tirto.id - Pandemi COVID-19 yang belum pasti kapan akan berakhir hanya dapat dilawan dengan sinergi antara pemerintah dan masyarakat. Jika pemerintah menggerakkan 3T (testing, tracing, dan treatment), masyarakat diminta untuk setia dengan kampanye 3M (memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan). Ada beberapa kesalahan umum terkait penerapan protokol kesehatan 3M yang secara tidak sadar dilakukan.
Gerakan 3M adalah langkah paling efektif dalam memutus mata rantai penularan virus Corona, yang hingga akhir November 2020 tersebar di 505 kabupaten/kota dalam 34 provinsi seluruh Indonesia.
M pertama dalam 3M, memakai masker, adalah langkah preventif paling dekat dengan diri sendiri. Dengan memakai masker, seseorang bertanggungjawab untuk 2 hal: mencegah dirinya tertular virus sekaligus menghalangi penularan virus dari dirinya kepada orang lain. Masker terbukti mampu menekan tingkat risiko penularan virus dari 100 persen hingga 1,5 persen.
M kedua dalam 3M adalah menjaga jarak, idealnya 2 meter dari orang lain dengan pertimbangan jarak terjauh yang dijangkau droplet ketika seseorang berbicara.
M ketiga dalam 3M adalah mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir selama 20 detik. Jika tidak ada air dan sabun, gunakan hand sanitizer dengan alkohol setidaknya 60 persen.
Kesalahan Umum dalam Penerapan 3M
Penerapan 3M ada kalanya tidak sempurna karena berbagai faktor. Beberapa kesalahan yang dilakukan terkait 3M ini adalah sebagai berikut.
Pertama, terkait menggunakan masker, kesalahan umum yang terjadi adalah menggunakan masker dengan longgar sehingga tidak menutup hidung. Mengingat penularan COVID-19 terjadi melalui droplet (cipratan liur), dan droplet dapat terlontar hingga 2 meter ketika seseorang berbicara, atau sampai 6 meter ketika seseorang bersin, penting bagi kita untuk memakai masker dengan benar.
Kedua, tetap memakai masker meski sudah basah. Masker hanya dapat dipakai maksimal selama 4 jam. Ketika masker sudah basah, perlu diganti. Oleh karenanya, ketika seseorang berada di luar rumah dalam waktu lama, ia perlu membawa masker cadangan sebagai langkah antisipasi.
Ketiga, sering memegang masker dan wajah meski tangan kotor. COVID-19 tidak hanya ditularkan secara langsung melalui droplet, tetapi juga secara tidak langsung ketika droplet terciprat di permukaan sebuah benda, lalu benda itu disentuh tangan. Ketika tangan itu menyentuh wajah atau hidung, ada potensi terjadinya penularan.
Keempat, tidak segera cuci tangan. Terdapat waktu-waktu penting ketika seseorang harus cuci tangan, di antaranya sebelum makan atau menyiapkan makanan, seebelum menyentuh wajah, setelah menggunakan kamar kecil, setelah meninggalkan tempat umum, seetelah membuang ingus, batuk, atau bersin, hingga setelah memakai masker.
Jika sabun dan air tidak tersedia ketika kita butuh mencuci tangan, alternatifnya adalah menggunakan hand sanitizer yang mengandung setidaknya 60% alkohol. Semprotkan hand sanitizer tersebut ke seluruh permukaan tangan dan gosokkan hingga terasa kering.
Kelima, tidak segera mandi atau bersih-bersih ketika datang dari luar rumah. Tidak ada yang bisa menjamin seseorang kebal dari COVID-19 meskipun ia tampak segar. Bisa saja ia asimtomatik (tanpa gejala). Hal ini terbukti dari data Satgas Penanganan COVID-19, bahwa orang dengan rentang usia 19 hingga 45 tahun justru adalah yang paling tinggi persentasenya soal positif terkonfirmasi COVID-19.
Sementara pemerintah terus berjuang dengan 3T (testing, tracing, dan treatment), masyarakat tidak boleh lupa selalu #ingatpesanibu dan menerapkan 3M yaitu memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir selama 20 detik, serta menjaga jarak dan menghindari kerumunan.
-----------------
Artikel ini diterbitkan atas kerja sama Tirto.id dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
Editor: Agung DH