Menuju konten utama

Apa Saja Pemeriksaan yang Sebaiknya Dilakukan Sebelum Hamil?

Daftar pemeriksaan yang sebaiknya dilakukan sebelum Anda dan pasangan memutuskan untuk memiliki seorang anak.

Apa Saja Pemeriksaan yang Sebaiknya Dilakukan Sebelum Hamil?
Ilustrasi pasangan suami istri. foto/istockphoto

tirto.id - Sebelum merencanakan kehamilan, calon orang tua sebaiknya melakukan skrining atau pemeriksaan prakonsepsi. Pemeriksaan ini bisa dilakukan di layanan kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, klinik maupun bidan.

Pemeriksaan prakonsepsi atau pemeriksaan sebelum hamil penting dilakukan karena dalam pemeriksaan ini petugas kesehatan akan memeriksa kesehatan Anda secara menyeluruh guna memastikan tubuh Anda siap untuk menjalani proses kehamilan dan mencegah berbagai kemungkinan di kemudian hari.

Memastikan kesehatan Anda dalam kondisi terbaik tentu juga dapat memudahkan Anda untuk hamil, dapat membuat kehamilan Anda berjalan lebih lancar, dan kemungkinan besar bisa melahirkan bayi yang lebih sehat.

Pemeriksaan ini sebaiknya juga tak hanya dilakukan oleh perempuan saja, tetapi laki-laki atau calon ayah juga ikut melakukan pemeriksaan, termasuk untuk mengetahui riwayat penyakit bawaan.

Dokter spesialis kandungan dan kebidanan dr. Yassin Yanuar MIB, SpOG-KFER, M.Sc mengatakan, sangat penting bagi calon ibu dan ayah untuk saling terbuka dengan kondisi kesehatan masing-masing sebelum merencanakan kehamilan atau hendak membangun keluarga.

"Alangkah lebih baik lagi jika calon ibu dan calon ayah melakukan berbagai tes atau skrining kesehatan agar dapat mendeteksi lebih dini kesehatan jasmaninya, sehingga dapat mencegah berbagai kemungkinan di kemudian hari," ujar Yassin seperti dilansir dari Antara.

Sementara itu, dilansir dari laman Parents berikut beberapa pemeriksaan yang sebaiknya dilakukan sebelum Anda dan pasangan memutuskan untuk memiliki seorang anak.

1. Pemeriksaan kesehatan secara umum

Sebelum memutuskan untuk hamil, lakukan pemeriksaan secara umum dengan bidan atau dokter kandungan Anda.

"Memasuki kehamilan dalam kesehatan yang optimal mengarah pada kehamilan yang lebih sehat dan orang tua yang lebih sehat," kata Kenneth James, M.D., seorang dokter spesialis obgyn di Saddleback Memorial Medical Center, Laguna Hills, California.

Pada kunjungan prakonsepsi ini, Anda dan dokter bisa berdiskusi tentang berat badan, status nutrisi Anda, kebiasaan olahraga Anda, obat-obatan yang Anda pakai, riwayat kesehatan Anda, periode menstruasi, alat kontrasepsi yang Anda gunakan, kehamilan sebelumnya, dan kebiasaan gaya hidup.

Menurut James, dalam pemeriksaan ini dokter biasanya juga akan mendapatkan gambaran menyeluruh tentang kesehatan Anda, seperti pemeriksaan tekanan darah, tes darah, pemeriksaan panggul, tes pap smear, dan pemeriksaan lainnya.

Dokter Anda juga akan mengatasi masalah kesehatan kronis, seperti diabetes, hipertensi, gangguan tiroid, asma, dan gangguan autoimun untuk memastikan penyakit tersebut terkendali sebelum Anda hamil.

2. Vaksinasi

Vaksinasi kemungkinan juga akan menjadi bagian penting dari pemeriksaan prakonsepsi Anda. Jika Anda berencana untuk hamil, pastikan Anda telah mendapat vaksinasi seperti Tdap (tetanus, difteri dan pertusis), Hepatitis B, MMR (campak, gondok, dan rubella), dan cacar air.

Selain itu, Anda juga bisa mendapatkan suntikan vaksin flu sebelum atau selama kehamilan Anda. Pasangan Anda juga harus memeriksa riwayat vaksinasi yang telah ia dapatkan.

"Jika pasangannya terinfeksi cacar air, misalnya, mereka dapat menularkannya kepada Anda jika Anda tidak divaksinasi," kata James.

3. Infeksi menular seksual (IMS)

Infeksi menular seksual bisa menimpa siapapun, bahkan jika Anda 100 persen yakin kalau Anda berada dalam hubungan monogami dan pasangan Anda tidak akan pernah selingkuh.

Namun, akan lebih baik jika Anda dan pasangan tetap melakukan pemeriksaan dan memastikan bahwa tidak terinfeksi IMS. Sebab, kesehatan bayi Anda bisa bergantung hasil pemeriksaan tersebut. IMS yang tidak diobati dapat menyebabkan masalah yang sangat serius bagi kehamilan dan bayi Anda.

Misalnya, klamidia yang telah dikaitkan dengan persalinan prematur dan berat badan lahir rendah; gonore dapat menyebabkan keguguran, kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah; sifilis juga telah dikaitkan dengan kelahiran prematur, serta kelahiran mati, dan masalah dengan banyak organ, termasuk otak, jantung, kulit, mata, telinga, gigi, dan tulang bayi.

4. Tes genetik

Tes yang sebenarnya tidak harus dilakukan untuk semua orang, tetapi dokter biasanya akan merekomendasikan tes genetik jika Anda atau pasangan memiliki risiko lebih tinggi untuk menularkan penyakit tertentu, seperti cystic fibrosis.

Dokter Spesialis Obgyn dan Director of Advanced Reproductive Medicine Colorado Springs, at the University of Colorado Denver, Shona Murray, M.D., mengatakan, tes genetik pra-kehamilan, yang disebut skrining pembawa, dilakukan dengan menggunakan sampel darah atau jaringan dari swab maupun air liur Anda.

Tes ini akan membantu menentukan apakah Anda atau pasangan Anda membawa gen abnormal yang terkait dengan penyakit tertentu yang mungkin akan diturunkan ke bayi Anda.

Dilansir dari laman Webmd, banyak kelainan genetik terjadi ketika seseorang memiliki dua salinan gen yang buruk, satu dari setiap orang tua. Jika Anda hanya memiliki satu salinan yang kurang baik, Anda tidak akan memiliki gejala kondisi tersebut, tetapi Anda adalah "pembawa" gen tersebut.

Beberapa keuntungan dari tes genetik adalah,

- Menemukan masalah yang tidak diketahui. Banyak dari gen cacat yang ditemukan dalam tes ini dan tidak terkait dengan ras, etnis, atau riwayat keluarga Anda. Anda mungkin tidak pernah tahu bahwa Anda atau pasangan Anda membawanya.

- Memberikan jawaban tentang sejarah keluarga Anda. Hasilnya dapat membantu Anda mengetahui apakah Anda berada dalam kelompok berisiko tinggi, terutama jika Anda tidak mengetahui riwayat keluarga Anda atau jika Anda berasal dari latar belakang multietnis.

- Tesnya sangat mudah. Mengambil sampel darah atau air liur sebelum Anda hamil cepat dan tidak berbahaya.

5. Pemeriksaan gigi

Pemeriksaan gigi perlu dilakukan sebelum Anda memutuskan untuk hamil. Penelitian telah menunjukkan bahwa penyakit gusi meningkatkan risiko kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah.

"Selama kehamilan, tubuh Anda mengalami perubahan hormonal yang dapat menyebabkan peradangan gusi yang berlebihan, yang dikenal sebagai gingivitis kehamilan," kata Mark K. Nguyen, D.D.S., seorang dokter gigi di OC Healthy Smiles di Costa Mesa, California.

"Gingivitis kehamilan meningkatkan kerentanan Anda terhadap bakteri yang menyebabkan penyakit gusi," tambahnya.

6. Pemeriksaan kesehatan mental

Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik ketika Anda berencana untuk hamil. Menurut Centers for Disease Control and Prevention, 1 dari 9 perempuan mengalami depresi sebelum, selama, atau setelah kehamilan.

Jadi, sangat penting untuk memastikan kesehatan mental Anda—dan pasangan Anda—dalam kondisi baik sebelum kehamilan.

Jika salah satu dari Anda pernah atau pernah memiliki masalah kesehatan mental di masa lalu, ada baiknya Anda mengunjungi penyedia layanan kesehatan Anda karena kehamilan itu sendiri dapat menimbulkan gejala atau memperburuk gejala yang sudah ada.

Seorang profesional baik itu psikolog maupun psikiater dapat membantu Anda dan pasangan jika hasil pemeriksaan menunjukkan gejala stres atau adanya masalah kesehatan mental, sehingga Anda bisa lebih siap untuk menangani perubahan emosional selama dan setelah kehamilan.

Selain itu, jika pengobatan diperlukan, ada beberapa pilihan untuk ibu hamil, jadi Anda harus mendiskusikannya dengan dokter Anda. Jika Anda atau pasangan memang memiliki masalah kesehatan mental, jangan lakukan kunjungan hanya satu kali saja. Anda harus menerima perawatan sebelum, selama, dan setelah kehamilan untuk memastikan seluruh keluarga mendapatkan dan tetap sehat secara mental.

Sementara itu, selain enam hal tersebut, hal yang tak kalah penting dalam merencanakan kehamilan adalah dukungan sosial seperti keluarga, lingkungan kerja, kondisi finansial dan lainnya.

Calon orang tua juga perlu untuk mengakses berbagai informasi terkait kehamilan, persalinan dan pola asuh anak agar lebih percaya diri dalam menjalani peran barunya.

Sebab, saat ini Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator keberhasilan upaya kesehatan ibu. Sebagian besar kematian ibu selama proses kehamilan, persalinan dan nifas dapat dicegah.

Penyebab langsungnya antara lain pendarahan, preeklampsia, dan infeksi. Sedangkan penyebab tidak langsungnya seperti usia terlalu muda (kurang dari 20 tahun, terlalu tua (lebih dari 35 tahun), terlalu sering (jarak antar kelahiran kurang dari 2 tahun), terlalu banyak (jumlah anak kurang dari 3 tahun lebih dari 2).

"Terlambat mengenali bahaya, terlambat ke fasilitas kesehatan, terlambat mendapatkan pelayanan kesehatan," kata Yassin.

Selain itu, gaya hidup sehari-hari tanpa disadari juga memiliki peran penting terhadap kesiapan fisik seseorang menuju kehamilan. Hal ini dapat menjadi penghambat kesuburan baik dari sisi perempuan maupun laki-laki di antaranya seperti merokok (merusak oosit pada perempuan) dan konsumsi alkohol (penurunan kualitas sperma).

Olahraga yang terlalu berat atau lebih dari 5 jam per minggu, juga terbukti mampu menurunkan tingkat kesuburan.

Baca juga artikel terkait LIFESTYLE atau tulisan lainnya dari Nur Hidayah Perwitasari

tirto.id - Gaya hidup
Penulis: Nur Hidayah Perwitasari
Editor: Iswara N Raditya