Menuju konten utama

Bank Indonesia Diminta Pertahankan Suku Bunga di Level 5,75%

LPEM FEB UI meminta Bank Indonesia untuk mempertahankan kembali suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di 5,75 persen.

Bank Indonesia Diminta Pertahankan Suku Bunga di Level 5,75%
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo (ketiga kiri) didampingi Deputi Gubernur Senior Destry Damayanti (ketiga kanan) dan para Deputi Gubernur (kiri ke kanan) Juda Agung, Dody Budi Waluyo, Doni P Joewono dan Aida S Budiman melakukan sesi foto sebelum menyampaikan keterangan pers di Kantor Pusat BI, Jakarta, Kamis (19/1/2023). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/YU

tirto.id - Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) meminta Bank Indonesia untuk mempertahankan kembali suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di 5,75 persen. Pertimbangan tersebut melihat beberapa indikator dalam negeri yang masih cukup positif.

Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI, Teuku Riefky mengatakan, saat ini inflasi umum terus turun secara bertahap dengan inflasi inti yang stabil. Kondisi ini menunjukkan bahwa permintaan domestik kuat dan terkendali.

Dari sisi eksternal, pengetatan moneter yang tidak lagi agresif dari the Fed dan selisih imbal hasil yang tetap menarik telah menyebabkan aliran modal masuk ke Indonesia. Akibatnya, Rupiah terapresiasi ke level Rp14.670 pada awal Mei didukung oleh lonjakan aliran modal menyusul pengumuman pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal-I 2023 yang lebih tinggi dari perkiraan sebesar 5,03 persen (year on year).

"Kami melihat BI perlu mempertahankan suku bunga kebijakannya pada 5,75 persen sambil merencanakan kebijakan moneter yang akomodatif untuk meningkatkan ketahanan eksternal dan mendorong stabilitas harga domestik di tengah potensi perlambatan ekonomi global tahun ini," kata dia dalam risetnya, Kamis (25/5/2023).

Dari sisi kebijakan moneter, BI diketahui telah mempertahankan suku bunga di 5,75 persen selama tiga bulan terakhir karena inflasi yang relatif terkendali dan arus masuk modal yang telah memperkuat dan menstabilkan Rupiah. Melihat data terkini, inflasi diperkirakan akan terus menurun dan kembali dalam target BI dalam waktu dekat.

Permintaan surat utang Indonesia juga masih menjanjikan karena investor memperkirakan pengetatan moneter yang tidak terlalu agresif dari the Fed untuk sisa tahun ini dan selisih imbal hasil antara obligasi pemerintah Indonesia dan US Treasury tetap cukup menarik. Dampak gejolak sektor perbankan juga relatif tidak terlihat pada perekonomian domestik.

Selain itu, kinerja Rupiah lebih baik dari sebelumnya sepanjang era pandemi dan cadangan devisa cukup untuk meredam potensi guncangan dalam jangka pendek. Meskipun permintaan domestik kuat, pelemahan ekonomi global mulai menimbulkan risiko terhadap neraca eksternal Indonesia seperti yang terlihat pada penurunan ekspor ke mitra dagang terbesar kedua, AS, dalam tiga bulan pertama tahun ini.

Pada saat yang sama, impor secara keseluruhan menurun yang dapat memberikan indikasi bahwa kegiatan ekonomi sedikit melambat. "Dengan mempertimbangkan seluruh faktor di atas, maka BI perlu mempertahankan suku bunga di 5,75 persen bulan ini," katanya.

Baca juga artikel terkait SUKU BUNGA ACUAN atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Anggun P Situmorang