tirto.id - Vaksinasi, mematuhi protokol kesehatan 3M, dan menjaga pola hidup sehat adalah gabungan yang tepat bagi Indonesia dalam menghadapi pandemi COVID-19. Staf Ahli Bidang Ekonomi Kesehatan Kementerian Kesehatan, dr. H. Mohammad Subuh MPPM, menyebut, dari sudut pandang ekonomi, biaya yang dikeluarkan untuk imunisasi dan 3M lebih murah daripada biaya mengobati jika seseorang terpapar virus Corona.
"Mencegah lebih baik daripada mengobati, bahasa ekonominya, mencegah lebih murah daripada mengobati," terang dr. Subuh dalam Dialog Vaksinasi: Pencegahan vs Pengobatan yang tayang di kanal Youtube Kemkominfo pada Selasa (1/12/2020).
COVID-19 sudah melanda Indonesia sejak kasus pertama ditemukan pada Maret 2020. Hingga awal Desember ini, kasus terkonfirmasi terpapar virus Corona ditemukan dalam 55 kabupaten/kota di 34 provinsi.
Penyebaran COVID-19 yang masif tidak terlepas dari mudahnya penularan. Virus SARS-CoV-2 atau virus corona ini dapat ditularkan dari seseorang yang terinfeksi ke orang lain hanya melalui perantaraan cipratan liur (droplet) ketika batuk, bersin, atau berbicara. Penularan ini bisa terjadi secara langsung atau tidak langsung.
Biaya perawatan seorang pasien COVID-19 dengan waktu cukup lama dapat mencapai Rp500 juga. Namun, dalam kajian survei yang dilakukan oleh Guru Besar dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI) Prof dr Hasbullah Thabrany, MPH di 8 provinsi, angka tertinggi mencapai Rp446 juta.
Jika dibuat rata-rata, 1 orang pasien COVID-19 dengan masa perawatan 16 hari (rata-rata pasien dirawat selama 15,4 hari), akan memerlukan biaya sebesar Rp184 juta. Hal ini tidak terlepas dari perawatan pasien virus Corona yang memang mesti dilakukan secara khusus.
Terkait hal ini, dr. Subuh menuturkan, biaya rata-rata itu bisa saja bertambah ketika pasien COVID-19 tersebut punya penyakit penyerta (komorbid).
“Kalau memerlukan perawatan misalnya ICU itu 1 hari Rp15 juta, apalagi menggunakan ventilator. Kemudian apabila ada penyakit penyerta, ditambah lagi rata-ratanya menjadi Rp17 juta per hari. Kondisi inilah yang harus dihindari”, jelasnya.
Kesehatan seseorang adalah aset terpenting sekaligus investasi jangka panjang. Oleh karenanya, dalam masa pandemi COVID-19, yang dibutuhkan adalah upaya pencegahan secara berlapis. Masyarakat tidak hanya menerapkan protokol kesehatan 3M, tetapi juga menjaga pola hidup sehat, dan siap ketika vaksinasi dilakukan.
"Saat kita menerima vaksin, tidak hanya melindungi diri sendiri tapi juga orang lain. Analoginya seperti faktor externality yang ada pada lampu jalan, ketika terpasang pencahayaan di jalan, kejahatan menurun dan kecelakaan jadi terhindarkan,” papar dr. Subuh.
“Pada saat ini pemulihan kesehatan dan ekonomi bisa dilakukan dengan menjaga budaya 3M (Memakai masker, Mencuci tangan, dan Menjaga jarak), karena tanpa upaya seperti ini maka pemulihan ekonomi Indonesia sangat sulit. Bagi masyarakat tidak perlu ragu, saat vaksin datang, pasti sudah dijamin proses memastikan keamanan dan efektivitasnya”, tambahnya.
Sementara pemerintah terus berjuang dengan 3T (testing, tracing, dan treatment), masyarakat mesti selalu #ingatpesanibu dan menerapkan 3M yaitu memakai masker, menjaga jarak dan menghindari kerumunan, juga mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir selama 30 detik.
-----------------
Artikel ini diterbitkan atas kerja sama Tirto.id dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
Editor: Agung DH