Menuju konten utama
Ramadhan 2022

Daftar Lokasi Wisata Religi di Indonesia Selama Bulan Ramadhan

Rekomendasi lokasi wisata religi di Indonesia yang bisa dikunjungi selama bulan suci Ramadhan.

Daftar Lokasi Wisata Religi di Indonesia Selama Bulan Ramadhan
Ilustrasi - Sejumlah pengurus Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) mengikuti upacara peringatan kemerdekaan Republik Indonesia di atap Masjid Raya Bandung, Jawa Barat, Senin (17/8/2020). (ANTARA JABAR/Raisan Al Farisi/agr)

tirto.id - Saat ini umat muslim telah memasuki puasa Ramadhan 1443 Hijriah hari ke-17, yang dijalankan dalam suasana pandemi COVID-19.

Meski demikian, warga masih bisa melakukan aktivitas di luar rumah dengan catatan tetap menerapkan protokol kesehatan seperti memakai masker dan menjaga jarak.

Salah satu aktivitas di luar rumah saat Bulan Suci Ramadhan ialah ngabuburit atau kegiatan menunggu azan Maghrib menjelang berbuka puasa pada waktu bulan Ramadhan.

Ngabuburit bisa dilakukan dengan melakukan wisata religi. Berikut ini rekomendasi lokasi wisata religi yang bisa dikunjungi untuk ngabuburit selama Ramadhan.

Masjid Raya Bandung

Objek wisata religi pertama ialah Masjid Raya Bandung Provinsi Jawa Barat yang berada di Kawasan Alun-alun Bandung.

Di Masjid Raya Bandung terdapat dua menara kembar setinggi 81 meter yang menjulang menjadi pemandangan menakjubkan yang pertama kali terlihat dari Masjid Raya Bandung.

Lalu masjid ini juga menjadi salah satu ikon dari Kota Bandung yang cukup terkemuka.

Kubah Nyungcung

Masjid yang pertama kali dibangun pada tahun 1810, sebelumnya bernama Masjid Agung yang dibangun bersamaan dengan dipindahkannya pusat Kota Bandung dari Krapyak.

Pada mulanya bentuk bangunan masjid ini berbentuk panggung tradisional yang sederhana, bercorak Sunda dengan kolam besar untuk mengambil air wudhu.

Seiring dengan perkembangan zaman, masjid yang memiliki luas 8.573 meter persegi ini telah mengalami belasan kali renovasi.

Pada momentum Konferensi Asia Afrika pada tahun 1955, Masjid Agung Bandung mengalami perombakan besar-besaran.

Atas rancangan Presiden RI pertama, Soekarno, Masjid Agung Bandung mengalami perubahan total seperti bagian kubah yang sebelumnya berbentuk nyungcung menjadi kubah persegi empat bergaya timur tengah seperti bawang.

Model kubah nyungcung bentukan Soekarno itu hanya bertahan kurang lebih 15 tahun, setelah rusak akibat tiupan angin kencang.

Perombakan wajah Masjid Raya Bandung terus dilakukan sampai pada 2001 saat kepemimpinan Gubernur Jawa Barat HR Nuriana.

Selain itu, Gubernur Jawa Barat M Ridwan Kamil yang saat itu menjabat sebagai Wali Kota Bandung pun punya andil dalam mengubah wajah Masjid Raya Bandung.

Salah satunya dengan menjadikan lahan alun-alun menjadi lapangan rumput sintetis.

Masjid Cipta Rasa

Terkait pelaksanaan Shalat Tarawih, Masjid Raya Bandung akhirnya kembali menggelar salat Tarawih berjamaah pada Ramadhan 1443 Hijriah ini pada Sabtu 2 April 2022 setelah sebelumnya sempat terhenti selama dua tahun akibat pandemi COVID-19,

Pengurus DKM Masjid Raya Bandung tetap menerapkan protokol kesehatan (prokes) ketat bagi para jemaah untuk mencegah potensi penularan COVID-19.

Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Masjid Raya Bandung KH Hasyim Ashari mengatakan saat ini ibadah salat Tarawih sudah memungkinkan untuk kembali digelar.

Akan tetapi para jamaah harus tetap menerapkan protokol kesehatan COVID-19 ketat.

Objek wisata religi yang kedua ialah Masjid Agung Sang Cipta Rasa yang berada di sebelah barat alun-alun Sangkalabuwana, Kota Cirebon.

Masjid Agung Sang Cipta Rasa menjadi salah satu saksi bisu perjuangan Wali Sanga dalam menyebarkan Islam di Tanah Jawa.

Dilansir dari laman disbudpar.jabarprov.go.id, masjid ini dibangun pada tahun 1498 M oleh Wali Sanga atas prakarsa Sunan Gunung Jati pada tahun 1480.

Sementara untuk proses pembangunannya pun dipimpin oleh Sunan Kalijaga dengan arsitek Raden Sepat (dari Majapahit) bersama dengan 200 orang pembantunya (tukang) yang berasal dari Demak.

Adzan Pitu

Hasilnya bangunan masjid ini cukup unik karena ada akulturasi budaya dengan gaya bangunan Hindu.

Menurut cerita rakyat yang ada hingga saat ini, masjid ini dibangun dalam waktu satu malam sehingga bisa digunakan untuk Shalat Subuh keesokan harinya.

Jika ditilik dari sisi lain, masjid yang menjadi destinasi wisata ikonik di Cirebon ini juga merupakan wujud rasa cinta Sunan Gunung Jati kepada istrinya, Nyi Mas Pakungwati.

Oleh karena itu, hal inilah yang membuat masjid ini pada awalnya dinamai Masjid Pakungwati, namun diganti pada tahun 1970 menjadi Masjid Sang Cipta Rasa yang berasal dari pengejawantahan kepercayaan dan rasa.

Saat ini bangunan masjid tersebut masih orisinal dan tiang-tiang penyanggah masih terbuat dari kayu.

Bangunan masjid dibagi menjadi dua, ruang utama dan serambi dan untuk masuk ke ruang utama, jamaah atau pengunjung harus menundukkan kepala karena pintu masuk ke ruang utama dibuat begitu kecil.

Dan salah satu kekhasan dari Masjid Sang Cipta Rasa ini, adalah adzan pitu atau adzan yang dikumandangkan oleh tujuh muazin.

Untuk saat ini, hanya di waktu Shalat Jumat tradisi adzan pitu dilakukan.

Adzan Pitu yang menjadi simbol perlawanan terhadap sosok Menjagan Wulu yang dengki dengan penyebaran Islam itu, tetap dipertahankan hingga kini dan menjadi identitas Masjid Agung Sang Cipta Rasa.

Masjid Kubah Mas

Objek wisata religi yang ketiga adalah Masjid Kubah Mas Depok yang terletak di Jalan Raya Meruyung, Meruyung, Kecamatan Limo, Kota Depok.

Sebenarnya bangunan tersebut sebenarnya bernama Masjid Dian Al Mahri.

Dilansir dari laman disbudpar.jabarprov.go.id, penyebutan Kubah Emas diambil dari bentuk atap masjid yang memang dilapisi emas murni.

Masjid Jami Dian Al-Mahri ini dibangun pada tahun 2001 dan rampung pada 2006 oleh pengusaha asal Banten, Hj Dian Djuriah Maimun Al-Rasyid. Masjid ini dapat menampung kurang lebih 20.000 jamaah dan disebut sebagai masjid termegah di Asia Tenggara.

Selain berkunjung ke masjid-masjid, salah satu daya tarik wisata religi di Indonesia adalah ziarah ke makam Wali Songo.

Hal ini dilakukan sebagai bentuk mengenang para teladan dalam mengajarkan dan menyebarkan ajaran Islam di Indonesia.

Bagi Anda yang ingin melakukan wisata religi ke makam Wali Songo, berikut ini lokasi makam para Wali yang selalu ramai dikunjungi para peziarah, seperti dilansir dari laman Kemenparekraf.

Sunan Kalijaga

Sunan Kalijaga merupakan tokoh yang sangat fenomenal karena berhasil menciptakan karakter-karakter baru pewayangan, seperti Semar, Bagong, Petruk, dan Gareng. Selain itu, ia juga mengubah tembang yang sarat akan muatan Islam, Kidung Rumeksa ing Wengi dan Lir-ilir.

Jika ingin berziarah, makam Wali Songo ini berada di Desa Kadilangu, sekitar 3 km dari Masjid Agung Demak.

Sunan Ampel

Bukti sumbangsih Sunan Ampel terhadap kemajuan Islam terlihat dari adanya Kesultanan Demak, berdirinya Masjid Agung Demak dan ajaran Moh Limo.

Bagi Anda yang ingin ziarah ke Makam Sunan Ampel bisa datang ke Jalan Ampel Masjid No. 53, Kota Surabaya.

Sunan Drajat

Jika Sunan Ampel memiliki ajaran Moh Limo, Sunan Drajat berdakwah dengan ajaran Pepali Pitu. Salah satu tembang terkenal karya Sunan Drajat adalah tembang tengahan Macapat Pangkur. Makam Sunan Drajat berada di Desa Drajat, Paciran, Lamongan, Jawa Timur.

Sunan Gresik

Terletak di Jalan Malik Ibrahim, Gresik, makam salah satu Wali Songo ini juga tidak pernah sepi peziarah. Kiprah Sunan Gresik dalam mengajarkan ajaran Islam terbilang cukup unik, karena memakai pendekatan budaya.

Ia berdakwah dengan cara mengajarkan masyarakat untuk bercocok tanam dan bertani.

Baca juga artikel terkait RAMADHAN 2022 atau tulisan lainnya dari Yandri Daniel Damaledo

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Yandri Daniel Damaledo
Editor: Addi M Idhom