Menuju konten utama

Apa Itu Pantun Jenaka, Contoh, dan Ciri-Cirinya

Mengetahui contoh pantun jenaka dan bagaimana ciri-ciri pantun jenaka.

Apa Itu Pantun Jenaka, Contoh, dan Ciri-Cirinya
Ilustrasi Puisi. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Dalam dunia kesusastraan Indonesia, pantun dimasukkan ke dalam kategori sebagai bagian dari jenis puisi Melayu asli atau lama seperti syair dan gurindam.

Pantun ini ternyata dibagi kembali menjadi beberapa jenis berdasarkan isi yang disampaikan di dalamnya, salah satu jenis tersebut adalah pantun jenaka.

Berdasarkan catatan di Modul Bahasa Indonesia Kelas XI (hlm 2), terungkap bahwa pantun merupakan puisi Melayu yang keseluruhan tubuhnya dibentuk oleh sampiran dan isi.

Maksudnya, pantun memiliki pengantar berupa sampiran (awalan di dua baris pertama) dan fokus pembicaraan berupa isi (di baris ketiga dan keempat).

Dalam kedua bagian pantun tersebut, biasanya sampiran tidak memiliki hubungan dengan isi. Dengan kata lain, penulisannya hanya dimaksudkan untuk menyelaraskan agar isi yang disampaikan bisa berbunyi sama, yakni a-b-a-b.

Sehubungan dengan jenis pantun, dicatat dalam Modul Tema 4 (Salindia 4) bahwa pantun jenaka hadir sebagai hiburan bagi para pembacanya.

Dengan begitu, pantun jenaka akan menyuguhkan lelucon yang dikemas melalui puisi lama agar para pembacanya bisa terhibur.

Lalu, apa saja ciri-ciri pantun dan bagaimana contoh pantun jenaka?

Ciri-Ciri Pantun Secara Umum

Kendati pantun dibagi menjadi berbagai macam jenis sesuai isinya, secara umum pantun memiliki ciri atau struktur agar dapat didefinisikan sebagai pantun.

Berikut ini daftar ciri pantun tersebut:

1. Satu bait meliputi 4 baris

2. Setiap barisnya terdiri dari 8 sampai 12 suku kata

3. Sajak atau irama akhir kata setiap baris berpola a-a-a-a atau a-b-a-b

4. Baris pertama dan kedua merupakan sampiran

5. Baris ketiga dan keempat merupakan isi

Setelah melihat ciri-ciri di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pantun yang merupakan puisi lama Melayu mempunyai bentuk yang sama.

Perbedaan antara masing-masing jenisnya hanya terdapat pada isi yang disampaikan oleh masing-masing pantun.

Oleh karena itu, pemaknaan pantun harus melihat ke baris ketiga dan keempat. Sedangkan baris pertama dan kedua, hanya dilihat sebagai bentuk estetik atau keindahan yang menyelaraskan bunyi keseluruhan pantun.

Lantas, bagaimana contoh pantun jenaka?

Contoh Pantun Jenaka

Berikut ini beberapa contoh pantun jenaka yang menyuguhkan hiburan bagi para pembacanya:

1.

Buah kedondong buah manggis (sampiran)

Dimakannya sembari naik andong (sampiran)

Kalo Budi makin keras nangis (isi)

Giginya terlihat makin ompong (isi)

2.

Ke kebun petik alpukat (sampiran)

Dimakannya sambil berdiri (sampiran)

Nona pun datang kian mendekat (isi)

Suaranya besar bikin aku terlari (isi)

3.

Beli pepaya di bapak Bayu (sampiran)

Buahnya jatuh ke dalam selokan (sampiran)

Ya pantes dipanggil bau (isi)

kamu mandinya tidak sabunan (isi)

4.

Pagi ini makan kuaci (sampiran)

Kuaci habis dimakan Rosa (sampiran)

Bagaimana sih kamu ini (isi)

Satu tambah satu pun tidak bisa (isi)

Baca juga artikel terkait SASTRA INDONESIA atau tulisan lainnya dari Yuda Prinada

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Yuda Prinada
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Yandri Daniel Damaledo