tirto.id - Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) baru-baru ini mewacanakan rencana pemberian izin ke kampus asing yang berminat membuka perwakilan di Indonesia. Rencana itu kemudian menuai kritik dari sebagian kalangan perguruan tinggi di dalam negeri.
Akan tetapi, Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristek Dikti, Intan Ahmad menyatakan masuknya kampus asing ke banyak negara selama ini sudah dianggap wajar. Karena itu, ia berpendapat semestinya hal serupa juga mendapat respon baik di Indonesia.
Intan beralasan, berdasar data per 2015, sudah ada 76 negara di dunia yang mengizinkan sejumlah perguruan tinggi asing beroperasi di wilayahnya.
"Hal itu sudah terjadi dan puluhan negara sudah melakukan itu, tinggal bagaimana cara kita merespon dengan baik," kata Intan di sela acara Konferensi Forum Rektor Indonesia (FRI) di Gedung AP Pettarani Universitas Hasanuddin, Makassar pada Jumat (16/2/2018) seperti dikutip Antara.
Intan mencontohkan kampus yang berasal dari Amerika sudah banyak yang beroperasi di Cina dan Australia. Dia menambahkan Malaysia juga telah memberikan izin ke sejumlah kampus asing untuk beroperasi di negara itu. Intan mencatat ada sekitar delapan kampus asing beroperasi di Malaysia.
Menurut Intan, saat ini di Malaysia tercatat ada 170 ribu mahasiswa asing yang menempuh pendidikan tinggi di negara jiran tersebut. Dia membandingkan data jumlah mahasiswa asing yang sedang belajar di Indonesia, yakni 13 ribu.
"Ini adalah realitas dan tinggal bagaimana menyikapinya," kata Intan.
Tanggapan Jokowi Soal Wacana Kampus Asing Masuk Indonesia
Saat membuka Konferesi FRI pada Kamis kemarin (15/2/2018), Presiden Joko Widodo mengaku juga sudah mengetahui rencana Kemenristek Dikti mengenai kemungkinan memberikan izin kampus asing beroperasi di Indonesia.
Jokowi memahami maksud Kemenristek Dikti mempertimbangkan rencana tersebut, yakni untuk mendorong kompetisi di antara perguruan-perguruan tinggi di tanah air.
“Semuanya diajak bicara dulu. Kalau tanpa diberi kompetitor sudah berubah ya enggak usah. Tapi kalau kita tunggu enggak berubah-ubah, ya kita beri,” kata Jokowi sebagaimana dilansir laman Sekretariat Kabinet.
Jokowi juga mengakui bahwa kondisi perguruan tinggi di tanah air beragam. Dia berpendapat sebagiam kampus di Indonesia memang berpotensi menjadi World Class University. Tapi sebagian kampus lain justru masih menghadapi permasalahan-permasalahan mendasar.
“Ada yang fokus kontribusinya pada masyarakat lokal, dan ada yang levelnya sudah nasional maupun internasional,” kata Jokowi.
Namun, dia mengingatkan semua perguruan tinggi perlu serius berupaya memberikan kontribusi ke masyarakat. Dia mencontohkan universitas di pesisir atau kepulauan semestinya mendorong kemunculan inovasi pembudidayaan ikan, pengolahan hasil laut hingga pelestarian budaya bahari.
Bagi perguruan tinggi yang besar, Jokowi meminta agar segera berbenah untuk berkompetisi di ranah global, seperti dengan mengembangkan program studi atau fakultas baru yang inovatif.
“Sekali lagi kuncinya adalah relevansi dan inovasi. Jangan lagi terjebak pada rutinitas. Cara-cara baru harus dikembangkan, keinginan mahasiswa dan dosen untuk berinovasi harus ditumbuhkan, kreasi-kreasi baru harus difasilitasi dan dikembangkan,” kata Jokowi.
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Addi M Idhom