Menuju konten utama

Colin Kaepernick, NIKE, dan Protes Anti Rasisme Para Atlet

NIKE menunjuk atlet football Colin Kaepernick untuk kampanye 30 tahun Just Do It.

Colin Kaepernick, NIKE, dan Protes Anti Rasisme Para Atlet
Colin Kaepernick mentweet iklan Nike yang baru, dia muncul sebagai ambassador dari kesepakatan baru dengan perusahaan. Twitter/@KAEPERNICK7

tirto.id - Colin Kaepernick bukan tipe orang yang nyaman jadi sorotan. Beberapa media, termasuk The New York Times, pernah menulis bahwa atlet football Amerika Serikat ini tidak mudah diwawancara.

Hampir dua tahun belakangan, sosoknya tak lagi ditemui di pertandingan NFL (Liga Football Amerika). Ia berhenti bertanding usai melakukan protes menjelang sebuah pertandingan pra musim. Colin menolak berdiri saat lagu kebangsaan Amerika Serikat dinyanyikan. Waktu itu hatinya kesal lantaran mendengar kabar penembakan warga kulit hitam oleh polisi kulit putih. Kekesalan sempat ia ungkap lewat kata-kata di akun media sosialnya. Colin berkata bahwa ia kecewa karena sosok yang dianggap bertanggung jawab menjaga keamanan justru membunuh seseorang karena warna kulitnya. Hal tersebut membuatnya berpikir bahwa simbol-simbol negaranya, seperti lagu kebangsaan dan bendera, bukan hal yang patut untuk dihormati.

“Perkara ini bukan cuma soal football. Saya merasa egois bila mengesampingkan apa yang telah terjadi. Ada jasad yang terbaring di jalan dan pembunuhnya tetap dibayar dan dibiarkan begitu saja. Saya harus membela orang yang tertindas. Bila ada yang membatalkan sponsornya kepada saya, setidaknya saya tahu bahwa saya telah melakukan hal yang benar,” katanya pada The New York Times.

Aksi Colin mengundang protes dari sejumlah kalangan seperti anggota militer AS, masyarakat pendukung politik sayap kanan, dan Donald Trump. Menurut Trump, NFL harus berani bersikap tegas terhadap Colin. Di mata sang presiden, Colin layak untuk tidak diikutsertakan dalam pertandingan.

“Kamu tidak boleh tidak menghormati negaramu, benderamu, dan lagu kebangsaanmu. Kamu tidak bisa melakukan itu,” kata Trump seperti yang dikutip CBS Sports.

Dalam kesempatan lain, Trump sempat menyiratkan bahwa alangkah baiknya bila pemilik NFL bisa memecat atlet (sosok yang dia sebut dengan istilah son of a bitch) yang tidak hormat kepada bendera negara. Colin pun langsung tidak ikut serta dalam pertandingan musim berikutnya.

Kejadian serupa juga pernah dilakukan oleh atlet non kulit putih pada 1968 dan akhir dekade 1990-an. Pada 1968, atlet lari Tommie Smith dan John Carlos menunjukkan sikap protes terhadap lagu kebangsaan pada ajang Olimpiade dengan cara mengangkat tangan ke udara. Pada 1995-1996, pebasket Mahmoud Abdul-Rauf memilih untuk duduk atau berada di ruang ganti saat lagu kebangsaan dinyanyikan sebelum pertandingan. Meski sempat dilarang bertanding untuk sementara akibat tindakan tersebut, ia tidak kapok. Setelah diperbolehkan kembali bertanding, Abdul-Rauf tetap melakukan kegiatan serupa. Ia memilih untuk menundukkan kepala dan mengadahkan kedua tangan saat lagu kebangsaan dinyanyikan. Hal ini membuat Abdul- Rauf kembali mendapat sanksi.

Dave Zirin, kolumnis olahraga the Nation dan penulis Game Over: How Politics Has Turned the Sports World Upside Down menjelaskan pada Jacobin bahwa ranah olahraga adalah ruang bagi atlet non kulit putih untuk melawan rasisme. Di sana, publik bisa melihat dengan jelas keahlian mereka dan berhenti memandang mereka sebelah mata. Dari sana, Zirin menganggap bahwa ranah olahraga ialah ruang yang politis. Ia pun berkata para atlet kian berani menunjukkan sikap dan pendapatnya setelah Obama terpilih jadi Presiden. Dari sejumlah protes yang pernah terjadi, Zirin menganggap tindakan Colin sebagai aksi yang dilakukan dengan alasan yang jelas.

"Kaepernick menyatakan bahwa ada sistem yang keliru dalam kepolisian di Amerika Serikat. Hal itu ialah konten politis dan bagian tersebut adalah poin terbesar yang membuat protes Kaepernick ini nampak berbeda," tulis Zirin.

Kini Colin tidak rutin bertanding. Ia mengisi hari-hari tanpa pertandingan dengan berderma. Colin mendirikan The Colin Kaepernick Foundation. Salah satu fokusnya ialah membantu keterbukaan akses ke ranah pendidikan. Artikel ‘The Awakening of Colin Kaepernick’ yang ditulis oleh John Branch melaporkan bahwa Colin turut menyumbang dana untuk Camp Taylor, lembaga yang bertujuan menolong anak penderita gangguan jantung. Ia juga sempat terlibat dalam dunia pendidikan dengan berbagi cerita tentang representasi kulit hitam dalam budaya populer.

Infografik Colin Kaepernick

Sikap Colin membuat tim NIKE tertarik menjadikannya sebagai duta kampanye 30 tahun Just Do It. Sebenarnya NIKE sudah mensponsori Colin sejak tahun 2011. NIKE pun sesungguhnya adalah salah satu sponsor NFL. Washington Post melaporkan bahwa NIKE akan terus mensponsori kompetisi olahraga tersebut sampai tahun 2028. Lini busana dan aksesori olahraga ini akan memasok semua kebutuhan seragam olahraga NFL.

Protes yang dilakukan Colin tidak membuat NIKE keberatan untuk tetap menjadikannya duta kampanye. “Kami percaya Colin ialah salah satu atlet paling inspirasional yang bisa memanfaatkan kekuatan ranah olahraga untuk membantu memajukan dunia,” kata Gino Fisanotti, Nike’s Vice President of Brand kawasan Amerika Utara.

Fisanotti berkata bahwa kampanye terbaru ini ditujukan untuk anak-anak berusia 15-17 tahun. Materi kampanye tersebut bertuliskan pesa "Believe in something. Even if it means sacrificing everything". Lewat kata-kata tersebut Fisanotti berharap agar anak-anak muda bisa punya sikap berani.

Just Do It ialah kampanye NIKE yang dibuat pada tahun 1988. Kampanye ini dibuat saat kondisi perusahaan NIKE sedang goyah akibat persaingan usaha, salah satu penyebabnya ialah kepopuleran Reebok. NIKE lantas menaruh investasi yang cukup besar untuk kampanye ini. Tak disangka, angka penjualan NIKE meningkat signifikan. Kampanye ini kemudian difungsikan pula sebagai medium aktivisme. Pada tahun 1995, kampanye Just Do It membuat tagline "If You Let Me Play" dengan tujuan menyadarkan publik tentang hak wanita di ranah atletik. Just Do It juga sempat menampilkan Ric Munoz, pelari yang mengidap HIV.

Beberapa saat setelah NIKE mengumumkan Colin sebagai duta baru Just Do It, nilai kapitalisasi pasar NIKE sempat menurun. Begitu pula dengan saham NIKE yang turun 4% akibat munculnya #Nikeboycott yang sempat jadi tren di Twitter. Tak ada yang tahu apakah hal ini akan memengaruhi keputusan NIKE. Perusahaan tersebut pun tidak terbuka tentang masa kontrak dengan Colin. Yang jelas, di sini bukan hanya Colin yang punya sikap. NIKE pun menunjukkan nilai-nilai serta sikap yang mereka anut dan percaya.

Baca juga artikel terkait MODEL atau tulisan lainnya dari Joan Aurelia

tirto.id - Olahraga
Penulis: Joan Aurelia
Editor: Nuran Wibisono