tirto.id - Djakarta Warehouse Project atau DWP akan kembali digelar pada 9-11 Desember 2022, setelah tertunda dua tahun akibat pandemi COVID-19.
Hal tersebut diumumkan langsung oleh akun Instagram resmi DWP @djakartawarehouseproject pada Sabtu (25/6).
"Kami menantikan kembalinya dance floor pada Desember ini, jadilah yang pertama mendengar informasi terkini tentang line up #DWP22 dan tiketnya! Pra-registrasi sekarang di djakartawarehouse.com," tulis akun itu pada caption foto DWP 2022.
Saat ini belum tersedia informasi terkait harga tiket dan di mana lokasi acara akan digelar.
Panitia penyelenggara mengimbau para penggemar untuk melakukan praregistrasi di laman resmi www.djakartawarehouse.com untuk mendapatkan pembaruan informasi seputar event tersebut.
Apa Itu DWP atau Djakarta Warehouse Project?
Djakarta Warehouse Project atau DWP adalah festival musik tahunan bergenre electronic dance music (EDM) yang diadakan di Jakarta.
Penyelenggara DWP adalah Ismaya Live, yang pertama kali diadakan pada Desember 2010 selama satu hari. Kemudian, pada 2014 acara ini digelar selama 3 hari berturut-turut dan berlangsung hingga 2019.
Festival musik awalnya berasal dari acara klub malam pada 2008 yang disebut Blowfish Warehouse Project di klub malam terkenal di Jakarta Blowfish.
Menampilkan 3 arena di sekitar klub, edisi pertama festival ini menarik lebih dari 5.000 penonton. Edisi kedua festival ini direncanakan akan diadakan pada 24 April 2010. Namun, perkelahian pecah tiga minggu sebelum tanggal festival yang direncanakan, merusak bagian dari tempat tersebut.
Penyelenggara memindahkan festival ke Pantai Carnaval di Ancol dan mengganti nama festival dengan nama baru, yakni Djakarta Warehouse Project.
Sebelum pandemi COVID-19, DWP terakhir kali digelar pada 2019 yang menghadirkan 69 musisi dari berbagai sub-genre musik elektronik, dua special stage dan tujuh pendukung acara.
Beberapa musisi, DJ, dan artis internasional yang tampil di DWP 2019 di antaranya Martin Garrix, Zedd Blasterjaxx, Coone, Wiwek Aydra, Skrillex, Yellow Claw, Calvin Harris, hingga Jonas Blue.
DWP Pernah Ditolak di Jakarta
Pada 2017, pelaksanaan DWP juga sempat diwarnai aksi penolakan dari berbagai pihak di awal era kepemimpinan Gubernur DKI Anies Baswedan.
Protes pertama datang pada 29 November 2017, saat dua ormas yang menamakan diri Gerakan Mahasiswa dan Pemuda Peduli Bangsa berunjuk rasa di depan balai kota.
Wakil Gubernur DKI Jakarta saat itu, Sandiaga Uno, mulanya tak terlalu menggubris protes itu. Ia malah mempertanyakan motif di balik penolakan tersebut, sebab DWP dinilai memberi kontribusi pemasukan ekonomi bagi DKI. Namun, respons itu berubah tatkala pada Selasa 12 Desember 2017 alias tiga hari sebelum acara dihelat, Front Pembela Islam (FPI) dan Bang Japar mendatangi Balai Kota DKI Jakarta.
Dua ormas yang punya jumlah massa lebih ini datang dengan tuntutan berbeda. FPI mendesak agar transaksi miras tak dibolehkan di dalam area DWP, sementara Bang Japar menentang budaya asing di DWP. Dua poin imbauan dikeluarkan.
Pertama, Pemprov melarang penjualan miras untuk pengunjung di bawah 21 tahun, lalu ada instruksi agar ada tarian tradisional diselipkan di atas panggung. Tapi tetap saja, imbauan itu tak sesuai dengan tuntutan para ormas yang menuntut satu hal tegas: agar izin acara dicabut.
Aksi berlanjut. Saat hari pelaksanaan DWP 2017, massa dari lebih banyak organisasi mendatangi JIExpo. Selain FPI dan Bang Japar, ormas-ormas yang ikut dalam protes antara lain Laskar Pembela Islam (LPI), Paguyuban Warga Betawi (PWB), Forkabi Kemayoran, Majelis Taklim Al-Muhibbin, dan Majelis Taklim Sirojul Mubtadiin.
Di tengah tekanan itu, sempat muncul pula berbagai ormas yang membela Anies. Salah satunya ormas Gerak Betawi yang mempertanyakan kenapa penolakan DWP tak terjadi di era gubernur sebelumnya, Basuki Tjahaja Purnama.
Editor: Addi M Idhom