Menuju konten utama

Dari La Masia, Bukan untuk Barcelona

Lulusan La Masia ternyata tak melulu dibutuhkan Barcelona. Cukup banyak di antara mereka yang disia-siakan Barca tapi justru tampil menawan dan besar di luar Catalan. Inilah para alumni Akademi Blaugrana yang bukan untuk Barcelona.

Dari La Masia, Bukan untuk Barcelona
Mikel Arteta,salah satu jebolan La Masia yang belum pernah memperkuat tim utama Barcelona dan berjaya di klub lain. [foto/twitter/barcabstuff]

tirto.id - Banyak pesepakbola top Barcelona yang mengawali kariernya dari akademi pemain mudanya, La Masia. Tahun 2010, misalnya, 3 pemain terbaik FIFA atau Ballon d'Or dikuasai oleh trio alumni akademi yang dibesarkan oleh Johan Cruyff itu: Lionel Messi, Andres Iniesta, dan Xavi Hernandez.

Skuad El Barca saat ini pun masih cukup banyak diperkuat alumni La Masia. Selain Messi dan Iniesta, ada pula Gerard Pique, Sergio Busquets, Rafinha Alcantara, Sergi Roberto, Jordi Masip, serta dua anak hilang yang telah pulang ke Camp Nou, Jordi Alba dan Aleix Vidal. Denis Suarez adalah pengecualian karena ia bukan lulusan akademi Barca meskipun sempat membela Barcelona B.

Namun, tak semua mantan siswa itu mendapat tempat di level tertinggi dalam strata dinasti Barcelona. Terdapat di antara mereka yang terpaksa ke klub lain setelah lulus, ada yang berhasil, banyak juga yang berkarier nihil. Tak sedikit pula yang sempat hinggap di tim utama tapi justru menuai kejayaan di luar dinding Catalan.

Besar di Klub Luar

Mauro Icardi adalah salah satu contoh bekas murid El Blaugrana yang besar tanpa Barcelona. Di La Masia pada 2008-2011, pemuda Argentina ini justru hengkang sebelum wisuda dan menuntaskan karier juniornya di akademi klub Liga Italia Serie A, Sampdoria.

Kurang dari setahun di tim pemula, Icardi dipromosikan ke skuad utama Il Samp jelang tutup musim 2011/2012 dan mencetak 1 gol dari 2 penampilan. Musim berikutnya, ia langsung beraksi reguler di lini depan Sampdoria dan tampil dalam 31 laga dengan 10 gol.

Icardi diboyong Inter Milan pada musim 2013/2014 dan kini menjelma jadi salah satu striker muda terbaik dunia. Ia sudah dipercaya menjabat sebagai kapten La Beneamata pada usia yang masih 23 tahun. Andilnya untuk klub yang bermarkas di Giuseppe Meazza itu pun sangat vital. Hingga 26 Oktober 2016 lalu, Icardi sudah membukukan 60 gol dari 119 pertandingan di semua ajang yang diikuti Inter Milan.

Selain Icardi, ada pula Mikel Arteta. Gelandang Spanyol yang gantung sepatu akhir musim lalu ini lebih dikenal sebagai ikon lini tengah Everton dan Arsenal. Padahal, Arteta memulai karier di Barcelona C dan B karena ia memang alumni La Masia.

Ketika memperkuat Barcelona B sekurun 1999-2001, 42 laga dan 3 gol yang dipersembahkan Arteta rupanya belum bisa mengangkatnya ke tim utama. Ia justru dipinjamkan ke Paris Saint Germain (PSG) dan tampil cukup baik dalam 31 penampilan di Ligue1 Prancis.

Alih-alih menariknya pulang, Barcelona malah melego Arteta ke Glasgow Rangers pada musim 2002/2003. Dengan 68 laga plus 14 gol selama dua tahun di klub raksasa Skotlandia itu, Arteta mulai menunjukkan bahwa El Blaugrana telah salah membuangnya.

Sempat kembali ke Spanyol untuk bergabung dengan Real Sociedad, Arteta menemukan puncak jaya dalam kariernya di Inggris, yakni 8 musim bersama Everton dengan torehan 209 laga, 34 gol, dan 35 assist.

Kemudian, Arteta hijrah ke Arsenal yang dibelanya sejak musim 2011/2012 hingga pensiun. Di bawah asuhan Arsene Wenger, ia mengemas 149 penampilan dengan 16 gol dan 8 asisst selama memperkuat The Gunners sampai akhir musim lalu.

Di era sebelumnya, ada nama Albert Luque yang bernasib nyaris persis dengan Arteta. Bersuntuk di La Masia dari 1991 sampai 1996, Luque justru didepak ke Mallorca tanpa sempat merasakan skuad utama El Barca.

Enam tahun berselang, Luque menjadi pilar penting Deportivo La Coruna selama periode 2002-2005. Selanjutnya, ia turut mengantarkan Newcastle United merengkuh trofi Piala Intertoto 2006 sebelum pindah ke Ajax Amsterdam dan akhirnya pensiun di Malaga pada akhir musim 2011/2012.

Sempat Hadir Sebelum Tersingkir

Pepe Reina sejatinya adalah anak asli Madrid, tapi justru melabuhkan hatinya untuk Barcelona. Reina merupakan siswa teladan La Masia, akademi yang ditekuninya selama lebih dari satu dasawarsa: 1988-1999.

Kiper bernama lengkap Jose Manuel Reina Paez ini adalah salah satu contoh lulusan La Masia yang sempat dihadirkan di tim utama Barcelona, namun kemudian disingkirkan, bahkan bukan mustahil untuk selama-lamanya.

Sebenarnya, Reina menapaki permulaan kariernya dengan mulus. Dari La Masia, ia naik kelas ke Barcelona C, kemudian Barcelona B, dan akhirnya ke skuad senior sejak awal milenium baru. Ia mengumpulkan 30 penampilan sebelum akhirnya tergusur oleh karibnya sedari di La Masia, Victor Valdes, pada 2002.

Terdepak dari Barcelona, Reina justru melakoni jalan hidup selanjutnya dengan lebih baik bersama Malaga, Liverpool, Bayern Munchen, dan hingga sekarang masih menjadi pilihan utama Napoli pada usia yang sudah tidak muda lagi, 34 tahun.

Sebaliknya, karma bagi Valdes. Ia terlunta-lunta usai pergi dari Barcelona. Sempat tak dianggap di Manchester United yang kala itu dibesut Luis van Gaal –orang yang mengangkat namanya di Barca dengan menumbalkan Reina– Valdes kini berada di klub medioker Inggris, Middlesbrough, yang ditukangi oleh mantan pilar Real Madrid, Aitor Karanka.

Selain Reina, ada juga penjaga gawang lulusan akademi Catalan lainnya yang bernasib serupa, ia adalah Francesc Arnau. Hanya setahun sekolah di La Masia, Arnau langsung unggah kasta ke Barcelona B sejak 1995 tanpa melalui fase Barcelona C.

Diandalkan di tim B dengan mengemas 119 penampilan, kiper kelahiran 23 Mei 1975 ini sempat keluar-masuk skuad primer Barcelona dari 1996 hingga 2001 dan total tampil dalam 24 laga. Setelahnya, Arnau terbuang kekal dan menghabiskan kariernya di Malaga selama satu dekade sampai pensiun pada 2011.

Menjadi pilar Barcelona B juga pernah dilakoni oleh Luis Garcia setelah lulus dari La Masia pada 1997. Winger pengemas 20 caps untuk tim nasional Spanyol ini mengoleksi 73 laga dan 25 gol untuk tim kedua Barca, namun tak sempat langsung tampil di skuad utama.

Selama periode 1999-2002, Luis Garcia dipinjamkan ke klub-klub lain, dari Valladolid, Toledo, juga Tenerife, hingga kemudian dijual ke Atletico Madrid. Di rival sekota El Real ini, ia tampil lumayan, dipercaya tampil dalam 32 laga dengan 9 gol.

Barcelona menjilat ludahnya sendiri dengan membeli kembali Luis Garcia pada musim 2003/2004, tapi hanya bertahan setahun. Ia kemudian disingkirkan selamanya, namun justru berkibar di Britania bersama Liverpool dalam 3 musim berikutnya dengan mengoleksi 122 dan 31 gol.

Infografik Lulusan La Masia Diabaikan Barcelona

Mereka yang Kini Terbuang

Masa keemasan produk La Masia adalah ketika Barcelona mulai dibesut Pep Guardiola sejak musim 2008/2009. Skuad Pep, yang juga alumni terbaik akademi Barca, punya 7 lulusan akademi saat bergelimang trofi hingga ia mundur pada 2012.

Dalam periode itu, Messi dan kawan-kawan merengkuh 3 trofi juara La Liga dan Piala Super Spanyol, serta masing-masing 2 gelar kampiun Copa del Rey, Liga Champions, Piala Super Eropa, dan Piala Dunia Antar Klub.

Kini, Barcelona asuhan Luis Enrique ternyata ada lebih banyak lulusan La Masia, yakni total 11 pemain. Kecuali nama-nama paten macam Messi, Iniesta, Pique, Busquets, Rafinha, Sergi Roberto, Masip, Alba, serta Aleix Vidal, masih ada dua nama lain di tim utama Blaugrana, yakni Carles Alena dan Wilfrid Kaptoum.

Masalahnya, yang datang dari La Masia ke skuad utama Barcelona ternyata lebih sedikit ketimbang yang pergi. Jelang musim 2016/2017 saja, hanya dua pemain muda asli didikan Barca yang dipromosikan, sementara yang hengkang jauh lebih banyak.

Anak didik Barcelona yang dipinjamkan ke klub lain saja ada 6 pemain, yakni Munir El Haddadi, Joel Huertas, Sergi Samper, Juanma Garcia, Xavi Quintilla, dan Enric Franquesa.

Meskipun karier mereka di Barca belum sepenuhnya habis, tapi nama-nama itu belum bisa tentu pulang ke Camp Nou dan bisa saja bernasib sama dengan para seniornya seperti Giovani Dos Santos, Jeffren Suarez, Oriol Romeu, serta Ruben Rochina, yang semula dipinjamkan tapi akhirnya terbuang selamanya.

Itu belum termasuk lulusan La Masia yang dijual atau dilepas cuma-cuma. Tercatat ada Cristian Tello, Martin Montoya, Juan Antonio, Marc Bartra, Frank Bagnack, David Babunski, Zacharie Enguene, Aitor Cantalapiedra, Fabrice Ondoa, Pol Calvet, Álex Grimaldo, Robert Costa, Jean Dongou, hingga Sandro Ramírez.

Tentunya menjadi misi yang sulit bagi Enrique dan pelatih-pelatih Barcelona selanjutnya untuk mengulangi kejayaan produk asli Barca era Guardiola dengan situasi seperti ini. Quo Vadis, La Masia?

Baca juga artikel terkait BARCELONA atau tulisan lainnya dari Iswara N Raditya

tirto.id - Olahraga
Penulis: Iswara N Raditya
Editor: Maulida Sri Handayani & Iswara N Raditya