Menuju konten utama

Indef: Impor Kedelai 15.000 Ton Berdampak Kecil pada Petani

Vice Director Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Eko Listyanto menuturkan, kebijakan impor ini akan berdampak kecil pada petani.

Indef: Impor Kedelai 15.000 Ton Berdampak Kecil pada Petani
Perajin tahu dan tempe mmeriksa kualitas kedelai impor bersubsidi yang akan disalurkan di Banda Aceh, Aceh, Selasa (19/4/2022). ANTARA FOTO/Irwansyah Putra/wsj.

tirto.id - Kementerian Perdagangan memastikan impor kedelai sebanyak 15.000 ton akan masuk ke Indonesia dalam waktu dekat. Masuknya impor tersebut otomatis akan membuat harga kedelai menjadi turun, dimana saat ini harga kedelai mencapai Rp15.000 per kilogram (kg).

Vice Director Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Eko Listyanto menuturkan, kebijakan impor ini akan berdampak kecil pada petani. Sebab, jenis kedelai yang diimpor berbeda dengan produksi petani.

“Ketergantungan yang besar Indonesia dalam hal impor kedelai, bagi saya untuk petani kedelai, dinilai dampaknya relatif minimal atau rendah,” tutur Eko ketika diwawancarai Tirto, Jakarta, Jumat (13/1/2023).

Saat ini upaya untuk meningkatkan produksi dari dalam negeri tengah diupayakan pemerintah demi menurunkan harga kedelai. Hal ini harus terus tetap dilakukan pemerintah walaupun perbandingan produksi dalam negeri dengan impor sangat jauh berbeda.

“Wajar saja jika Indonesia masih memiliki ketergantungan dengan impor kedelai dari luar, hal ini juga dilakukan demi menekan harga kedelai tersebut," jelas Eko.

Menurut Eko, pada saat ini masih sangat sulit untuk menggantikan kedelai impor. Karena, produksi kedelai dalam negeri masih terbatas, dan perbandingannya ialah impor di angka 80 persen dan produksi dalam negeri baru di angka 20 persen.

“Masih sulit sebenarnya untuk menggantikan kedelai impor. Karena, produksi kedelai dalam negeri masih terbatas dan kalah jauh dibandingkan kedelai impor," jelasnya.

Sementara itu, Excecutive Director Indef, Tauhid Ahmad mengatakan, petani akan sangat merugi jika hasil dari olahan kedelai dalam negeri tersebut digunakan dan disalurkan ke pabrik tahu. Sebab, untuk sebuah pembuatan bahan baku tahu kedelai impor dinilai kurang cocok.

Dibandingkan dengan tahu, bahan baku tempe justru yang sangat memerlukan jenis kedelai impor tersebut, karena dinilai lebih cocok untuk pembuatan bahan makanan tersebut.

“Produk lokal hanya untuk difokuskan untuk industri tahu saja karena kedelai lokal sangat cocok dengan pembuatan bahan baku tahu, sementara industri tempe justru sangat memerlukan kedelai impor,” ujar Ahmad.

Selain itu, menurut Ahmad, Impor kedelai dilakukan karena untuk kebutuhkan domestik yang belum dapat dipenuhi oleh produk lokal.

Hal ini terjadi karena perbedaan kondisi geografis seperti meliputi lahan dan musim yang berbeda. Sehingga, produk lokal kita tidak dapat bersaing dengan produk impor olahan negara lain.

“Perbedaan dari segi geografis, seperti lahan dan musim yang berbeda menjadi sebab mengapa produk kedelai lokal kita tidak bisa menyaingi produk impor kedelai olahan negara lain,” pungkas Ahmad.

Baca juga artikel terkait IMPOR KEDELAI atau tulisan lainnya dari Hanif Reyhan Ghifari

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Hanif Reyhan Ghifari
Penulis: Hanif Reyhan Ghifari
Editor: Anggun P Situmorang