Menuju konten utama

Industri Penerbangan Indonesia Bermasalah Akibat Tak Ada Masterplan

Mantan KSAU dan pengamat penerbangan Chappy Hakim memaparkan alasan mahalnya tiket pesawat dan masalah keuangan maskapai penerbangan di Indonesia.

Industri Penerbangan Indonesia Bermasalah Akibat Tak Ada Masterplan
Pesawat Garuda Indonesia. ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal.

tirto.id - Mantan KASAU, Chappy Hakim mengatakan polemik mahalnya tiket pesawat dan masalah keuangan maskapai penerbangan di Indonesia disebabkan karena tidak ada perencanaan yang jelas mengenai masa depan industri itu. Ia menambahkan saat ini industri penerbangan berjalan tanpa arah yang jelas maupun tak memiliki prioritas.

“Ini juga karena tidak ada masterplan. Tidak ada prioritas yang ingin dicapai. Kita tidak melihat ada target 5 tahunan. Kalau pun punya itu tidak tersosialisasikan dengan baik,” ujar Chappy di Cikini, Jakarta, Sabtu (15/6/2019).

Chappy mengusulkan salah satu langkah yang dapat ditempuh adalah dengan membentuk dewan penerbangan sebagai tempat memikirkan gagasan atau think tank.

Nantinya, melalui dewan itu, para ahli penerbangan termasuk para pemangku kepentingan dapat merumuskan arah kebijakan yang ingin diambil. Dari hasil kajian dan pemikirannya, ia menyebutkan hal itu dapat menjadi masukan bagi pemerintah.

“Semua stakeholder perlu duduk bersama. Kita perlu dewan penerbangan yang bisa bekerja mewadahi persoalan lintas sektoral,” ucap Chappy.

Melalui think tank itu, Chappy berharap seluruh pemangku kepentingan berkenan untuk duduk bersama dan mencari jalan keluar masalah industri penerbangan Indonesia. Ia menjelaskan saat situasi penerbangan sudah cukup kusut, maka mau tidak mau, pemerintah dan pemangku kepentingan perlu menguraikan penyebabnya.

“Ini saya berharap semua stakeholder penerbangan harus duduk bersama bukan saling menyalahkan. Harus di-review dulu masalahnya,” ucap Chappy.

Baca juga artikel terkait HARGA TIKET PESAWAT atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Bisnis
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Maya Saputri