Eksperimen Alis dengan Bleaching, Trendi tapi Ada Risiko

Kontributor: Yunita Lianingtyas, tirto.id - 22 Feb 2023 08:00 WIB
Dibaca Normal 4 menit
Bleached eyebrows bisa jadi merupakan bentuk pemberontakan terhadap tampilan alis yang beberapa tahun terakhir cenderung seragam.
tirto.id - Hampir seluruh bagian wajah perempuan dapat dijadikan sebagai objek eksperimen riasan, baik dengan memakai bahan alami, produk kosmetik, atau tindakan di klinik kecantikan. Salah satu yang menjadi objek eksperimen dalam tata rias adalah alis.

Eksperimen terhadap alis bukan merupakan sesuatu yang baru karena telah berlangsung sejak zaman kuno. Bentuk eksperimennya beragam, mulai dari membuat tampilan alis lebih tebal dengan memakai arang sampai yang paling ekstrem yaitu mencukurnya sampai habis.

Tren Bleached Eyebrows


Sejak tahun 2022, eksperimen terhadap alis yang menjadi tren adalah bleached eyebrows atau alis yang diputihkan untuk membuat warna alis menjadi pirang. Tren ini telah terlihat di panggung peragaan busana dan juga riasan para selebritas yang tampil di berbagai ajang internasional, seperti Met Gala 2022. Para ahli kecantikan mengungkapkan, tren bleached eyebrows ini masih akan terus berlanjut hingga 2023.

Tampilan pemutihan alis ini langsung terlihat mencuri perhatian karena terlihat kontras dengan warna rambut gelap, seperti yang dilakukan Kendall Jenner dengan rambut cokelat kemerahan dan Maisie Williams yang mewarnai rambutnya hitam pekat.

Terry Barber, Director of Make-Up Artistry MAC, mengatakan kepada majalah Bazaar bahwa bleached eyebrows bisa jadi merupakan bentuk pemberontakan terhadap tampilan alis yang beberapa tahun terakhir cenderung seragam.

Alis yang gelap, tebal, dan terlihat on fleek membuat “gerah” sebagian perempuan sehingga memilih melakukan eksperimen pada alisnya untuk mendapat tampilan yang berbeda. Selain bleached eyebrows, bentuk lain yang dipilih para perempuan adalah skinny brows yang sangat langsing serta boyish brows yang cenderung rimbun dan berantakan.

Callista Lorian Thomas, perias yang berbasis di London, Inggris berpendapat bahwa alis yang diputihkan ini merupakan pengaruh dari gaya queer di dunia fesyen. Teknik ini menurutnya juga digunakan untuk mencapai tren gaya alienasi dan "ugly beauty", suatu gaya yang mencoba mendobrak standar kecantikan umum yang selama ini menjadi pakem.

Gaya alis yang juga sering digambarkan sebagai "alis netral gender" ini, menurutnya akan terus mendominasi kancah mode 2023.

Sementara itu, Ryan Ogilvy, seorang make-up artist profesional, menilai bahwa tren bleached eyebrows merupakan salah satu bentuk eksperimen perempuan yang ingin mengekspresikan diri lewat seni merias wajah. Apalagi saat ini banyak platform yang dapat menampung keinginan ini, salah satunya adalah media sosial.


“Kalau dulu ingin dandan yang beda dan unik, paling hanya untuk acara pesta kostum atau semacamnya. Sekarang perempuan bisa bebas membuat ulang kreasi make-up apa pun dan memperlihatkannya di akun media sosial masing-masing. Menurut saya, semua orang berhak untuk berdandan sesuai dengan keinginan dan karakternya masing-masing, jadi saya menilai tidak ada yang salah dengan tren bleached eyebrows. Bahkan bagi saya, ini merupakan bentuk self-love seorang perempuan karena mereka terlihat lebih cantik sesuai dengan karakternya,” ujar Ryan.



Infografik Alis
Infografik ALis. tirto.id/Ecun


Keamanan dalam Memutihkan Alis

Satu hal yang menjadi kontroversi dari tren bleached eyebrows adalah keamanannya. Tak bisa dipungkiri bahwa letak alis yang berdekatan dengan mata membuatnya sangat rentan mengiritasi mata. Perlu diperhitungkan juga dampaknya ke rambut alis dan kulit wajah tempat alis tumbuh saat ingin memutihkan alis.

Dari hasil penelitian Eyebrow bleaching among females: A cross-sectional study yang dilakukan pada 2008, dinyatakan bahwa 55,8 persen dari responden yang memutihkan alis secara rutin mengalami efek samping dari tindakan ini. Efek samping ini di antaranya berupa rambut alis yang rontok sehingga menjadi tipis, serta kulit di bawah alis yang memerah, gatal-gatal, dan bersisik akibat iritasi.

American Academy of Ophthalmology (AAO) juga mengingatkan risiko dari melakukan tindakan pada alis dan bulu mata, termasuk memutihkannya. Menurut institusi ini, tindakan-tindakan di alis dan bulu mata dapat memunculkan masalah mata dan memengaruhi penglihatan.

“Paparan berulang dari tindakan-tindakan ini dapat menyebabkan mata menjadi sensitif. Selain itu, karena formula produk yang digunakan bisa berubah, maka akan ada kemungkinan mata bereaksi terhadap produk walau sebelumnya tidak mengalami masalah,” ungkap Purnima Patel, MD, juru bicara AAO.

Risiko semakin meningkat jika nekad melakukan pewarnaan alis secara DIY memakai produk pewarna rambut yang dijual bebas. Selain risiko-risiko yang sudah disebutkan di atas, pelakunya juga berpotensi mengalami reaksi alergi dan infeksi.

Dengan mempertimbangkan berbagai risiko ini, Ryan tidak menyarankan untuk memutihkan alis sendiri di rumah memakai produk bleach untuk rambut. Apalagi umumnya di kemasan produk sudah ada peringatan untuk jangan menggunakannya di alis dan bulu mata.

“Jika tertarik ingin melakukan bleaching alis, maka sebaiknya dilakukan oleh profesional yang memiliki keahlian untuk itu. Produk yang digunakan juga harus memiliki formula khusus untuk alis,” sarannya.

Sebagai alternatif, menurut Ryan, saat ini sudah ada produk-produk kosmetik alis yang bisa membantu mendapatkan tampilan alis pirang secara temporer, sehingga tak perlu lagi memutihkan alis.

“Saya sebagai make-up artist punya beberapa produk yang dapat membantu membuat warna alis terlihat lebih terang tanpa bleaching. Jadi jika ada klien yang warna alisnya terlalu kuat, saya aplikasikan dulu maskara alis dengan warna ashy yang terang, lalu setelahnya saya aplikasikan maskara alis warna cokelat agar warnanya lebih muda,” lanjutnya.


Bleaching Alis
Brooklyn Beckham, kiri, dan Nicola Peltz berpose untuk seorang fotografer setibanya di koleksi busana siap pakai Musim Semi/Musim Panas 2023 Valentino yang dipresentasikan pada Minggu, 2 Oktober 2022 di Paris. (Foto oleh Vianney Le Caer/Invision/AP)


Sadar dan Paham dengan Kondisi Alis


Masih berkaitan dengan eksperimen alis, baik untuk mengikuti tren atau sebagai bentuk ekspresi diri, Ryan menyarankan agar tetap melihat apakah eksperimen itu sesuai dengan kondisi alis.

Ia memberi contoh, “Misalnya alis cenderung tipis tapi memaksa untuk di-bleaching, maka alis malah jadi tidak kelihatan. Kalau sudah begitu, hasilnya jadi tidak sesuai harapan.”

Sadar dan paham dengan kondisi alis sendiri memang menjadi kunci untuk melakukan eksperimen dengan alis. Harus dipahami bahwa kondisi alis dapat memberi efek yang signifikan bagi wajah. Jika memutihkan alis malah membuat wajah jadi terlihat seperti tidak memiliki alis, maka wajah seperti kehilangan “bingkai” yang selama ini membuatnya terdefinisi.

Selain itu, salah bereksperimen dengan alis dapat membuat wajah memiliki ekspresi tertentu. Membentuk lengkungan alis yang terlalu tinggi, misalnya, dapat membuat wajah terlihat galak.

Pengalamannya sebagai make-up artist profesional membuat Ryan menemui beberapa kesalahan dalam eksperimen alis yang dilakukan oleh perempuan Indonesia. Misalnya saja memaksakan agar alis kiri dan kanan memiliki bentuk yang sama 100 persen agar tampak simetris.

Padahal secara alami, alis kiri dan kanan sering kali memiliki bentuk yang berbeda mengikuti kontur alami wajah. Jadi sebenarnya tak perlu dibuat sama persis, cukup aplikasikan produk make-up alis sesuai dengan bentuk alaminya.

Kesalahan lain yang juga ditemukan oleh Ryan adalah warna alis yang jauh berbeda dengan warna rambut. Warna alis yang disarankan adalah yang mendekati warna rambut; hindari warna yang terlalu terang seperti cokelat yang terlalu oranye atau terlalu merah.

Untuk perempuan Indonesia yang banyak berambut hitam, para make-up artist profesional menyarankan warna alis yang sesuai adalah hitam dan cokelat tua jika ingin terlihat lebih lembut. Jika rambut diwarnai lebih terang, maka sebaiknya warna alis satu tingkat lebih gelap dari warna rambut.

Ryan mendorong perempuan Indonesia untuk mencintai dan menghargai alis alami mereka, karena ini merupakan salah satu bentuk self-love. Selain itu, baginya, mendadani alis sesuai kondisi alami justru memudahkan, baik bagi si pemilik alis maupun make-up artist.

“Alis secara alami sudah memiliki bentuk dan arah tumbuh, jadi saat mendandani alis, saya memanfaatkan ‘kanvas’ yang sudah ada. Selain sebagai bentuk self-love, mendandani alis mengikuti kondisi alaminya juga sebenarnya mempermudah dan mempersingkat waktu saat berdandan sehari-hari karena tinggal mengikuti bentuk dan arahnya saja,” ungkap Ryan.

Melakukan eksperimen alis mengikuti tren terkini memang tak dilarang, tapi sebaiknya tetap mempertimbangkan faktor-faktor mendasar, termasuk kondisi alami alis dan keamanan tindakan, dalam melakukannya.

Baca juga artikel terkait TREN ALIS atau tulisan menarik lainnya Yunita Lianingtyas
(tirto.id - Gaya Hidup)

Kontributor: Yunita Lianingtyas
Penulis: Yunita Lianingtyas
Editor: Lilin Rosa Santi

DarkLight