Menuju konten utama
Pandemi COVID-19

Jokowi Minta Daerah Tak Hanya Mitigasi Corona, tapi Recovery Juga

Jokowi mengatakan pandemi COVID-19 membuat Indonesia melihat sektor-sektor yang perlu segera direformasi.

Jokowi Minta Daerah Tak Hanya Mitigasi Corona, tapi Recovery Juga
Presiden Joko Widodo memberikan kata sambutan dalam pembukaan Asian Agriculture and Food Forum (ASAFF) tahun 2020 di Istana Negara, Jakarta, Kamis (12/3/2020). ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/hp.

tirto.id - Presiden Joko Widodo menyebut masa pemulihan pandemi COVID-19 menjadi krusial selain upaya menangani Corona. Sebab, berbagai negara akan berlomba-lomba untuk pulih pada 2021 sehingga salah satu indikator negara maju adalah yang cepat pulih akibat COVID-19.

“Saya optimis 2021 adalah tahun pemulihan, tahun recovery, dan tahun rebound. Untuk itu, selain kecepatan dalam mengatasi COVID-19, kita juga perlu kecepatan pulih, kecepatan untuk recovery,” kata Jokowi saat memberikan sambutan Musrembangnas 2020 via teleconference dari Istana Negara, Jakarta Pusat, Kamis (30/4/2020).

Jokowi menambahkan, “Saya lihat negara yang akan menjadi pemenang bukan yang hanya cepat mengatasi COVID-19, tapi juga negara yang melakukan cepat recovery.”

Jokowi mengatakan pandemi COVID-19 membuat Indonesia melihat sektor-sektor yang perlu segera direformasi. Pandemi telah memunculkan daya tahan ekonomi, sosial, dan pangan Indonesia hingga ketergantungan dengan negara lain.

Situasi ini juga membuat Indonesia bisa mengkaji ulang potensi negeri yang belum dikelola dengan baik, kata Jokowi.

Ia mencontohkan beberapa sektor yang menjadi perhatian.

Di sektor kesehatan, Jokowi menyoroti 95 persen industri farmasi dan bahan baku yang masih impor. Ia juga menyoroti rasio tenaga medis, dokter, maupun perawat, fasilitas rumah sakit hingga jumlah laboratorium.

Jokowi juga sempat mengkomparasikan jumlah tempat tidur Indonesia yang kalah dengan negara lain.

"Indonesia punya rasio masih kecil, 1,2 per seribu. Artinya tersedia 1,2 tempat tidur bagi seribu penduduk. Dibanding negara lain, kita masih kalah. India 2,7 per 1000. Tiongkok 4,3 per 1000. Tertinggi jepang 13 per 1000," kata Jokowi.

Kemudian Jokowi menyinggung soal ketersediaan pangan. Ia kembali mengingatkan imbauan FAO bahwa akan ada 135 juta orang terancam kelaparan. Oleh karena itu, permasalahan produksi pangan, kesiapan produksi pengolahan usai panen hingga efisiensi rantai pasok dan distribusi.

Jokowi juga menyinggung soal energi. Kasus harga minyak mentah yang turun dari 60 dolar AS per barel menjadi sekitar 20 dolar per barel mempengaruhi dalam negeri. Ia mendorong agar mengurangi energi fosil dan menentukan riset pengembangan energi terbarukan.

Kemudian, Jokowi juga menyoroti soal jaring pengaman sosial. Ia memandang, bantuan sosial perlu efektif dan cepat dikeluarkan sehingga tepat sasaran. Ia juga meminta data bersifat akurat dan akuntabel serta bisa diketahui publik.

"Sehingga bisa dikoreksi dengan cepat kalau ada kesalahan. Dengan demikian penerima bisa kita pastikan penerima itu benar-benar yang berhak dan membutuhkan," kata Jokowi.

Oleh karena itu, Jokowi ingin pemerintah daerah mengidentifikasi ulang sektor terdampak COVID-19.

Ia mencontohkan industri transportasi, pariwisata, konstruksi dan UMKM terdampak buruk cukup parah sementara tekstil, kimia, farmasi, makanan-minuman, jasa telekomunikasi dan logistik justru bergerak.

Jokowi ingin daerah menyiapkan langkah yang tepat dalam menyikapi situasi yang ada hingga proses pemulihannya.

"Saya minta disiapkan strategi besar recovery, peta jalan dan tahapan-tahapan. Tahapan mitigasi yang dilakukan saat ini seperti, apa sektor prioritas yang harus dibantu dan berapa lapangan kerja yang bisa diselamatkan," kata Jokowi.

Jokowi menambahkan, "Setelah mitigasi selesai kita masuk tahap recovery, siapkan sektor apa yang bisa langsung rebound, mana yang lambat, apa rencana intervensi kebijakan yang bisa dilakukan. Saat ini kita fokus pada tahap mitigasi.”

Baca juga artikel terkait VIRUS CORONA atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Abdul Aziz