arsenal dengan Rennes. Ketika undian babak 16 besar, Arsenal dijadwalkan menjadi tuan rumah terlebih dahulu di leg pertama, kemudian Rennes di leg kedua.
Namun, UEFA memutuskan untuk mengubahnya, dengan alasan Chelsea, yang merupakan tim Inggris lain di babak 16 besar, juga melakoni pertandingan kandang di leg pertama, sehingga salah satunya harus diubah. Dalam aturan UEFA, tidak boleh ada dua klub dari kota yang sama, menggelar laga dalam satu waktu.
“Hal pertama [keputusan UEFA] yang agak aneh adalah mengubah leg pertama dan kedua, ini sekarang [pengurangan skorsing Lacazette] hal kedua yang terjadi yang mengubah banyak hal. Mudah-mudahan, tidak akan ada kejutan lagi dan wasit besok akan tampil bagus [dan tidak membuat keanehan ketiga],” ujar Stephan.
Arsenal sendiri membutuhkan kemenangan 2 gol tanpa kebobolan untuk lolos ke babak berikutnya, atau menang dengan selisih 3 gol, jika Rennes berhasil mencetak gol. Hal ini terjadi karena di leg pertama yang berlangsung di kandang Rennes, mereka tumbang 3-1.
Penulis: Permadi Suntama
Editor: Fitra Firdaus