Menuju konten utama

Karena Mereka Otaknya Sepakbola

Mereka punya andil penting semasa masih bermain. Kini, para mantan pemain tengah itu melakoni peran baru yang tak kalah seru: sebagai manajer atau pelatih. Mereka adalah otaknya sepakbola, saat masih bergelut di atas rumput maupun ketika menjadi komandan dari pinggir lapangan.

Karena Mereka Otaknya Sepakbola
Zinedine Zidane FOTO/SHUTTERSTOCK

tirto.id - Dari 10 klub terbaik Eropa versi UEFA terbaru yang dirilis pada 19 Agustus 2016 lalu, nyaris seluruhnya saat ini ditangani oleh pelatih atau manajer yang dulunya berperan sebagai pemain tengah alias gelandang.

Ada 9 tim dari 10 klub paling oke di benua biru yang kini dibesut eks gelandang. Sebut saja Zinedine Zidane (Real Madrid), Carlo Ancelotti (Bayern Munchen), Luis Enrique (Barcelona), Diego Simeone (Atletico Madrid), Massimiliano Allegri (Juventus), Unai Emery (Paris Saint Germain), Antonio Conte (Chelsea), Rui Vitoria (Benfica), hingga Jorge Sampaoli (Sevilla).

Itu belum termasuk klub-klub elite Eropa di luar 10 besar. Ada Arsenal yang dimanajeri oleh Arsene Wenger, Pep Guardiola di Manchester City, Markus Weinzierl di Schalke 04, Roger Schmidt di Bayer Leverkusen, Jorge Jesus di Sporting Lisbon, dan jangan lupakan Jose Mourinho yang kini di Manchester United.

Banyak pula mantan gelandang yang dipercaya menjadi pelatih tim nasional. Di Euro 2016 lalu, misalnya, terdapat nama Vicente del Bosque (Spanyol), Joachim Low (Jerman), Didier Deschamps (Perancis), Marc Wilmots (Belgia), serta Antonio Conte (Italia) yang kini digaet Chelsea.

Kemudian Gianni De Biasi (Albania), Vladimir Petkovic (Swiss), Marcel Koller (Austria), Karel Jarolim (Republik Ceko), Martin O'Neill (Republik Irlandia), Adam Nawałka (Polandia), Michael O'Neill (Irlandia Utara), juga Jan Kozak (Slovakia).

Sementara di Copa America Centenario 2016 beredar nama Gerardo Martino (Argentina), Julio Baldivieso (Bolivia), Dunga (Brazil), Jose Pekerman (Kolombia), Juan Carlos Osorio (Meksiko), Oscar Ramirez (Kosta Rika), Winfried Schafer (Jamaika), dan Hernan Dario Gomez (Panama).

Bukan Pesepakbola Biasa

Tentunya bukan tanpa alasan pelatih-pelatih klub terbaik Eropa dan beberapa tim nasional di dunia saat ini adalah para mantan pesepakbola yang dulu mengemban peran sebagai pemain tengah.

Gelandang acapkali diklaim sebagai pesepakbola yang mempunyai daya intelektual tinggi. Beban tugas yang lebih rumit membuat seorang pemain tengah harus berpikir cerdas sekaligus tangkas. Setidaknya itu menurut pelatih top asal Italia, Carlo Ancelotti.

"Biasanya, pemain paling cerdas adalah seorang gelandang. Andrea Pirlo, Xabi Alonso, Thiago Motta, dan Didier Deschamps adalah contoh pemain tengah yang punya kecerdasan tinggi," sebut Ancelotti seperti dilansir Financial Times.

Terlepas dari klaim Ancelotti dan tanpa bermaksud menegasikan posisi lain, peran gelandang memang vital. Mereka adalah aktor sentral yang menghubungkan lini pertahanan dengan sektor serang dan menjadi otak sekaligus nafas tim ketika bertarung di lapangan.

Secara garis besar, ada tiga pembagian peran pemain tengah, yaitu gelandang bertahan, gelandang tengah, dan gelandang serang, meskipun dalam perkembangannya terdapat porsi yang lebih kompleks lagi terkait posisi ini.

Gelandang bertahan menjadi benteng terakhir sebelum area pertahanan. Guardiola, Simeone, Dunga, atau del Bosque cukup lekat dengan posisi ini. Mereka tidak selalu tampak mencolok di sebuah pertandingan, tapi punya peran krusial.

Ada juga gelandang bertahan bertipe perusak untuk mengacaukan alur serangan lawan. Gennaro Gattuso –yang kini melatih Pisa di Liga Italia Serie B– menjadi misal yang paling tepat untuk jenis ini. Juga Luis Enrique yang bahkan mampu melakoni banyak posisi di lini tengah.

Sedangkan tugas gelandang tengah adalah menjaga keseimbangan tim, antara bertahan dan menyerang. Mereka biasanya juga mengkoordinasi rekan-rekannya dari sentral lapangan. Sebagai contoh adalah Ancelotti, Conte, atau Deschamps, baik ketika tampil di klub maupun di tim nasional.

Sosok Zidane atau Wilmots bolehlah dimasukkan dalam kategori gelandang serang. Selain piawai dalam membagi bola, keduanya juga berperan sebagai motor serangan dan tak jarang mencetak gol bagi timnya.

Tengok saja 126 gol Zidane selama memperkuat Cannes, Bordeaux, Juventus, Real Madrid di liga domestik, juga di timnas Perancis sejak akhir 1980-an hingga awal 2000-an. Juga torehan 161 gol Wilmots dalam kurun waktu yang sekisaran dengan Zidane.

Reuni Beda Posisi

Menarik jika mengulik duel para manajer atau pelatih klub papan atas Eropa saat ini. Mereka pernah menjadi kawan maupun lawan ketika masih menjadi petarung di lapangan. Kini, beberapa dari mereka kembali bertemu dan berpotensi reuni meskipun bukan dalam posisi dan porsi yang serupa.

Guardiola dan Enrique sempat bahu-membahu di Barcelona dan sama-sama pernah menjadi kapten tim raksasa Spanyol itu. Pep –yang juga pernah melatih Barca– adalah gelandang Barcelona sekurun 1990-2001, sementara Enrique berada di tim yang sama hingga 2004 usai membelot dari Real Madrid sejak 1996.

Menariknya, hasil undian Liga Champions 2016/2017 bakal menjadi ajang perang sekaligus nostalgia bagi keduanya. Barcelona di bawah besutan Enrique berada satu grup dengan Manchester City yang kini ditangani oleh Guardiola.

Guardiola juga kembali bersaing dengan musuh lamanya, Mourinho. Keduanya pernah saling berhadapan saat masih di La Liga. Di masa mudanya, Mou sempat berkarier sebagai gelandang kendati tak terlalu populer. Kini, The Special One ada di kubu rival sekampung City, Manchester United.

Reuni juga terjadi antara Mou dengan Conte, pendatang baru Premier League. Keduanya sempat berkiprah di Serie A meskipun beda level klub. Mou meraih kejayaan bareng Inter Milan sementara Conte baru menapaki awal kariernya sebagai pelatih di Atalanta yang akhirnya terdegradasi di musim 2009/2010 itu.

Dari La Liga, Enrique dan Zidane akan berduel lagi seperti musim lalu. Saat masih menjadi pemain, keduanya kerap bertarung di El Clasico. Zidane diboyong ke Real Madrid dari Juventus pada 2001 di mana saat itu Enrique menjadi kapten Barcelona. Dua legenda ini bahkan pernah terlibat bentrokan fisik pada musim 2002/2003.

Zidane juga sempat bersinggungan dengan Simeone ketika masih di Serie A. Zidane di Juventus sementara Simeone membela Lazio pada era yang sama. Musim lalu dan kini, pertarungan keduanya terjadi di La Liga dalam laga-laga emosional tim sekota bertajuk derby Madrid.

Zidane, Simeone, Enrique, Guardiola, serta Conte adalah para gelandang terbaik klub-klub Eropa di medio 1990-an hingga awal milenium baru, ditambah sejumlah mantan pemain tengah lainnya yang juga beredar di era yang bersamaan macam Deschamps, Wilmots, Emery, dan Allegri.

Mereka, bersama eks gelandang yang berkiprah di periode sebelumnya, sebutlah Ancelotti atau Del Bosque, kini telah menjelma menjadi pelatih di klub atau tim nasional. Di profesinya yang dulu atau sekarang, para mantan pemain tengah ini menjadi otak bagi timnya kendati dengan peranan yang tidak sepenuhnya sama.

Baca juga artikel terkait SEPAKBOLA atau tulisan lainnya dari Iswara N Raditya

tirto.id - Olahraga
Reporter: Iswara N Raditya
Penulis: Iswara N Raditya
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti