Menuju konten utama
Berita Internasional Terkini

Berita Afghanistan Terkini: Taliban Larang Pakai Mata Uang Asing

Taliban melarang orang-orang di Afghanistan untuk memakai mata uang asing. 

Berita Afghanistan Terkini: Taliban Larang Pakai Mata Uang Asing
Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid berbicara dalam konferensi pers di Kabul, Afganistan, Senin (6/9/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer/aww/cfo

tirto.id - Pemerintahan Taliban telah melarang warga Afghanistan memakai mata uang asing. Langkah ini dilakukan Taliban untuk menangani situasi ekonomi yang diprediksi sejumlah pihak akan berada di ambang kehancuran.

"Situasi ekonomi dan kepentingan nasional di negara itu mengharuskan semua warga Afghanistan menggunakan mata uang Afghanistan dalam setiap perdagangan mereka," kata Taliban seperti dikutip BBC.

Afghanistan sedang berjuang bangkit dari krisis ekonomi setelah Amerika Serikat menarik dukungan keuangan internasional sejak negara itu diambil alih Taliban.

Afghanistan sebelumnya bergantung pada dolar Amerika dan telah dipakai secara luas di pasar-pasar. Selain itu, dolar juga dipakai untuk perdagangan di daerah yang berbatasan dengan negara tetangga Afghanistan seperti Pakistan.

Tapi juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan, Imarah Islam menginstruksikan semua warga, pemilik toko, pedagang, pengusaha dan masyarakat umum untuk selanjutnya melakukan semua transaksi di Afghanistan. "Dan secara ketat menahan diri dari menggunakan mata uang asing," ungkapnya.

"Siapa pun yang melanggar perintah ini akan menghadapi tindakan hukum," kata pernyataan itu.

Pembekuan Aset Afghanistan

Taliban sedang menghadapi serangkaian masalah terkait ekonominya. Federal Reserve dan bank sentral di Eropa telah membekukan aset Afghanistan senilai miliaran dolar, terlebih sejak negara itu diambil alih oleh penguasa Taliban.

Terkait hal itu, Wakil Menteri Keuangan Amerika Serikat Wally Adeyemo mengatakan: "Kami percaya bahwa sangat penting bagi kami untuk mempertahankan sanksi terhadap Taliban, tetapi pada saat yang sama menemukan cara untuk bantuan kemanusiaan yang sah untuk sampai ke rakyat Afghanistan. Itulah tepatnya yang kami lakukan."

Taliban sudah menyerukan pembebasan aset yang ditahan di luar negeri karena Afghanistan sedang dihantam krisis keuangan yang parah. Di sisi lain, Afghanistan juga mengalami eksodus bantuan asing. Apalagi, hampir tiga perempat dari belanja publiknya berasal dari hibah luar negeri.

Awal tahun ini, Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan, Afghanistan tidak akan lagi dapat mengakses sumber dayanya, sedangkan Bank Dunia juga menghentikan pendanaan untuk proyek-proyek di negara itu.

Dilaporkan Aljazeera, Bank Dunia dan IMF memutuskan untuk memblokir aset dan pinjaman lebih dari 9,5 militer sehingga tidak bisa diakses oleh Taliban. Keputusan ini tentu saja memberikan dampak buruk terhadap perawatan kesehatan dan sektor lainnya.

Mantan Wakil Menteri Industri, Sulaiman Bin Shah memberikan pernyataan pada bulan lalu kalau orang-orang Afghanistan “membayar harga yang sangat mahal karena lambatnya proses diplomatik dan negosiasi.”

Menurut Program Pangan Dunia, sekitar 22,8 juta orang – lebih dari setengah dari 39 juta penduduk Afghanistan – menghadapi kerawanan pangan akut dan “berbaris menuju kelaparan”, dibandingkan dengan 14 juta hanya dua bulan lalu.

Baca juga artikel terkait BERITA TERKINI TALIBAN atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

tirto.id - Politik
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Iswara N Raditya