Menuju konten utama

Hari Kusta Sedunia 2022: Tema, Sejarah, dan Tujuan Peringatan

Hari Kusta Sedunia 2022: sejarah, tema, dan mengenal penyakit kusta.

Hari Kusta Sedunia 2022: Tema, Sejarah, dan Tujuan Peringatan
Penyakit Kulit Kusta. FOTO/Istockphoto

tirto.id - Hari Kusta Sedunia 2022 diperingati pada 30 Januari. Hari Kusta Sedunia tak selalu diperingati pada tanggal yang sama, biasanya pada minggu terakhir bulan Januari.

World Leprosy Day merupakan kesempatan untuk merayakan orang yang pernah mengalami kusta, meningkatkan kesadaran akan penyakit ini, dan menyerukan diakhirinya stigma dan diskriminasi terkait kusta.

Tema Hari Kusta Sedunia 2022 yang diangkat adalah "Bersatu untuk Martabat" atau United for Dignity. tema ini bertujuan menyerukan persatuan dalam menghormati martabat orang yang pernah mengalami kusta.

Dikutip Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada beberapa cara untuk menghormati pengalaman hidup individu yang pernah mengalami kusta dengan:

- berbagi cerita pemberdayaan mereka dan;

- mengadvokasi kesejahteraan mental dan hak untuk hidup bermartabat bebas dari stigma terkait penyakit.

"Bersama-sama kita bisa mengangkat setiap suara dan menghormati pengalaman orang yang pernah mengalami kusta," tulis WHO dalam situs web resminya.

Orang yang mengalami kusta menghadapi tantangan kesejahteraan mental karena stigma, diskriminasi, dan isolasi. Orang yang mengalami kusta berhak atas kehidupan yang bermartabat bebas dari stigma dan diskriminasi terkait penyakit. Di India, Hari Kusta Sedunia diperingati pada tanggal 30 Januari, hari kematian Mahatma Gandhi.

Mengenal Penyakit Kusta

Kusta adalah penyakit menular kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Penyakit ini terutama mempengaruhi kulit, saraf perifer, mukosa saluran pernapasan bagian atas, dan mata. Kusta dapat disembuhkan dan pengobatan pada tahap awal dapat mencegah kecacatan.

Menurut CDC, bakteri dapat menyebabkan daerah yang terkena kehilangan kemampuan untuk merasakan sentuhan dan rasa sakit. Bentuknya mirip cedera, seperti luka terbuka dan luka bakar. Biasanya, kulit yang terkena berubah warna dan menjadi:

- lebih terang atau lebih gelap, sering kering atau bersisik, dengan kehilangan perasaan, atau

- kemerahan karena peradangan pada kulit.

Jika tidak diobati, kerusakan saraf dapat mengakibatkan kelumpuhan tangan dan kaki. Dalam kasus yang sangat lanjut, orang tersebut mungkin mengalami beberapa cedera karena kurangnya sensasi, dan mengakibatkan hilangnya jari.

Ulkus kornea dan kebutaan juga dapat terjadi jika saraf wajah terpengaruh. Tanda-tanda lain dari penyakit kusta lanjut mungkin termasuk hilangnya alis dan deformitas hidung akibat kerusakan pada septum hidung.

Diagnosis dan pengobatan dini biasanya mencegah kecacatan yang dapat diakibatkan oleh penyakit tersebut, dan orang-orang dengan penyakit kusta dapat terus bekerja dan menjalani aktivitas.

Setelah pengobatan dimulai, orang tersebut tidak lagi menular. Namun, sangat penting untuk menyelesaikan seluruh pengobatan seperti yang diarahkan oleh dokter.

Di masa lalu, penyakit kusta ditakuti sebagai penyakit yang sangat menular dan menghancurkan, tetapi sekarang kita tahu bahwa penyakit ini sulit menyebar dan mudah diobati setelah dikenali. Namun, masih banyak stigma dan prasangka tentang penyakit ini.

Mereka yang menderita diisolasi dan didiskriminasi di banyak tempat di mana penyakit itu terlihat. Komitmen yang berkelanjutan untuk memerangi stigma melalui pendidikan dan meningkatkan akses ke pengobatan akan mengarah pada dunia yang bebas dari penyakit yang sepenuhnya dapat diobati ini.

Baca juga artikel terkait HARI KUSTA SEDUNIA atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Iswara N Raditya