Menuju konten utama
Kasus Kematian Jamal Khashoggi

Kesetiaan Trump Kepada Saudi Buat Dukungan Republik Terbelah

Sikap Trump yang setia pada Arab Saudi di tengah tudingan pembunuhan Khashoggi membuat dukungan partai Republik terbelah.

Kesetiaan Trump Kepada Saudi Buat Dukungan Republik Terbelah
Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberikan komentar mengenai panasnya ruangan saat kampanye 'Make America Great Again' di Sekolah Menengah Atas Olentangy Orange di Lewis Center, Ohio, Amerika Serikat, Sabtu (4/8/2018). ANTARA FOTO/REUTERS/Leah Milli

tirto.id - Presiden AS, Donald Trump menyebut akan tetap "setia" kepada Arab Saudi, terlepas dari berbagai tudingan keterlibatan Mohammed Bin Salman (MBS) dalam pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi. Komentar yang dilontarkan pada Rabu (21/11/2018) tersebut, membuat dukungan dari kalangan politikus Republik, partai pengusung Trump pada Pemilu terakhir terbelah.

Sejumlah politikus Republik menyayangkan sikap Trump yang tidak memberikan hukuman terhadap Arab Saudi. Dengan bertindak lembut kepada pihak yang dicurigai terlibat dalam kasus pembunuhan--dalam hal ini MBS--Trump dianggap melanggar nilai-nilai kemanusiaan. Pernyataan ini dilontarkan Bob Corker, politikus Republik yang juga Komite Senat tentang Hubungan Luar Negeri AS.

"Ini adalah situasi yang rumit karena kami punya rekan jangka panjang [Arab Saudi] sejak puluhan tahun. Di saat yang sama, kami punya seorang Raja [MBS] yang saya yakin telah terlibat dalam pembunuhan tersebut," ungkap Bob Corker seperti dikutip AP.

Berlawanan dengan Bob, politikus Republik lain, Mike Pompeo menunjukkan sikap pembelaan terhadap Trump. Pria yang juga menjabat sebagai Menteri Negara AS itu berdalih jika Trump telah menjatuhan sanksi terhadap sejumlah pejabat Saudi.

"Kami [pemerintahan AS] telah menjatuhkan sanksi kepada 17 orang, beberapa di antaranya adalah orang senior di pemerintahan Saudi. Kami akan memastikan AS selalu berdiri untuk kemanusiaan," ujar Pompeo, berbicara dalam kapasitasnya sebagai Menteri Negara seperti dikutip Time.

Namun nasi telah menjadi bubur. Ucapan Pompeo dianggap sebagai omong kosong belaka oleh sejumlah kalangan Republik yang telanjur kecewa dengan sikap Trump. Ketidakpercayaan bahkan muncul dari senator South Carolina, Lindsey Graham.

"Ketika kami kehilangan sikap moral, kami sudah kehilangan aset terbesar kami," ujar Graham.

Pendapat Graham yang juga seorang politikus Republik seolah menegaskan semakin terbelahnya partai tersebut. Apalagi Graham merupakan salah satu rekan politik yang memiliki kedekatan dengan Trump.

Ketidaksepakatan Graham dengan Trump juga menyiratkan jika Trump perlahan terus kehilangan orang-orang terdekat. Ironisnya, situasi tersebut terjadi karena sikap kontroversialnya sendiri.

Dalam pernyataannya, Graham lantas menyarankan agar Trump tak menunjukkan sikap yang kelewat memancing kontroversi. Menurutnya, perkara pembunuhan Khashoggi bukan lagi hal harus terlalu dicampuri AS.

Trump sebelumnya menyatakan AS akan tetap jadi mitra setia Arab Saudi, sebagai tanggapan atas laporan CIA yang menyebut keterlibatan negara tersebut dalam pembunuhan Khashoggi.

"Ini adalah persamaan yang sangat sederhana bagi saya. Saya mementingkan Membuat Amerika Hebat Lagi dan saya memilih Mendahulukan Amerika," ujar Trump.

Jamal Khashoggi merupakan wartawan The Washington Post yang menghilang sejak masuk ke dalam Konsulat Saudi di Istanbul, 2 Oktober lalu. Awalnya, Khashoggi mendatangi Konsulat Saudi untuk mengurus dokumen agar bisa menikahi tunangannya asal Turki.

Sumber-sumber pemerintahan Turki menyebut Khashoggi dibunuh di Konsulat Saudi. Hal ini juga mulai dikaitkan dengan kritik Khashoggi terhadap praktik-praktik represif Kerajaan Saudi. Namun tuduhan itu sejauh ini dibantah keras oleh pihak Saudi.

Baca juga artikel terkait KASUS KEMATIAN JAMAL KHASHOGGI atau tulisan lainnya dari Herdanang Ahmad Fauzan

tirto.id - Politik
Penulis: Herdanang Ahmad Fauzan
Editor: Herdanang Ahmad Fauzan