Menuju konten utama

Bom Mesir dan Siasat Mengeret Konflik Sektarian ala ISIS

Mengapa ISIS begitu membenci Kristen Koptik?

Bom Mesir dan Siasat Mengeret Konflik Sektarian ala ISIS
Anggota pasukan kepolisian khusus berjaga mengamankan area Katedral Koptik Ortodok Santo Markus setelah terjadi ledakan di dalam katedral di Kairo, Mesir, Minggu (11/12). ANTARA FOTO/REUTERS/Mohamed Abd El Ghany/djo/16

tirto.id - Dua bom meledak secara terpisah di tengah ibadah Minggu Palma di dua gereja Kristen Koptik di Mesir, di Kota Tanta dan Alexandria. Total 45 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka.

Banyaknya korban jiwa disebabkan serangan dilakukan saat ibadah Minggu Palem umar kristiani Koptik. Minggu Palem adalah ritual merayakan masuknya Jesus ke Yerusalem dan dilakukan seminggu sebelum paskah.

Bagi Kristen Koptik, menghadiri misa minggu palem sama pentingnya dengan misa-misa lain. Wajar dua gereja saat hari naas itu kondisi gereja begitu padat.

Ledakan pertama terjadi di Gereja St George's. Lokasi bahan peledak berada di dekat altar. Pendeta, juga anggota kelompok paduan suara langsung tewas seketika. Tak berapa lama kemudian serangan lain dilakukan di Katedral Saint Mark's, Alexandria. Serangan bom yang kedua adalah aksi bom bunuh diri.

ISIS mengaku jadi dalang dalam aksi ini. Hal ini diungkapkan dalam rilisan media resmi ISIS, Amaq Agency. Sampai tulisan ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi aparat keamanan Mesir terkait pembenaran rilis ini.

Jika menilik aksi teror di Mesir dalam dua tahun terakhir, dalang kekalutan itu memang berhulu di ISIS. Dan ISIS memang berkembang pesat di Mesir.

Banyak orang beranggapan bahwa teritorial ISIS itu hanya mencakup Irak dan Suriah saja. Ini salah besar. Layaknya sebuah negara, mereka pun memiliki lahan kekuasaan yang tersebar di seantero Asia-Afrika. Selain Irak dan Suriah, ISIS pun memiliki daerah kekuasaan lain mulai dari Afghanistan, Somalia, Libya dan Mesir.

Di Mesir mereka menguasai beroperasi di gurun Sinai. Basis mereka ada di kota Sheikh Zuweid, Sinai Utara. Lembaga analisis Stratfor memprediksikan jumlah milisi ISIS di Mesir mencapai 3.000 - 4.000 orang. Bagi ISIS, Sinai dijadikan provinsi resmi dalam kekuasaan mereka dan ditunjuk seorang gubernur sebagai perwakilan sang khilafah, Abu Bakar Al-Baghdadi.

Saking kuatnya mereka, Presiden Mesir, Abdull Fatah as-Sisi yang juga seorang jenderal bahkan memprediksikan perang melawan ISIS di Mesir akan berlangsung panjang. Kondisi alam gurun yang membentang luas jadi sebab betapa kewalahannya militer Mesir menghadapi ISIS.

Tidak hanya berperang di medan pertempuran, ISIS Mesir pun acap kali menyerang target di luar teritori mereka. Aksi paling mengerikan terjadi pada 31 Oktober 2015 dengan mengebom pesawat Rusia Metrojet 9268 yang sedang terbang di angkasa, 224 penumpang di dalam pesawat itu semuanya tewas seketika.

Kelompok ini tak segan untuk menyergap pos keamanan atau konvoi militer Mesir. Sepanjang 2016 tercatat ada 413 serangan yang mereka lakukan terhadap tentara Mesir.

Gong berkembangnya ISIS di Mesir bermula saat milisi kelompok Ansar Bait al-Maqdish berbaiat kepada Abu Bakar Al-Baghdadi. Lembaga Anti-Teror Amerika Serikat (NCTC) menyebut baiat Ansar Bait Al-Maqdish kepada Al Baghadadi disebabkan faktor uang dan senjata. Perang di Sinai yang tak henti-henti ditengarai akibat belum terputusnya suplai bantuan dari Irak dan Suriah ke pendukung ISIS di Mesir.

Pada mulanya Ansar Bait Al-Maqdish adalah gerakan yang bersifat lokal. Mayoritas dari mereka adalah simpatisan Ikhwanul Muslimin dan HAMAS. Mereka lahir pada 2011 lalu saat Revolusi Mesir muncul dan sukses menurunkan rezim Husni Mubarak. Ketika Ikhwanul Muslimin dan Muhammad Mursi menguasai Mesir, gerakan mereka di Sinai cenderung melunak.

Setelah As-Sisi merebut kekuasaan dengan kudeta, Ansar Bait Al-Maqdish kembali bertindak beringas. Usai Mursi naik, banyak anggota Anshar Al-Syariah (Al Qaeda) yang dibebaskan.

Namun setelah As-Sisi naik dan penangkapan masif dilakukan, banyak para simpatisan Al-Qaeda yang bergabung ke mereka. Hal ini otomatis membikin jejaring regional Ansar Bait Al-Maqdish semakin luas. Lalu ketika, Al-Baghdadi mendirikan Khilafah dan berlepas diri dari Al Qaeda, Al Maqdish ternyata memilih bergabung dengan Al-Baghdadi.

Jika ISIS di Irak dan Suriah begitu memusuhi Syiah, ISIS di Somalia dan Ethiopia membenci Kristen Protestan, maka di Mesir mereka begitu memusuhi Kristen Koptik.

Aksi serangan bom yang di lakukan kemarin bukanlah kali pertama mereka lakukan. Sebelumnya pada 12 Desember 2016, serangan sama juga terjadi di Gereja Ortdoks Koptik Saint Peter and Saint Paul di Kairo dan menelan 25 korban jiwa.

Lalu apa sebenarnya alasan ISIS begitu membenci Kristen Koptik di Mesir? Mokhtar Awad, peneliti ekstremisme grup Salafi di George Washington University mengatakan ISIS memang hendak mengeret konflik sektarian di Mesir layaknya di Irak dan Suriah.

"Penargetan Kristen Mesir adalah strategi dingin dan masuk dalam hitungan mereka. ISIS berharap mengobarkan konflik sektarian di Mesir akan menjadi langkah pertama dalam penguraian negara itu," tulis Mokhtar dalam analisanya di The Atlantic.

Mokhtar menyebut strategi pecah belah ini implementasinya akan berdampak serius bagi keamanan Mesir. Islam memang jadi penduduk mayoritas dengan 90 persen. Namun, Kristen pun cukup banyak mencapai 10 persen atau 8,7 juta jiwa dari total penduduk keseluruhan. Jika sektarian terjadi di Mesir maka rentetannya akan jadi panjang dan mengeret negara-negara tetangga seperti Libya dan Maroko yang jumlah Kristen Koptiknya pun cukup besar.

Mokhtar mengatakan proyek di Mesir ini juga kata dia bisa jadi kelinci percobaan untuk melancarkan proyek jihad di negara-negara yang relatif stabil dan belum pernah mengalami perang saudara. Mungkinkah strategi ini juga mereka lakukan di Indonesia?

Baca juga artikel terkait BOM MESIR atau tulisan lainnya dari Aqwam Fiazmi Hanifan

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Aqwam Fiazmi Hanifan
Penulis: Aqwam Fiazmi Hanifan
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti