Menuju konten utama

BUMN Ramai-Ramai Bantu Merpati Airlines Bereskan Utang

Dalam proses restrukturisasi utang, Merpati memulai bisnis kargo dengan dibantu Garuda dan 10 BUMN lainnya.

BUMN Ramai-Ramai Bantu Merpati Airlines Bereskan Utang
Merpati Airlines. FOTO/Wikicommon

tirto.id - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk GIAA menyepakati kerjasama operasional untuk membantu PT Merpati Nusantara Airlines (Persero) keluar dari jeratan utang dan kembali beroperasi.

Langkah tersebut didukung oleh sepuluh perusahaan pelat merah lain yakni PT Semen Indonesia (Persero) Tbk, PT Pertamina (Persero), Perum Bulog, Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero), PT PLN (Persero), Perinus serta Himbara yang terdiri dari Bank BTN, Bank Mandiri, Bank BNI, dan Bank BRI.

Direktur Kargo dan Pengembangan Usaha Garuda Indonesia, Mohammad Iqbal, menjelaskan, skema menghidupkan kembali maskapai tersebut dilakukan dengan mengembangkan bisnis di sektor jasa antar barang atau kargo.

Nantinya, Garuda melalui anak usahanya, Citilink Indonesia, akan menyewakan sejumlah unit pesawat kepada Merpati agar maskapai yang berdiri tahun 1962 itu kembali punya pendapatan.

"Karena dia sebagai agent kargo pasti punya revenue. Citilink nanti pesawatnya dibayar sama Merpati," kata Iqbal di Kementerian BUMN, Rabu (16/10/2019).

Selain pelayanan Kargo Udara, kerjasama tersebut juga melingkupi Ground Handling, Maintenance Repair & Overhaul (MRO) dan Training Center.

Sementara sepuluh BUMN lainnya bakal mendukung pengelolaan usaha kargo milik Merpati melalui aktivitas pelayanan pengiriman barang di wilayah Papua.

"Itu nanti ada sistem bersama dengan merpati, jadi merpati yang sebagai kargo agentnya, dan sebagai pengangkutnya adalah Citilink untuk rute Jayapura -Wamena, Timika Wamena pulang pergi," imbuhnya.

Deputi Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Kementerian BUMN Aloysius K Ro menyampaikan, upaya "menghidupkan kembali" Merpati tetap ditempuh dengan mempertimbangkan kondisi pegawai perusahaan dan prospek bisnis kargo ke wilayah timur Indonesia yang cukup besar.

"Pertama karyawannya itu yang paling penting. Kemudian restrukturisasi keuangan. Nah, ketiga kita sudah masuk ke bisnis. Ya kita lihat volume, ini perjanjian utamanya lebih didetailkan lagi," ujar Aloy dalam kesempatan yang sama.

Memang, kata Aloy, upaya restrukturisasi ini lebih sulit ketimbang pernyataan pailit. Mengingat, saat ini ekuitas Merpati sudah minus Rp10 triliun.

"Tapi kita sudah melakukan restrukturisasi melalui proses PKPU. Kebetulan kreditur kita itu 80 persen BUMN. Dalam semangat seperti itu, mau bernegosiasi untuk kita panjangin (utangnya)," jelasnya.

Dari pembicaraan awal yang dilakukan dengan Garuda Indonesia, kerja sama operasional dengan Merpati rencanya akan dimulai pada tahun ini

"Saya harap sih bisa memulai [kerjasama] secepatnaya. 2-3 bulan dari sekarang 2019. Kita bisa lebih cepat kan kalau 2-3 bulan, kan sama sama BUMN," terangnya

Direktur Utama PT Merpati Nusantara Airlines, Asep Ekanugraha, menyebut bahwa kerjasama ini bisa dimulai pada November 2019.

Garuda Indonesia Group, akan membantu Merpati memanfaatkan resources yang tersisa dan merintis bisnis kargo dari awal.

"Apa yang dimiliki Merpati saat ini, menjalankan apa yang sudah disepakati dalam homologasi, manfaatkan saja bersama dengan Garuda dulu. Maintenance kita bersama-sama. Nanti berkembang, Kemudian training center kita punya. Scope kerjasamanya bicara ground handling," jelas dia.

Dengan demikian, bisnis kargo bisa berjalan dengan memanfaatkan aset yang dimiliki Merpati. "Pesawatnya Citilink. Dalam perkembangannya nanti kita lihat, Merpati kan punya pesawat tapi pada tidur semua. Sebelum putusan operasi kita punya 25 pesawat yang operasional. Sekarang istirahat semua," jelasnya.

Baca juga artikel terkait MERPATI AIRLINES atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Hendra Friana