Menuju konten utama

Kadin: Pelaku Industri Ritel Sedang Upayakan Perubahan Model Bisnis

Ketua Kadin mengklaim para pengusaha ritel telah mengantisipasi berkembangnya bisnis mereka secara daring (online) dengan melihat prospek ke depan.

Kadin: Pelaku Industri Ritel Sedang Upayakan Perubahan Model Bisnis
Ilustrasi bisnis online atau e-commerce. foto/shutterstock

tirto.id - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan Roeslani menilai tutupnya sejumlah gerai ritel belakangan ini bukan semata adanya perlambatan bisnis ritel. Menurut Rosan, para pelaku industri ritel sedang berupaya untuk mengubah model bisnis mereka agar semakin relevan dengan zaman.

Adapun Rosan mengklaim para pengusaha ritel telah mengantisipasi berkembangnya bisnis mereka secara daring (online) dengan melihat prospek ke depan. Meskipun pertumbuhan dan kontribusi bisnis online belum relatif besar, namun pergerakannya dinilai cukup signifikan.

“Jadi untuk outlet yang mereka lihat biasa-biasa saja, mereka reposisi model bisnisnya. Maka dari itu, nggak bisa dilihat ini tutup karena rugi. Saya bicara dengan teman-teman [pengusaha] ritel, mereka reposisi saja,” kata Rosan di Kementerian Perdagangan pada Senin (6/11/2017).

Lebih lanjut, Rosan turut mengimbau agar para industri ritel semakin sadar dengan menguatnya bisnis online saat ini. Dengan mengantisipasi dan menyiapkan skema transformasi sejak awal, Rosan berpendapat sejumlah dampak digitalisasi terhadap bisnis ritel pun dapat ditekan.

Sementara itu, Rosan melihat pertumbuhan bisnis ritel di kuartal IV ini akan cenderung landai. Untuk itu, Rosan menilai perlu adanya stimulus kebijakan sehingga pengeluaran masyarakat dapat terdorong angka permintaan pun bisa ikut naik.

“Perekonomian kita jalan karena orang melakukan pengeluaran, bukan orang menyimpang [uangnya]. Mesti melakukan pengeluaran. Karena semakin besar pengeluaran, semakin bergerak perekonomian kita,” ungkap Rosan.

Salah satu stimulus yang dinilai Rosan dapat diberikan kepada masyarakat tak lain adalah dengan membebaskan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada barang belanjaan dalam kurun waktu tertentu.

“Semua bisa dikalkulasi, tapi untuk menstimulus ini harus ada pengeluaran. Karena kalau tidak ya datar-datar saja,” ucap Rosan.

Kendati demikian, Rosan berharap belanja akhir tahun menjelang Natal dan Tahun Baru dapat mendorong pertumbuhan daya beli masyarakat terhadap kestabilan bisnis ritel. Rosan pun menilai gagasan untuk memberikan insentif tersebut dapat dilakukan dalam periode tersebut.

“Pemerintah harus bersedia melakukan itu. Akhir tahun biasanya toko-toko kasih diskon. Pas diskon itu, dikasih insentif fiskal saja sekalian,” ujar Rosan.

Masih dalam kesempatan yang sama, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita berpendapat kalau tutupnya sejumlah gerai ritel dipengaruhi oleh pola belanja masyarakat yang berubah. Enggartiasto tetap yakin kalau masyarakat dengan usia produktif lebih gemar berbelanja secara daring ketimbang ke toko ritel.

“Mereka hanya shifting saja. Jadi nggak ada soal. Kelompok milenial sekarang yang pengeluarannya tinggi, pola belanjanya berbeda,” kata Enggartiasto.

Baca juga artikel terkait INDUSTRI RITEL atau tulisan lainnya dari Damianus Andreas

tirto.id - Bisnis
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Yuliana Ratnasari