Menuju konten utama

Kabut Asap Bikin Biaya Hidup Warga Pekanbaru Meningkat

Kabut asap yang terjadi di Pekanbaru menaikkan biaya hidup warga.

Kabut Asap Bikin Biaya Hidup Warga Pekanbaru Meningkat
Seorang warga yang mengenakan masker melintas di dekat papan Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) di Kota Pekanbaru, Riau, Selasa (10/9/2019). ANTARA FOTO/FB Anggoro/wsj.

tirto.id - Bencana kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kota Pekanbaru, Riau, membikin biaya hidup warga meningkat.

“Pengeluaran untuk beli obat batuk, demam dan vitamin untuk dua anak saya sudah habis Rp600 ribu. Mau tidak mau, demi kesehatan anak-anak,” kata seorang warga, Riana Handayani (36) di Pekanbaru, Jumat (13/9/2019), seperti diberitakan Antara.

Riana mengatakan, kabut asap atau jerubu kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang semakin pekat di awal September membuat anaknya yang masih balita terserang demam. Anak-anaknya kini terpaksa diam di dalam rumah, selain itu, AC dan alat pemurni udara (air purifier) di rumah pun selalu dinyalakan 24 jam.

“Asap sudah terasa ke dalam rumah. Terpaksa AC dan air purifier selalu menyala, dan pasti biaya untuk listrik bertambah pula,” ujarnya.

Keluhan senada juga diungkap, Andika Dyas (38), warga Pekanbaru. Kepada Antara, Andika menuturkan bahwa dirinya terpaksa merogoh kocek hampir Rp1 juta karena dua anaknya yang masih balita karena terserang batuk dan alergi, diduga karena kondisi udara yang tercemar asap.

“Anak kami yang masih bayi sudah makin parah batuknya. Ditambah lagi alergi Dermatitis Atopik, makin parah kondisinya karena asap ini,” kata dia.

Kabut Asap Ganggu Aktivitas Perahu Motor

Warga lainnya, Bagus Himawan (40) menyatakan harus berkeliling kota mencari alat air purifier untuk menangkal asap yang terasa sampai ke dalam rumah. Ia mengaku sudah berkeliling ke semua toko sampai pusat perbelanjaan moderen, tapi persediaan alat tersebut habis.

“Semua toko mengaku kehabisan stok air purifier karena kemarin orang banyak memborong karena asap makin pekat. Yang ada tersisa cuma satu model dan harganya Rp7 juta,” kata Bagus.

Kualitas udara di sebagian Pekanbaru dan sejumlah wilayah di Riau dalam kategori berbahaya akibat polusi kabut asap Karhutla. Hingga Jumat sore sekitar pukul 15.00 WIB, asap pekat masih menyelimuti Pekanbaru.

Kondisi paling parah terjadi pada pagi hari karena jarak pandang di Pekanbaru turun drastis hingga tinggal 300 meter. Hal ini sempat membuat sejumlah warga Kota Pekanbaru heboh karena asap yang pekat membuat Jembatan Siak IV tidak terlihat dari pandangan mata. Tak hanya itu, kabut asap yang terjadi di Pekanbaru juga mengganggu aktivitas penerbangan.

Berdasarkan data BMKG Stasiun Pekanbaru, pada Jumat pagi pukul 06.00 WIB terpantau ada 1.319 titik panas (hotspot) di Pulau Sumatera. Titik panas paling banyak di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) yakni 537 titik, kemudian Jambi 440 titik, dan Riau 239 titik panas.

Khusus di Riau, titik panas paling banyak di Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) sebanyak 127 titik, Indragiri Hulu (Inhu) 31 titik, Pelalawan 30 titik, Rokan Hilir (Rohil) 18 titik, Kuansing dan Kampar masing-masing 11 titik, Bengkalis 7 titik, Siak 3 titik dan Kota Dumai satu titik.

Dari jumlah tersebut, 177 diantaranya dipastikan titik api. Lokasi paling banyak di Inhil dengan 98 titik. Kemudian di Inhu sebanyak 20 titik, Pelalawan 21 titik, Rohil 13 titik, Kuansing sembilan titik, Kampar delapan titik, Bengkalis enam titik, dan Siak dua titik.

Baca juga artikel terkait KABUT ASAP atau tulisan lainnya dari Widia Primastika

tirto.id - Hard news
Reporter: Widia Primastika & Gilang Ramadhan
Penulis: Widia Primastika